Halaman

Minggu, 21 Agustus 2011

Jalan Sufi


Jalan Sufi
Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah


Judul asli: The Way of the Sufi, Penterjemah Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha



Penerbit Risalah Gusti, Cetakan Pertama Sya'ban 1420H, November 1999


Jln. Ikan Mungging XIII/1, Surabaya 60177
Telp.(031) 3539440 Fax.(031) 3529800


TENTANG PENULIS


Idries Shah, yang nama lengkapnya Nawab-Zada Sayyid Idries Shah al-Hasyimi, adalah Syekh Besar (Syekh al-Kabir) Sufi dan anak sulung Nawab asal Sardana, dekat Delhi di India. Keluarganya berasal dari keluarga Kerajaan Pagham di Hindu-Kush, yang nenek moyangnya memerintah sejak 1221. Idries Shah dilahirkan di Simla-Himalaya dan menetap di London. Ia mengarang beberapa buku tentang mistik-tasawuf, diantaranya Mahkota Sufi (The Sufis) dan Jalan Sufi (The Way of the Sufi), kumpulan cerita sufi, serta karya-karya lainnya.
Tribute to Idries Shah 1924-1996



DAFTAR ISI

a.                   Pengantar
  1. Bagian Pertama: Kajian Sufisme di Barat
c.       Bagian Kedua: Penulis-Penulis Klasik
d.      Bagian Ketiga: Empat Tarekat Utama
e.       Bagian Keempat: Di Antara Guru Besar: 01 02
  1. Bagian Kelima: Cerita-cerita Ajaran: 01 02
  2. Bagian Keenam: Tema-tema Perenungan Diri
h.      Bagian Ketujuh: Cerita Kelompok
  1. Bagian Kedelapan: Tulisan dan kuliah
  2. Bagian Kesembilan: Dialog Sufisme

PENGANTAR

Sufi adalah orang yang mengerjakan sesuatu sebagaimana orang lain mengerjakan --jika diperlukan. la juga orang yang mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain --jika diminta.
Nuri Mojudi
Banyak orang mengaku dibingungkan oleh kebiasaan (adat) Sufi, dan terpaksa sampai pada suatu keputusan bahwa mereka memang ingin dibingungkan. Lainnya, dengan berbagai alasan yang lebih jelas, menyederhanakan sesuatu yang demikian luas, sehingga 'Sufisme' hanya semacam pemujaan cinta, meditasi atau sesuatu yang dipilih secara seimbang.
Namun dengan suatu ketertarikan yang netral, dan mengetahui macam-macam tindakan Sufi, seseorang dapat melihat karakteristik umum yang bercahaya di wajahnya.
Para guru (para bijak), sekolah-sekolah, para penulis, ajaran-ajaran, humor-humor, sejumlah mistisisme dan rumusan-rumusan Sufi, semuanya berkait dengan relevansi sosial dan psikologi pemikiran manusia.
Menjadi orang yang tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, Sufi membawa pengalamannya ke dalam kultur, negara dan iklim di mana ia tinggal.
Kajian tentang kegiatan Sufi dengan kultur yang terpisah, hanya bernilai bagi mereka yang bekerja pada bidang keilmuan sempit. Menganggap kegiatan Sufi bersifat keagamaan semata, literatur, atau fenomena filosofis, akan menghasilkan penerjemahan terbalik tentang jalan Sufi. Begitu juga mencoba mengintisarikan teori atau sistem, serta berusaha mengkajinya secara terpisah, hanya merupakan kesia-siaan komparatif.
Buku ini dirancang untuk mengemukakan gagasan-gagasan, tindakan dan laporan (kisah-kisah) Sufi; bukan untuk obyek mikroskop atau benda-benda museum, melainkan dalam relevansinya dengan komunitas sekarang --atau apa yang kita sebut dunia kontemporer.
London, 1968
Idries Shah

BAGIAN PERTAMA: KAJIAN SUFISME DI BARAT

TEORI-TEORI TENTANG SUFISME
Anggaplah bahwa ada seorang murid (imajiner) yang belum lama mendengar Sufisme dan tidak memiliki latar belakang gagasan tentang Sufi. Maka ia memiliki tiga kemungkinan pilihan dalam memperoleh sumber materi tentang Sufisme. Pertama, mungkin menjadikan buku sebagai referensi dan karya yang ditulis oleh orang yang telah menjadikan subyek tersebut sebagai bidang spesialisasi mereka. Kedua, mungkin melalui organisasi yang mengaku mengajar atau menjalankan Sufisme, atau menggunakan terminologi Sufisme. Ketiga, bisa jadi dari individu-individu atau kelompok orang, tidak selalu di negara-negara Timur Tengah, yang dianggap sebagai seorang atau kaum Sufi. Ia mungkin belum terbujuk untuk mempercayai bahwa Sufisme merupakan label 'Mistikisme para pengikut Muhammad', atau 'cara pemujaan kaum darwis'.
Apa yang dapat dipelajari orang ini, dan apa permasalahan-permasalahannya?
Satu di antara hal-hal penting yang dapat ia temukan adalah, bahwa kata 'Sufisme' merupakan sesuatu yang sangat baru, ditemukan oleh seorang Jerman tahun 1821.1
Tidak dikenalnya kata Sufi dalam bahasa-bahasa Barat, akan menjadikan sangat mungkin mengenalnya segera setelah melihat. Sebagai pengganti Sufisme, murid kita mungkin harus berhubungan dengan istilah-istilah seperti 'Qadiriyah', nama sebuah tarekat yang disesuaikan dengan nama pendirinya (wafat 1166). Atau mungkin ia akan menemukan referensi-referensi 'Orang-orang Suci', 'Para Guru', atau barangkali 'Orang yang Dekat (dengan Allah)'. Kemungkinan lain adalah istilah Arab Mutashawwif: 'Ia yang berusaha keras menjadi Sufi'. Di sana terdapat organisasi-organisasi yang disebut 'Para Pembangun', 'Orang-orang Tercela', yang dalam konstitusi dan kadang bahkan simbolisme minornya sangat mirip dengan cara-cara pemujaan dan lembaga-lembaga di Barat, seperti Freemasonry.2
Di telinga Barat kontemporer, nama-nama ini bisa terdengar aneh dan tidak selalu secara tepat. Kenyataan ini sendiri merupakan problem riil psikologikal, kendati terselubung.
Karena tidak adanya suatu standar untuk Sufisme, peneliti boleh jadi kembali ke kata Sufi itu sendiri, dan menemukan bahwa kata itu sudah umum dipakai sekitar seribuan tahun yang lalu,3 baik di Timur Dekat maupun Eropa Barat;4 dan kata itu tetap digunakan secara umum, untuk menggambarkan terutama hasil terbaik dari gagasan-gagasan dan praktek-praktek tertentu, sama sekali tidak terbatas dengan apa yang secara konvensional dinamakan 'religius'. Ia akan menemukan banyak definisi untuk kata tersebut, tetapi masalahnya sekarang terbalik, sebagai gantinya muncul pertentangan bukan sekadar tidak adanya abad keemasan (Sufi) semata, ia pun memperoleh begitu banyak deskripsi tentang Sufi, barangkali sebanyak yang tidak diketahuinya sama sekali.
Menurut beberapa penulis, dan mereka dalam jumlah yang besar, Sufi dapat dilacak pada kata Arab, dilafalkan shuuf, yang secara harfiah berarti wool, menunjuk pada bahan yang digunakan untuk jubah sederhana para mistikus Muslim awal.5 Lebih jauh dinyatakan, pembuatan wool ini merupakan peniruan pakaian orang-orang Kristen yang banyak tinggal di daerah padang pasir Syria dan Mesir, serta di tempat lain di Timur Dekat dan Timur Tengah.
Tetapi definisi ini --mungkin saja muncul penalaran yang masuk akal-- tidak akan memecahkan persoalan kita tentang nama dan lebih-lebih mengenai gagasan yang terkandang dalam Sufisme. Bagaimanapun, sama pentingnya para penyusun kamus lain menekankan bahwa wool adalah jubah (pakaian) 'binatang'6 dan menegaskan kalau sasaran Sufi adalah menuju pada kesempurnaan atau kelengkapan pemikiran manusia, bukan sebagai persaingan terhadap sesama; dan bahwa kaum Sufi, dengan kesadaran yang sangat tinggi terhadap simbolisme, tidak akan mengadopsi nama seperti itu. Lebih lanjut, adalah suatu fakta yang janggal kalau 'Majelis Sahabat'7 (Ashhab ash-Shafa) secara tradisional dianggap sebagai kaum Sufi di masa Nabi Muhammad saw. (wafat 632). Dikatakan, bahwa mereka telah membentuk diri sendiri ke dalam suatu kelompok esoteris pada tahun 623, dan nama mereka diambil dari kalimat Ashhab ash-Shafa. Kendati beberapa ahli tata bahasa menunjukkan kalau kata wool secara etimologis lebih sesuai --dan lebih mungkin daripada, katakanlah, derivasi dari kata shafwa ('kesalehan'), atau pun shaff (singkatan dari kalimat 'Urutan Pertama orang Terpilih')-- lainnya menentang opini tersebut atas dasar, bahwa nama sebutan tidak harus tunduk pada aturan ortografi (sistem ejaan).
Saat ini nama sama pentingnya dengan suatu pengenalan gagasan, seperti yang akan kita lihat sebentar lagi. Sementara itu, mari kita melihat pada hal-hal yang berkaitan dengannya. Kaum Sufi menyatakan, bahwa suatu jenis dari jiwa dan aktikitas-aktikitas tertentu dapat menghasilkan --di bawah kondisi dan upaya tertentu (khusus)-- apa yang diistilahkan dengan kerja yang lebih tinggi dari pemikiran, membawa kepada persepsi-persepsi khusus yang peralatannya tidak tampak (tersembunyi) bagi orang awam. Oleh karena itu, Sufisme melebihi batasan-batasan orang awam tersebut.8 Tidak mengherankan, jika kata Sufi telah dihubungkan dengan kata Yunani untuk hikmah Ilahiah (sofia) dan juga dengan istilah dalam bahasa Yahudi Cabbalis untuk Ain Sof ('ketakterhinggaan'). Hal itu tidak akan mengurangi problem murid pada tahap belajar ini, sebagaimana dikatakan semua penulis Jewish Encyclopaedia, bahwa para ahli bahasa Yahudi menganggap Cabbala dan Hasidim, mistikus Yahudi, sebagai awal Sufisme atau suatu tradisi yang identik dengan itu.9 Tidak ada yang memaksanya untuk mendengar hal itu, kendati kaum Sufi sendiri menyatakan bahwa pengetahuan mereka sudah ada selama ribuan tahun, mereka menolak bahwa hal itu merupakan turunan (derivative), menegaskan bahwa hal itu adalah setara dengan aliran-aliran Hermetis, Pythagoras dan Platonis.10
Murid kita hingga sekarang barangkali benar-benar bingung; tetapi ia sudah mempunyai pandangan sekilas tentang persoalan-persoalan dalam mengkaji gagasan-gagasan Sufi, sekalipun hanya karena dia dapat memberikan kesaksian untuk diri sendiri, perjuangan yang tidak produktif dari para skolastik.
Sebuah tempat berlindung yang memungkinkan, akan ditemukan jika kita dapat menerima penegasan seorang ahli --seperti Profesor R. A. Nicholson-- atau jika bertanya kepada kaum Sufi.
Nicholson mengatakan: "Sebagian sarjana Eropa telah mengidentifikasi hal itu dengan Sophos dalam pengertian penganut teosofia.11 Tetapi Noldeke … secara konklusif menunjukkan bahwa nama tersebut diambil dari shuf (wool) dan awalnya digunakan oleh orang-orang Muslim zuhud (asketis) yang, dalam meniru para pendeta Kristen, mengenakan jubah wool kasar sebagai tanda penyesalan dan penolakan terhadap nafsu duniawi."12
Opini karakteristik ini, jika tidak berisiko, telah dipublikasikan pada tahun 1914. Empat tahun sebelumnya, Nicholson sendiri telah menawarkan terjemahannya, Revelation, abad kesebelas, laporan orang-orang Persia paling awal yang tersedia mengenai Sufisme, dan salah satu di antara naskah-naskah Sufi paling otoritatif. Pada halaman-halaman tersebut, penulis, Hujwiri yang agung, secara spesifik menyebutkan --dan ini diterjemahkan dengan jelas tetapi diabaikan Nicholson-- bahwa Sufi tidak memiliki etimologi.13
Nicholson menunjukkan tidak ada yang aneh mengenai klaim tersebut, tetapi pemikiran tentang hal tersebut dapat menuntunnya pada suatu gagasan penting dalam Sufisme. Baginya, sangat jelas, sebuah kata harus memiliki etimologi. Tanpa disadari mengasumsikan bahwa 'tanpa etimologi' pastilah absurd, ia tidak melihat lebih jauh pada arah tersebut, tetapi tanpa ragu-ragu, terus mencari suatu derivasi etimologis. Seperti Noldeke dan banyak lainnya, suatu pemikiran serupa akan lebih menyukai kata wool pada paradoks yang tidak asli (palsu) 'tidak memiliki etimologi'.
Inilah alasan yang pasti, mengapa dalam buku terbarunya tentang Sufisme, Pastur Cyprian Rice (pengagum dan murid Nicholson) mengatakan, setengah abad setelah publikasi naskah Hujwiri dalam bahasa Inggris (versi yang ia puji):
"… dari kebiasaan mereka mengenakan busana wool (shuf) kasar, (mereka) dikenal sebagai kaum Sufi."14
Tetapi perkenalan dengan kaum Sufi, apalagi di hampir setiap tingkat mana saja dari akses pada kebiasaan-kebiasaan praktis dan tradisi lisan mereka, telah dapat dengan mudah memecahkan kontradiksi tidak murni, antara eksistensi sebuah kata dan ketiadaan derivasi etimologis. Jawabannya adalah, kaum Sufi menganggap bunyi dari huruf-huruf S,U,F (dalam huruf Arab Shad, Waw, Fa) dengan cara penggunaan yang sama, memiliki pengaruh signifikan pada mentalitas manusia.
Oleh karena itu, kaum Sufi adalah 'Orang-orang SSSUUUFFF.
Setelah menyelesaikan teka-teki permainan kata-kata tersebut (secara insidental mengilustrasikan kesulitan untuk mendapatkan pegangan dengan gagasan-gagasan Sufi, apabila seseorang hanya berpikir pada garis pemikiran tertentu), kita segera melihat suatu problem yang baru dan karakteristik muncul menggantikannya. Pemikir kontemporer mungkin sekali tertarik dengan penjelasan ini --gagasan bahwa suara atau bunyi mempengaruhi otak-- hanya dalam batasan-batasan yang ditentukannya sendiri. Ia mungkin menerimana sebagai kemungkinan teoritis, sejauh yang diungkapkan kepadanya dalam istilah yang dianggap dapat diterima di era komunikasi ini.15
Jika kita mengatakan, "Suara berpengaruh terhadap manusia, memungkinkannya sesuatu yang lain menjadi setara baginya untuk memiliki pengalaman di luar kewajaran," ia secara persuasif mungkin bersikeras, bahwa "Ini merupakan okultisme (kegaiban) semata, omong kosong primitif dari aliran Om-Mani-Padme-Hum, Abrakadabra dan sebagainya." Tetapi (mengingat penjelasan itu tidak obyektif, melainkan semata-mata aspek umum sebagai pemikiran yang bisa diterima), kita dapat menjawabnya, "Otak manusia, sebagaimana anda tahu pasti, mungkin bisa disamakan dengan sebuah komputer. Tanggapan atau reaksinya terhadap pengaruh yang kuat atas vibrasi dari penglihatan, suara (bunyi), sentuhan dan sebagainya, sudah ditentukan sebelumnya atau 'diprogram'. Begitu pula kira-kira terhadap suara yang dihasilkan dari lafal S,U,F, menimbulkan reaksi pada otak yang mungkin sudah terprogram." Ia mungkin dapat menerima dengan baik atas penyederhanaan yang kurang bagus ini dalam pola pikirnya yang sudah ada.
Kondisi yang ada di hadapan kita (vis-a-vis) ini, problem khusus di dalam mempelajari gagasan Sufi, adalah bahwa begitu banyak orang yang ingin mempelajarinya tetapi sesungguhnya enggan (tidak berkemauan penuh), karena komitmen psikologikal yang sistematis, untuk memperbolehkan perdebatan tertentu tentang Sufisme, tetap dipertahankan oleh kaum Sufi, tertanam di dalam beriak. Situasi ini, yang ada atau munculnya ditunjukkan oleh banyak pengalaman pribadi, jauh lebih tersebar daripada perumpamaan tunggal yang memberi kesan kuat ini.
Persoalan bagi kedua kubu tersebut, tidak dipermudah oleh kecenderungan umum secara individual, yang ditujukan dalam upaya menghadapi gagasan-gagasan Sufi melalui penolakan yang tegas. Suatu jawaban yang berlaku umum seperti ini, "Berpikir dengan sudut pandang seperti yang anda anjurkan, akan mengoyak pola pikir saya yang sudah mapan (selama ini)." Individu seperti ini benar-benar salah dalam meyakini hal tersebut; bagi Sufi ia adalah orang yang menilai atau menganggap rendah kapasitas yang dimilikinya sendiri. Reaksi lainnya adalah mencoba merasionalisasi atau menginterpretasi kembali gagasan-gagasan yang diajukan kepadanya, dalam sudut pandang tertentu (antropologi, sosiologi, sofistik, psikologi) dimana ia lebih banyak menemukan seleranya. Dalam perumpamaan kita, kondisi subyektif tersebut mungkin dapat dijelaskan seperti berikut, "Oh ya, teori pengaruh dari suara (bunyi) ini jelas sekali dihasilkan untuk lebih memberikan suatu kerumitan (pemutarbalikan) esoteris pada derivasi yang lebih bersifat duniawi tentang wool."
Tetapi model pemikiran seperti ini tidak akan berhasil dalam skala luas, karena jauh sebelum ditemukan di antara suku-suku primitif atau terkubur di dalam buku-buku berbahasa mati, gagasan Sufi dalam tingkatan yang bervariasi terkandang dalam latar belakang dan kajian-kajian lebih dari limapuluh juta orang saat ini: dalam bentuk atau cara apa pun mereka berhubungan dengan Sufisme.
KETERBATASAN PENDEKATAN KONTEMPORER TERHADAP SUFISME
Masalah besar dari persoalan ini adalah kuatnya tendensi dewasa ini untuk menempatkan orang, benda, gagasan, kedalam kategori-kategori spesialis. Kategori-kategori ini mungkin memang baik --siapa yang dapat meninggalkannya?-- tetapi ketika suatu persoalan yang tengah dipelajari dan hanya terdapat satu pilihan penamaan terbatas yang ditawarkan, pengalaman ini barangkali seperti apa yang pernah dikatakan Henry Ford bahwa, "Anda dapat memiliki mobil dengan warna apa pun, asal saja itu adalah warna hitam." Dalam persoalan ini, dimana si peneliti sendiri bahkan mungkin tidak menyadari --keterikatannya dengan beberapa kategori-- sesuai dengan kaum Sufi yang berusaha menyampaikan gagasan-gagasannya di luar kondisi ideal.
Berikut ini contoh ilustratif, dipilih dari pengalaman yang disebut terakhir. Saya berikan karena secara insidental --dan tidak dalam suatu 'sistem' yang dipaksakan-- akan menjelaskan kepada kita sesuatu tentang pemikiran Sufi.
Dalam buku16 yang belakangan saya sebutkan, diantara banyak yang lain, bahwa gagasan-gagasan Sufi dan bahkan teks literal telah dipinjam atau terdapat dibelakang teori-teori, organisasi dan ajaran-ajaran dari berbagai aspek seperti Keksatriaan dari St. John of the Cross17, St. Teresa dari Avila18, Roger Bacon,19 Geber, bapak kimia Barat20 --nama keluarga kaum Sufi-- Raymond Lully the Majorcan,21 Guru Nanak, pendiri Sikhisme,22 Gesta Rumanorum,23 juga ajaran-ajaran kaum Veda dalam Hindu.24 Prosedur-prosedur psikologi tertentu yang buruk juga telah memasuki literatur Barat tentang magis dan okultisme,25 sebagaimana gagasan dan proses psikologis yang legitimatif, kadang dianggap sebagai penemuan-penemuan paling baru.26
Diantara pengamat dan lainnya, buku ini menimbulkan reaksi yang beragam dan luar biasa.27 Sebagian terpesona, tidak selalu karena alasan yang baik; tetapi untuk sebagian lain yang saya bicarakan. Apa yang sebenarnya saya lakukan adalah mengumpulkan basil temuan akademis orang lain, yang acapkali terkubur dalam monografi dan buku-buku bacaan yang jarang, selalu oleh para orientalis dan spesialis yang dihormati. Saya juga disumbang materi (bahan) 'hidup' dari sumber-sumber Sufistik. Tetapi kendati kutipan materi dengan seleksi yang sama sekali tidak lengkap dari bahan yang ada ini, tetap merupakan gabungan yang sangat berharga (mahal) bagi beberapa pembaca. Dan karena banyak diantara mereka yang jauh lebih terkenal daripada saya, dengan karya yang telah selesai dikerjakan di bidang mereka masing-masing. Seorang ahli kenamaan memiliki sesuatu (pendapat) yang bersifat mengecam, berkata mengenai saya, tidak mengatakan apa pun tentang siapa yang menyerang terhadap apa yang mereka pikir, mereka temukan dalam karya saya!
Tidak lama setelah tahap ini, dalam percakapan dengan seorang 'spesialis' tertentu, saya sebutkan bahwa dalam tesis saya ini, saya tidak bersandar kepada para profesor seperti Profesor Asin, Landau, Ribera, Tara Charid, Guillaume dan lain-lain yang sama-sama memiliki integritas yang tidak disangsikan. Tetapi saya telah secara bebas mengutip dalam teks (naskah) saya ini nama-nama dan karya-karya mereka; dan bahwa dalam kasus-kasus lain saya telah mengutip buku-buku kuno seperti karya dari Lully, Bacon, Geber dan lainnya yang menyebut nama kaum Sufi, buku-buku Sufi atau Sufisme pada khususnya. Reaksinya, tidak setuju bahwa seorang ahli harus sudah lebih memahami pekerjaan mereka, tetapi mengulang nama dari kritik utama saya. Dengan menyandarkan punggung ke kursinya dan tersenyum, dia berkata "Engkau mendapatkannya, Nak. Buatlah pilihanmu, apakah engkau hanya ingin mendiskreditkannya, atau menginginkan pekerjaannya?"
'Kesalahan' saya, sepanjang perlakuan menyangkut subyek, yang dengan sederhana menggantikan kutipan dan tambahan penulis, secara bertahap merupakan 'kasus' yang tidak dapat disangkal. Saya beranggapan bahwa sebuah buku akan dibaca seluruhnya dan fakta-fakta itu akan berbicara sendiri.
Secara otomatis seorang teman beranggapan, bahwa saya telah terlibat dalam sebuah permainan penggantian kewenangan seseorang. Kritik yang murni telah menggerakkan dirinya sendiri menyerang asumsi yang sama-sama keliru; yaitu saya kekurangan materi yang bagus karena tidak cukup memacu diri.
Apa yang barangkali lebih mengherankan, ketika melihat persoalan dalam pengkajian atas gagasan-gagasan Sufi adalah, perlakuan yang diberikan kepada mereka oleh orang-orang yang, jika tidak para ahli di bidangnya, boleh jadi telah membiasakan diri mereka sendiri dengan sumber-sumber akademis yang tersedia. Karena itu, menggunakan atau mengambil suatu contoh bukan suatu kecenderungan yang tidak lazim di Barat, kita temukan seorang Profesor yang menulis tentang filosuf Timur,28 dimana dari hampir seratus ribu kata, hanya sekitar tigaratus kata (satu halaman dari tigaratus halaman lebih) yang berkaitan dengan kaum Sufi. Meski kenyataannya penulis yang sama telah menerbitkan sebuah karya (buku) tentang filosuf Barat,29 kedua tipe pemikir tersebut terpengaruh oleh sumber-sumber Sufi. Pengaruh ini tidak pernah disebutkan. Seorang filosuf Inggris yang mengagumkan, Bertrand Russell, juga menulis sebuah buku yang luar biasa, Wisdom of the the West,30 dimana pemikir-pemikir Barat yang berhubungan dengan pemikiran Sufi disebutkan secara jelas, tetapi tidak disebutkan di mana kaum Sufi atau Sufisme dapat ditemukan.
Barangkali dapat dikatakan, bahwa pengenalan kedua jenis buku tersebut ditujukan untuk pembaca umum; tetapi bagaimanapun mereka membawa nama para sarjana, dan mereka kekurangan informasi.
Pembaca umum, atau anggota dari disiplin-disiplin non-orientalis, mengacu kepada buku-buku tersebut, akan memiliki sedikit sumber pengetahuan, apa yang tertinggal.






VERIFIKASI SUMBER-SUMBER LITERAL YANG BERKAITAN LANGSUNG DENGAN SUFISME
Diantara beberapa persoalan yang ada di depan siapa pun yang ingin mengkaji gagasan-gagasan Sufi, akan muncul persoalan lain yaitu pengulangan secara kontinyu teori-teori yang tidak terbukti, oleh para 'spesialis' dan lainnya yang mempunyai sedikit obyektikitas, hal ini digambarkan sebagai fakta.
Karena kajian kesufian dilakukan (diselesaikan), terutama, melalui metode-metode langsung (dan hal itu sudah dikenal disampaikan secara keseluruhan melalui bahasa tubuh, simbol dan peragaaan), maka ketika kita kehilangan elemen ini dalam pengkajian kita, mempercayai atau bergantung kepada buku-buku, kita pasti berada dalam kekuasaan mereka yang mengembangkan semua jenis teori-teori subyektif tersebut.31
Mereka adalah orang-orang yang mengatakan bahwa Sufisme dikembangkan dari sejarah Islam; dan mereka memasukkan beberapa tulisan apologis Sufi di jalur ini untuk beberapa alasan bagus. Sebagian mengatakan kalau hal itu adalah pemutarbalikan: suatu reaksi yang menentang sikap-sikap Islami. Mereka itulah orang-orang yang percaya bahwa gagasan-gagasan tersebut berasal dari agama Kristen sebagaimana mereka ketahui; atau bahwa secara parsial maupun keseluruhan dianggap diakibatkan oleh pengaruh dualisme Persia; atau dari Cina, India; atau bahkan non-India. Mereka lah para pembela teori Neoplatonik, Shamanisme --dan kita dapat menambah panjang daftar ini. Gambarannya, seperti orang memperdebatkan apakah besi berasal dari Swedia atau Jepang.
Kita boleh menyebut gagasan-gagasan Sufi sebagai 'psikologi', bukan karena istilah (term) ini secara memadai menggambarkan Sufisme, melainkan karena kata 'bijaksana' bukan kata yang populer saat ini. Bagaimanapun, perlu dicatat bahwa karena para penyusun kamus tidak memahami kita, kemungkinan gagasan-gagasan Sufi dipahami dengan cara demikian, tidak dapat dicegah sama sekali.
Dalam masalah kategori pengkajian yang dibolehkan, kita melihat bahwa tidak banyak memihak mereka. Kita dapat menemukan bahan-bahan fisik (jasmani) yang diambil dari Sufisme, seperti gagasan-gagasan karakteristiknya, metode, dongeng, legenda dan bahkan syair-syair Sufisme di dalam fenomena para Troubadour (penyair dan penyanyi lagu-lagu cinta dalam bahasa Prancis),32 dalam legenda William Tell dari Switzerland33 dalam cara pemujaan Peacock Angel orang-orang Timur Dekat,34 dalam Gurdjieff dan Ouspensky,35 dalam Hammerskjold (the Swede Dag Hammerskjold),36 Maurice Nicoll, dalam karya-karya Shakespeare37 dan psikologi Kenneth Walker,38 dalam dongeng Dane Hans Christian Andersen,39 dalam karya Sir Richard Burton (ia sendiri seorang darwis tarekat Qadiriyah),40 dalam terbitan seri buku pelajaran bahasa Inggris dari Oxford University Press, 41 dalam buku anak-anak kontemporer,42 dalam agama para 'penyihir',43 dalam simbolologi Rosicrucian,44 dan Illuminasi (Pencerahan),45 dalam beberapa karya para skolastik Barat abad pertengahan,46 dalam Bhakti cara pemujaan orang-orang Hindu,47 --meski pemikiran ini amat populer di Barat sebagai suatu sistem Hindu tradisional-- dalam kitab-kitab rahasia pengikut Ismaili,48 dalam organisasi, nama dan teknik yang disebut para Assassin (orang yang disewa untuk membunuh tokoh politik atau alasan politik),49 dalam dongeng dan teknik yang dianggap asal mula Zen-Jepang,50 atau kata orang berkaitan dengan Yoga,51 dalam materi yang menghubungkan pada Knights Templar,52 dalam literatur psikoterapi, dalam Chaucer53 dan Dante Alighieri54 --dan saya sekadar menyebut satu persatu sumber-sumber tersebut secara acak.

KESALAHPAHAMAN TENTANG GAGASAN DAN FORMULASI SUFI
Apakah gagasan Sufi itu, bagaimana hal itu diungkapkan, di mana kita mencarinya?
Banyak gagasan-gagasan yang dapat dengan mudah kita identifikasi berasal dari kaum Sufi karena konteks dan atribusi aktual di dalam teks mereka. Tetapi problem khusus di balik ini adalah fakta, bahwa tidak ada catatan tentang bentuk pemikiran lain atau sistem yang tersebar begitu luas dan jauh ke berbagai bidang kehidupan serta pemikiran, di Timur maupun Barat. Tidak ada yang mengharap dilatih untuk hal-hal semacam itu, kecuali kaum Sufi, yang tidak membutuhkan material (hal-hal yang bersifat duniawi). Sebagai konsekuensi, kita mendapat pertanyaan: apakah Sufisme suatu rangkaian dari pemujaan shamanistik, sebuah filsafat, agama, masyarakat rahasia (terasing), dan sistem pelatihan ilmu gaib, kecenderungan utama aliran kesusastraan dan puisi, atau sistem militer, keksatriaan, atau barangkali suatu cara pemujaan komersial?
Problem serius adalah dalam menempatkan gagasan dan praktek-praktek Sufi yang ada secara murni dan relevan, juga bagi seorang siswa (murid) yang sudah menemui pencairan, generalisasi atau penggalan dari bermacam-macam Sufisme, baik di Timur maupun Barat. Ada ratusan orang di Eropa dan Amerika yang mempraktekkan 'tarian darwis, berputar atau melingkar' meski faktanya hal itu tercatat dalam literatur darwis55 yang mudah diterima, bahwa kegiatan ini secara khusus 'ditentukan', untuk alasan-alasan lokal, oleh Ar-Rumi bagi masyarakat Asia Kecil di wilayah Iconium.56 Dalam cara yang sama, ketika semua itu terpengaruh oleh 'kerja' atau 'sistem' Barat yang berusaha mengikuti Gurdjieff dan Ouspensky --jumlahnya ribuan-- secara jujur dikatakan bahwa latihan dan metode mereka dikenal dan diterapkan dengan baik di tarekat-tarekat Sufi tertentu, tetapi bahwa mereka menggunakan suatu cara yang berbeda dan sikap yang lebih diterima akal berkaitan dengan masyarakat yang terlibat, mereka --lebih sering-- tidak mampu menerima statemen ini. Keuntungan bagi kaum Sufi dalam kasus-kasus serupa ini, mulai berlimpah karena kesalahpahaman atau kesalahan dalam terapan.
Fenomena lain, yang hingga kini terus tumbuh secara pesat, memanfaatkan beberapa gagasan dan praktek-praktek Sufi, dikenal oleh ribuan orang di Barat sebagai 'Subud'. Prosedurnya adalah terutama didasarkan pada metode-metode Naqsyabandiyah-Qadiriyah,57 tetapi pada presentasinya sekarang sudah terbalik. Dalam pertemuan Subud dinamakan Latihan,58 para anggotanya menantikan pengalaman-pengalaman khusus, yang diyakini sebagai Kehendak Tuhan di dalamnya. Sebagian berpura-pura, sebagian benar-benar secara mendalam, sebagian tidak keduanya. Hal menarik di sini adalah bahwa sikap Subud dalam menilai sebuah pengalaman, dan sebagian yang tidak berpura-pura atau yang berhenti merasakan ikut-ikutan memasukinya, akan berlalu. Sisanya adalah pendukung pergerakan. Tetapi, menurut gagasan dan praktek-praktek Sufi dengan benar adalah, mereka yang tidak merasakan keadaan subyektif, atau yang pada suatu saat telah terpengaruh oleh keadaan itu, kemudian tidak lagi merasakannya, adalah para calon yang sebenarnya untuk tahap (tingkat) berikutnya.59 Bagi kaum Sufi, orang yang tidak memahami hal ini, mungkin seperti orang yang mencoba melatih otot-ototnya, berpikir bahwa latihan tidaklah bagus karena ia tidak lagi merasa kekakuan (kejang-kejang) pada anggota badannya. Keuntungan Subud impas, setidaknya sebagian, dengan kerugian-kerugian tersebut.
Inilah persoalan yang sesungguhnya dalam upaya mempelajari gagasan-gagasan Sufi yang asli, melalui popularisasi semacam itu. Selama pembalikan ini telah menuntut terminologi Sufi, para murid mungkin tidak akan dapat menanggalkan (ikatan) perkumpulan Subud ketika ia mendekati Sufisme.
Namun problem lainnya, benar-benar karakteristik Sufi, menimbulkan pertentangan besar. Barangkali hal ini dapat ditegaskan dengan mengatakan, bahwa literatur Sufi mengandung banyak materi yang lebih maju dari zamannya. Buku Sufi tertentu, sebagian diterjemahkan dalam bahasa Barat dan merupakan bahan yang dapat dibuktikan, mengandung materi yang tampaknya menjadi komprehensif hanya jika penemuan-penemuan psikologi 'baru' dan teknik ilmiah dapat dibuat serta dikenal dengan baik. Sebuah pembuktian dari pernyataan-pernyataan yang semula tampak ganjil dan mustahil, kemudian ternyata menjadi mungkin. Para Orientalis Barat dan lainnya mencatat, misalnya, bahwa Jalaluddin ar-Rumi dari Afghanistan (wafat 1273),60 Hakim Sanai dari Khurasan (abad ke-14),61 al-Ghazali dari Persia (wafat 1111),62 dan Ibnu al-Arabi dari Spanyol (wafat 1240),63 berbicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan psikologi, teori-teori psikologi dan prosedur psikoterapi, yang tidak akan dapat dipahami oleh pembaca tanpa 'infrastruktur' kontemporer yang diperoleh belakangan di Barat. Konsekuensinya, pemikiran-pemikiran tersebut dinamakan atau disebut 'Freudian', 'Jungian' dan sebagainya.
Sufi menyatakan bahwa 'manusia bangkit dari lautan', dan ia berada dalam kondisi evolusi, menempuh periode waktu yang hebat, merupakan omong kosong yang aneh sampai abad kesembilanbelas ketika kaum darwis menggunakan materi ini dengan senang hati.64
Sudah sering disebutkan bahwa kekuatan terkandung dalam atom,65 pada 'dimensi keempat',66 pada relativitas,67 perjalanan ruang angkasa,68 telepati; telekinetis. Kadang hal tersebut diperlakukan sebagai fakta, kadang menunjuk pada teknis, kadang sebagai kapasitas, kekinian dan masa depan manusia. Sejumlah kesadaran prakognitif dan fenomena lain yang sejenis, dinilai hanya dalam cahaya pengetahuan yang agak modern, atau masih menunggu pembuktian oleh para ilmuwan konvensional. Lebih dari tujuhratus tahun yang lalu, Ibnu al-Arabi menegaskan bahwa pemikiran manusia berusia empatpuluh ribu tahun, sementara orang-orang Yahudi Ortodoks, Kristen dan Islam percaya masih menjalani 'perjanjian' atau 'penentuan waktu' skriptural dari sang Pencipta hanya pada empat sampai enamribu tahun sebelumnya. Beberapa riset terakhir, menentukan manusia 'modern' berusia sekitar tigapuluhlima ribu tahun.69
Beberapa olok-olok paling kuat, masih tetap ditujukan dalam beberapa lingkaran (kalangan) di mana kaum Sufi menjadi subyek, adalah berhubung dengan penekanan klasik mereka, bahwa dari obsesi-obsesi yang sudah tertanam di masyarakat, dan penjelasan mereka yang bersifat tidak menyenangkan mengenai indoktrinasi dan emosi yang telah dikacaukan dengan karunia spiritual, oleh orang-orang yang sangat antusias terhadap agama (religius) yang mengerikan. Hanya dalam beberapa dekade lalu, terdapat orang-orang yang dapat memahami lebih baik daripada para pendeta.70
Problem khusus kedua adalah, kendati para ilmuwan benar-benar menanti pembuktian materi tersebut, atau mencoba menyelidikinya, kaum okultis yang mudah tertipu akan mengerumuni kaum Sufi yang mengatakan hal-hal tersebut sebagai diambil (berasal) dari Sufisme, mereka akan meminta dengan segera atau mendesak, mulai dari hak, pengetahuan yang berhubungan dengan magis, pengendalian-diri, kesadaran yang lebih tinggi, rahasia-rahasia tersembunyi dan sebagainya.
Bagi kaum Sufi, orang-orang yang percaya dan kadang tidak seinibang ini, dapat lebih merupakan suatu masalah daripada orang-orang skeptis. Para penganut ini menciptakan persoalan yang lebih jauh, karena suka akan pengetahuan magis yang mudah, mereka mungkin dengan segera akan beralih kepada organisasi-organisasi tersebut (dengan maksud baik dan selainnya) yang tampaknya dapat memuaskan kehausan mereka akan hal-hal yang tidak dipahami atau tidak wajar; atau mencoba 'jalan pintas'. Tidak dapat disangkal kalau kita menggunakan ungkapan ini --tetapi selalu dengan kualifikasi-kualifikasi: 'Seorang ahli, bagaimanapun, menemukan atau merencanakan jalan pintas menuju pencapaian pengetahuan Tuhan. Ada banyak jalan menuju Tuhan, sebanyak jiwa manusia'.71 Beberapa perkumpulan seperti itu terdapat di Inggris dan Amerika. Jika Anda menulis untuk literatur mengenai salah satu dari perkumpulan tersebut, Anda akan mendapat suatu publikasi yang menyatakan bahwa kaum Sufi lebih suka diet vegetarian dan para murid tersebut pastilah 'bebas dari kasta, warna (kulit) dan keyakinan', sebelum mengembangkan 'kekuatan-kekuatan gaib'.
Gerakan lain, menggunakan nama Sufi, mengidolakan para pendiri mereka, memberi anggota semacam upacara inter-religi. Lebih dari satu praktek-praktek resital musik, dimaksudkan untuk mengharuskan para pencari menggerak-gerakkan anggota badan menuju suatu kegembiraan yang bermanfaat --pengganti fakta bahwa ajaran Sufi yang dicatat secara luas, kalau musik dapat membahayakan72 dan bahwa itulah yang diajarkan, bukan guru, yang merupakan pokok dari Sufisme. Manfaat dari informasi Sufi, sekali lagi seimbang dengan kerugian dari praktek yang salah dan pilihan bacaan yang telah bias (menyimpang).
Imigrasi bangsa-bangsa Asia --Arab (terutama dari Aden dan negara Somalia), India dan Pakistan-- ke Inggris telah memperkenalkan 'Sufisme' dalam bentuk lain. Ini mengelilingi kelompok-kelompok keagamaan Islam fanatik yang berkumpul sembahyang bersama (berjama'ah), yang menstimulasi mereka secara emosional dan kadang memberi pengaruh katarsis. Menggunakan terminologi dan kesamaan organisasi Sufi, yang memiliki cabang di banyak kota-kota industri dan kota-kota pelabuhan di Inggris.
Persoalannya di sini bukan sekadar bahwa banyak para partisipan saat ini tidak dapat mempelajari gagasan-gagasan Sufi (sejak mereka percaya kalau mereka sudah mengetahuinya), tetapi bahwa siapa pun --sosiolog, antropolog atau anggota masyarakat biasa-- tidak selalu tahu, bahwa hal tersebut tidak mewakili Sufisme, lebih mewakili penaklukan ular dalam agama Kristen, atau permainan matematika 'Bingo'. Manfaatnya, sekali lagi, ada pada level rendah; kerugiannya tidak sedikit.
Seperti pertemuan mereka yang terindoktrinasi, ke seluruh dunia Islam dari Maroko sampai Jawa, mereka ini seringkali merupakan kelompok-kelompok fanatik yang menggunakan bentuk Sufi. Sebagian, jelas histeris. Lainnya tidak pernah mendengar Sufisme dalam bentuk lain.73 Bagi mereka, pernyataan-pernyataan seperti dilontarkan Ibnu al-Arabi --"Malaikat adalah kekuatan yang tersembunyi di dalam pancaindera dan organ manusia" akan tampak menghujat-- dan mereka masih memuja Ibnu al-Arabi!74
Bukan hal yang mustahil jika entitas ini (melalui antusiasme semata, penyebaran uang yang efisien dan jalan lain menuju metode publikasi-massa modern) secara umum akan dianggap oleh pengamat sebagai Sufi yang sesungguhnya (sejati) atau mewakili gagasan Sufi. Barangkali ada benarnya mengatakan bahwa agama adalah masalah sangat (terlalu) penting, untuk diserahkan kepada para intelektual spekulatif yang tidak ahli dan kepada pendeta. Kecenderungan berikutnya, 'memperjuangkan' aktikitas keimanan. Ini kesalahan kuno. Al-Ghazali pernah diyakini di Barat sebagai teolog Katholik Abad Pertengahan. 'St Jehosaphat' telah ditunjuk sebagai Budha, dan 'St Charalambos' dari Yunani dinyatakan tidak lain dari guru darwis, Haji Bektash Wali, yang mendirikan aliran Bektash.75 Pendeta Kristen abad kelimabelas, Therapion, adalah penyair, darwis Turabi.76
Perkembangan-perkembangan seperti itu sudah terlihat di negara-negara Timur, dimana pengikutnya, seringkali berkarakter cukup menyenangkan, menghormati kaum Sufi, mempertahankan bahwa kekunoan mereka adalah Sufisme yang sebenarnya. Pada gilirannya, ini merupakan problem yang menjengkelkan dan tidak dikenal secara luas oleh orang-orang Barat yang tertarik pada warisan Sufi. Dihadapi dengan penerimaan atau penolakan, meyakinkan bahwa hal itu pasti Sufisme karena begitu banyak orang yang secara lokal menganggap demikian, sejumlah murid bereaksi secara serentak atau total, penerimaan tanpa kritik. Di Inggris, untuk tidak membicarakan negara Barat lain, terdapat contoh: 'sindrom konversi Sufi' --kadang dalam kasus person yang tidak berhubungan, siap dicetak untuk 'bukti' bahwa cara pemujaan ini, sebagaimana yang mereka lihat diantara penganut ekstasi, merupakan sesuatu yang diterima di Barat.77
Hal itu dapat memberi sensasi yang luar biasa, membandingkan keadaan ini dengan situasi hipotesis suatu wilayah yang belum berkembang dimana gagasan-gagasan maju sudah merembes, tetapi --melalui informasi yang kurang akurat dan kurang sistemik-- telah diadopsi oleh penduduk setempat dengan sikap yang dangkal dan tidak menguntungkan. Diantara komunitas yang belum berkembang, salah satunya tertarik untuk berpikir dalam istilah 'Cargo Cult',78 dimana para anggotanya membuat replika pesawat terbang dari kaleng, diyakini bahwa benda-benda tersebut secara magis menghasilkan suplai barang-barang bagus dari langit.79
Dan ternyata di sana masih kekurangan informasi dasar gagasan-gagasan Sufi. Memang ada, tetapi kebanyakan tidak dipelajari dan diterima oleh mereka yang dapat melakukannya. Muncul persoalan khas yang lain lagi; masalah yang disebabkan oleh tempat-tempat di mana materi ini muncul.
Kebanyakan materi-materi Sufisme dan kaum Sufi, sebagaimana merupakan hasil dari observasi yang mengagumkan, penelitian dan kerja lapangan di Asia, Afrika dan Eropa, muncul di media massa dari waktu ke waktu. Tetapi karena karya itu tidak selalu dihasilkan oleh para 'spesialis kenamaan', atau karena ditulis atau muncul di media massa koran, jelas tidak dianggap ditulis oleh orang yang berwenang di 'bidang'nya, maka materi itu hilang.

Berikut beberapa contoh baru:

Dua artikel brilian dalam Blackwood's Magazine80 tahun 1961 dan 1962. O. M. Burke menjelaskan gagasan dan praktek Sufi di Pakistan, Tunisia, Maroko dan sebagainya. Secara garis besar, ia menguraikan teori dan latihan-latihan Sufi yang diketahui dengan baik dalam praktek-praktek Sufi, tetapi secara harfiah tidak selalu terwakili dengan jelas di dalam literatur. Tahun 1961, sebuah koran Delhi81 menulis laporan yang bagus tentang keyakinan dan deliberasi Sufi di Paris. Dalam sebuah jurnal keilmuan tahun 1962, terdapat kontribusi penting oleh seorang dokter Mesir dengan menggambarkan pemikiran serta prosedur psikoterapi komunitas darwis di Asia Tengah dan cabang-cabang internasionalnya. Tidak satu pun dari materi ini akan dikutip dalam literatur para Orientalis atau bahkan para Okultis.
Tampaknya belum ada kutipan yang diambil dari artikel penting, tulisan orang lain yang berhubungan dengan kehidupan, tradisi lisan tentang 'ajaran rahasia' di Timur Tengah maupun Timur Jauh, yang dipublikasikan pada tahun 1960 dalam Contemporary Review.83 Hasrat untuk menyebarkan gagasan dan praktek Sufi serta sikap-sikap khusus yang memang sudah berjalan ini, dan juga peragaan-peragaan simbolis dari gagasan-gagasan Sufi dijalankan dalam sebuah komunitas Hindu-Kush yang luas, serta mempunyai cabang di Eropa, hal ini memberikan dokumen utama lagi. Karena, tidak diragukan lagi, telah dipublikasikan dalam Lady84 sebuah majalah mingguan wanita, yang dapat dipertimbangkan sebagai sumber riset.85
Seorang koresponden The Times,86 tahun 1964 menulis dengan tegas sejumlah gagasan dan praktek-praktek di Afghanistan, serta penyebarannya di dunia Arab. Tampaknya tidak mungkin kalau laporan yang sangat berarti ini akan pernah merupakan atau menjadi bentuk sebagian dari literatur formal Sufisme. Sebuah artikel dalam She tahun 1963, dan lainnya tahun 1965,87 berisi setidaknya beberapa materi tentang fakta paling menarik dan tidak tercatat sebelumnya.


BENTUK-BENTUK KEGIATAN SUFI
Apakah ajaran Sufi lainnya, Bagaimana mereka melakukannya? Apa persoalan-persoalan khusus bagi yang ingin mempelajari gagasan-gagasan Sufi dari sumber yang mempunyai nama reputasi?
Kaum Sufi menyatakan, bahwa itulah suatu bentuk ilmu pengetahuan yang dapat dicapai manusia, dimana seperti suatu perintah untuk pelajaran skolastik, sebagaimana orang dewasa kepada bayi. Sebagai contoh, perbandingan al-Ghazali: "Seorang anak tidak memiliki ilmu pengetahuan yang nyata mengenai hasil-hasil yang dicapai oleh orang dewasa. Seorang dewasa biasa (awam) tidak dapat memahami hasil-hasil yang dicapai seorang terpelajar. Dalam cara yang sama, seorang terpelajar tidak dapat mengerti tentang pengalaman-pengalaman orang-orang suci yang selalu mendapat pencerahan, atau para Sufi."88 Ini untuk sebuah permulaan (awal), bukan sebuah konsep yang mana secara instan direkomendasikan tersendiri untuk orang terpelajar. Hal ini bukanlah persoalan baru. Pada abad kesebelas, Muhammad al-Ghazali (Algazel) yang telah memelihara (menyelamatkan) para teolog Muslim dari penafsiran materi-materi yang berhubungan dengan Islam dalam suatu cara serupa --sebagaimana menggagalkan serangan filsafat Yunani, yang diinformasikan para sarjana Yunani-- bahwa mode ilmu pengetahuan mereka lebih rendah mutunya daripada yang diperoleh melalui praktek-praktek Sufi. Mereka menjadikan dirinya sebagai pahlawan mereka, dan para pewaris mereka tetap mengajarkan penafsiran-penafsirannya sebagai Islam ortodoks, meskipun pernyataannya bahwa metode akademis adalah tidak cukup dan kurang bermutu untuk ilmu pengetahuan yang sebenarnya (sejati).
Kemudian ar-Rumi, penyair dan mistikus besar, yang mengatakan kepada pendengarnya bahwa seperti seorang tuan rumah yang baik, ia telah memberi mereka puisi karena mereka membutuhkannya, untuk melengkapi apa yang ditanyakan. Tetapi, ia melanjutkan, puisi adalah tak berharga dibanding dengan suatu perkembangan penting tertentu dari individu. Hampir tujuhratus tahun ia masih dapat melukai orang-orang dengan kata-kata ini. Tak berapa lama kemudian, seorang pengulas dalam sebuah koran Inggris yang memiliki reputasi baik, juga merasa terhina dengan bagian ini (dimana dia menemukan dalam sebuah terjemahan), bahwa dia berkata, "Ar-Rumi mungkin berpikir bahwa puisi adalah omong kosong. Saya pikir bahwa puisinya adalah omong kosong dalam terjemahan ini."
Tetapi gagasan-gagasan Sufi, diambil dari sikap tersebut, tidak pernah dimaksudkan untuk menantang manusia, hanya untuk memberinya atau melengkapinya dengan suatu tujuan yang lebih tinggi, untuk mempertahankan konsepsinya bahwa mungkin ada beberapa fungsi (manfaat) dari pikiran yang dihasilkan sebagai contoh para tokoh besar Sufi. Yang tak dapat dielakkan adalah orang-orang yang bertabrakan dengan gagasan ini. Hal itu karena kelaziman dari reaksi ini, bahwa kaum Sufi mengatakan, kalau orang tidak benar-benar menginginkan pengetahuan bahwa pernyataan-pernyataan Sufisme menjadi dapat tertanam: mereka sesungguhnya hanya mencari kepuasan hati mereka sendiri, di dalam sistem berpikir mereka.89 Tetapi Sufi menuntut dengan tegas: "Waktu yang singkat berada di hadapan teman-teman (kaum Sufi) adalah lebih baik daripada seratus tahun pengabdian yang tulus, dan patuh." (Ar-Rumi).
Sufisme juga menyatakan bahwa manusia mungkin (mampu) menjadi obyektif, dan obyektikitas tersebut memungkinkan individu memahami fakta-fakta yang 'lebih tinggi'. Manusia oleh karena itu diundang untuk mencoba mendorong evolusinya mendahului terhadap apa yang kadang disebut di dalam Sufisme 'akal budi yang sesungguhnya' (real intellect).90
Kaum Sufi beranggapan, bahwa jauh dari pengetahuan ini di dalam buku-buku yang ada, bagian terbesar dari hal itu harus dikomunikasikan secara personal dengan memakai suatu interaksi antara guru dan murid. Sangat banyak perhatian pada halaman-halaman tertulis, mereka menegaskan, bahkan dapat berbahaya. Inilah persoalan selanjutnya; karena hal itu muncul untuk menentang sarjana atau pelajar tak kurang daripada anggota komunitas modern terpelajar yang merasa, jika pada waktu itu hanya secara bawah sadar, bahwa semua ilmu pengetahuan sudah tentu ada di dalam buku-buku.
Kendati demikian, kaum Sufi telah bekerja keras dalam waktu yang lama untuk menyadur kata-kata yang tertulis guna menyampaikan bagian-bagian tertentu dari apa yang mereka ajarkan. Hal ini telah membawa kepada penggunaan materi-materi yang dimanipulasi dan ditulis dalam kode --tidak dirancang secara khusus atau selalu untuk menyelubungi arti yang sebenarnya, tetapi bermaksud untuk memperlihatkan apabila membaca sandi, bahwa apakah yang terlihat di permukaan tampak seperti sebuah syair yang lengkap, dongeng, cerita yang dibuat-buat, risalah dan sebagainya, mudah atau rentan terkena interpretasi lain: suatu peragaan yang demikian itu analog dengan efek sebuah kaleidoskopis. Dan apabila kaum Sufi menggambar diagram-diagram untuk tujuan serupa itu, para penjiplak cenderung menyalinnya belaka, dan menggunakannya pada tingkat pengertian mereka sendiri.91
Teknik Sufi yang lain melengkapi problem selanjutnya. Banyak bagian-bagian, bahkan seluruh buku-buku atau rentetan pernyataan-pernyataan Sufi yang tegas, dirancang untuk merangsang pemikiran bahkan kadang-kadang dengan metode mengembangkan kritikisme yang sehat. Dokumen-dokumen ini sangat sering diambil oleh para murid literalis mereka sebagai cara menerjemahkan yang seberiamya terhadap kepercayaan-kepercayaan yang dipegang oleh para penulisnya.92
Di Barat umumnya, kita memiliki banyak atau lebih dari cukup terjemahan. Kebanyakan cara penterjemahan adalah sesuai dengan aslinya terhadap hanya satu faset dari teks-teks multidimensional. Para murid Barat, sesungguhnya tahu bahwa dimensi-dimensi internal itu eksis, tetapi (mereka) belum menggunakannya secara luas dalam karya-karya mereka. Menjadi adil, jelas, hal itu dikatakan kalau beberapa telah mengakui bahwa mereka tidak dapat mengerjakannya (hal itu).93
Gagasan Sufi yang lain --menghasilkan sebuah problem yang banyak ditemukan tidak mungkin menggabungkan dalam pikiran-pikiran mereka-- adalah penegasan Sufi bahwa Sufisme dapat dipikirkan dalam banyak penyamaran. Kaum Sufi, dalam satu kata, secara singkat dilarang setia pada sesuatu adat kebiasaan.94 Beberapa sangat dengan senang menggunakan satu format religius, lainnya puisi romantis, beberapa berhubungan dengan kelakar (humor), dongeng dan legenda, namun lainnya mempercayai bentuk-bentuk seni dan hasil-hasil dari para pengrajin. Sekarang seorang Sufi dapat menceritakan dari pengalamannya, bahwa semua penyajian (presentasi) itu sah atau masuk akal. Tetapi orang yang bukan anggota, para literalis, bagaimanapun setianya, dia mungkin akan sering diminta kesaksian untuk mengatakan apakah para Sufi ini (atau kelompok kaum Sufi ini atau itu) adalah ahli kimia, anggota serikat pekerja, orang yang tergila-gila terhadap hal-hal religius, para joker,95 ilmuwan, --atau apa. Problem ini, sementara hal itu mungkin khusus Sufisme, adalah sama sekali tidak baru. Kaum Sufi dibunuh secara hukum,96 diseret keluar dari rumah-rumah mereka atau disuruh membakar buku-buku mereka, karena melakukan rumusan-rumusan non-religius atau yang tidak diterima secara lokal. Beberapa penulis Sufi klasik terbesar, dituduh melakukan bid'ah, kemurtadan, bahkan kejahatan politik. Bahkan (hari ini) mereka diserang dari semua jenis kalangan-kalangan yang setia, tidak hanya bersifat keagamaan.97
Bahkan suatu pengamatan sepintas, yang dianggap asli mengenai Sufisme, menyatakan bahwa Sufisme merupakan suatu ajaran yang bersifat esoterik dalam Islam (yang karena itu dianggap sebagai kompatibel sepenuhnya), itu juga berada di belakang rumusan-rumusan yang banyak orang memperhatikan menjadi berbeda secara diam-diam dari satu orang ke orang lain. Oleh karena itu ketika "rentetan penyebaran" dari guru-guru yang ternama meluas, kembali kepada Nabi Muhammad saw dalam garis keturunan ini atau itu dari pertalian yang digunakan oleh sebuah aliran atau guru, hal itu mungkin juga dihubungkan atau dianggap --oleh penguasa (setempat) yang sama-- sebagai garis keturunan dari seorang seperti Uwais al-Qarni (wafat pada abad ketujuh) yang tidak pernah bertemu dengan Muhammad saw di dalam hidupnya.98 Suhrawardi yang dapat dipercaya, memiliki persamaan dengan (meski banyak sebelumnya) orang-orang Rosicrucia dan lainnya, secara spesifik menyatakan bahwa ini merupakan suatu bentuk kebijakan yang dikenal dan dipraktekkan dengan berhasil oleh orang-orang bijak termasuk di dalamnya Hermes kuno, yang penuh dengan rahasia, dari Mesir.99 Individu lain yang tidak kurang reputasinya --Ibnu al-Farid (1181-1235)-- menekankan bahwa Sufisme terletak di belakang dan sebelum sistematisasi,-- bahwa 'anggur kami telah ada sebelum apa yang engkau sebut the grape and the vine (aliran dan sistem)':
Kami telah meminum sebutan tentang Sahabat,
Menggembirakan diri kami sendiri, bahkan sebelum penciptaan anggur.100
Tidak diragukan lagi, bahwa para darwis, calon Sufi, telah secara tradisional berkumpul bersama-sama untuk mengkaji atau belajar sisa-sisa apa saja dan ajaran yang mereka temukan ini, menunggu saat yang memungkinkan apabila seorang tokoh mungkin muncul diantara mereka, dan membuat efektif prinsip-prinsip dan praktek-praktek yang arti hidupnya telah hilang (lenyap), untuk mereka. Teori ini ditemukan di Barat, tentu saja, di dalam Freemasonry (dengan konsepnya tentang 'Rahasia yang Hilang'). Latihan (praktek) secara layak ditegaskan sebagai contoh, di dalam buku Awarf-ul-Ma'arif dan hal itu telah dikaitkan dengan perhatiannya dalam hal-hal semacam sebagai suatu indikasi dari pengharapan messianik yang dicirikan dalam Sufisme. Betapapun bahwa itu mungkin (dan itu mestinya suatu 'fase yang berhubungan dengan persiapan', bukan Sufisme yang sebenarnya) ada fakta-fakta atau bukti bahwa orang-orang di Eropa dan Timur Tengah, apa pun komitmen atau kepercayaan psikologis, telah dari waktu ke waktu ditetapkan dan bersemangat dalam doktrin-doktrin Sufi oleh para guru, yang kadang-kadang misterius asal-usulnya, telah berada diantara mereka. Orang-orang ini telah berabad-abad ditunjuk atau dianggap sebagai manusia universal atau sempurna (insan al-kamil). Kasus seperti ar-Rumi dan orang-orang Syam dari Tabriz, dari Bahauddin Naqsyabandi (abad ke-14) dari Bukhara; dari Ibnu al-Arabi, yang mengajar dalam sudut pandang agama, para tokoh puisi kuno dan cinta, dan banyak lainnya yang kurang dikenal di dalam literatur Barat.
Problem bagi murid di sini mungkin bukan apakah bentuk 'irasional' dari kegiatan ini atau makanan-minuman dari suatu tradisi berlangsung atau tidak; melainkan kesulitan yang agak bersifat psikologis tentang penerimaan orang-orang serupa sebagai benar-benar memiliki suatu fungsi atau manfaat khusus untuk 'menyatukan kembali manik-manik tasbih dari air raksa' atau 'mengaktifkan kembali, membangunkan, aliran batin di dalam diri manusia'.
Tetapi kita bahkan tidak memulai untuk menghitung atau menyebut satu demi satu di ladang-ladang yang mana kaum Sufi dan entitas-entitas yang terkenal, telah ditemukan oleh mereka (mereka ini belakangan menjadi suatu minoritas dari jumlah yang sebenarnya, karena Sufisme adalah tindakan, bukan institusi), telah mengamalkan bentuk-bentuk tindakan sosial, filosofis, dan lain-lain, seribu tahun lalu. Karakter-karakter yang tampaknya bermacam-macam sebagaimana keterusterangan ar-Rumi, kesucian Chisyti, si 'mabuk Tuhan' al-Hallaj,101 ahli kenegaraan dari para Mujaddid, telah bekerja untuk abad-abad selanjutnya reunifikasi yang aktual dari komunitas-komunitas yang tampaknya terbagi secara tetap.
Karena usaha-usaha mereka ini, dan dinilai dengan standar-standar yang tidak cukup, dan sering tidak akurat dari para komentator mereka, orang-orang ini telah dituduh menjadi orang-orang Kristen (secara) rahasia, Yahudi, Hindu, Kafir, dan penyembah matahari. Ketika para pendukung Bektasli menggunakan nomer (angka) duabelas, dan diberi --seperti al-Arabi dan ar-Rumi-- mitos-mitos orang Kristen, suatu tempat yang tinggi dalam ajaran-ajaran mereka. Hal itu telah (dan tetap) dianggap bahwa mereka memupuk modal atau memberi modal pada daerah yang terdapat banyak orang Kristen tanpa suatu kepemimpinan efektif. Validitas tindakan ini menunggu pembuktian dari jawaban Sufi bahwa orang-orang Kristen, seperti juga lainnya, rumusan-rumusan mengandung suatu ukuran berharga mengenai pemikiran (yang dalam) 'dalam keadaan yang cocok atau pantas' dapat diterapkan kepada manusia.
Para pengikut Haji Bektash (wafat 1337) telah dan tetap dalam beberapa tempat, dianggap sebagai amoral, karena praktek mereka mengijinkan kaum perempuan pada pertemuan-pertemuan mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat, atau akan mengerti mereka ketika mereka mengatakan bahwa hal itu (adalah) penting atau tak dapat dihindarkan, untuk mengenakan kembali 'pakaian' keseimbangan sosial, dari suatu masyarakat yang didasarkan atas supremasi kaum laki-laki. 'Pengembalian kedudukan sosial kaum perempuan' dengan mudah disuarakan, hingga belum lama berselang hal itu menjadi suatu tujuan yang 'dapat diterima' seperti sebuah jubah atau selubung untuk pesta yang memabukkan.
Tidak ada seorang pun yang mempunyai kedudukan sosial, bahkan di abad ke-19 dan awal abad ke-20, menyusahkan diri sendiri untuk melihat pada tuntutan, yang dibuat oleh laki-laki seperti Sufi Turki yang terpelajar dan Zia Gokalp yang ternama,102 bahwa para penulis Sufi pada abad-abad yang lalu, memiliki garis besar dan menggunakan teori-teori yang belakangan diidentifikasi dengan nama-nama dari Berkeley, Kant, Foullee, Gruyeau, Nietzsche, dan William James.
Hal ini membawa kita kepada proyeksi Sufi lain yang penting, sesuatu yang menyebabkan teka-teki --dan bahkan kegusaran-- pada beberapa macam orang tertentu, tetapi sekalipun demikian harus dihadapi. Hal itu adalah tuntutan bahwa apabila kegiatan Sufistik menjadi terpusat pada satu pokok, atau satu komunitas dalam suatu bentuk yang sangat aktif dan 'sebenarnya' (bukan tiruan), juga dikerjakan hanya untuk waktu terbatas dan tujuan-tujuan berbeda. Inilah tipe orang yang mengatakan, 'Saya ingin hal itu di sini dan sekarang atau tidak sama sekali,' yang tidak menyukai pernyataan ini. Mengajukan cara lain, gagasan bahwa tidak pernah ada masyarakat yang sempurna, juga tidak kebutuhan-kebutuhannya secara pasti, sama seperti masyarakat-masyarakat lain. Tidak ada seorang Sufi yang bermaksud menegakkan sebuah institusi yang berlangsung secara terus menerus. Bentuk luar di mana dia menanamkan gagasan-gagasannya adalah suatu kendaraan singkat atau wahana yang didiami sementara, dirancang untuk operasi lokal. Bahwa hal itu berlangsung lama, ia berkata, adalah dalam wilayah lain.

KESULITAN-KESULITAN DALAM PEMAHAMAN SUFISME
Dalam abad dimana institusionalisasi bergerak maju secara lambat ini, setidaknya sama sulitnya dengan membuat masalah ini secara efektif Bagaimana pun seribu tahun lalu, pengembara darwis Niffari di Mesir, dalam pengaruh-tetap klasiknya, Muwaqif ('orang-orang yang berhenti'), dengan penuh semangat menekankan bahaya dari kesalahan wahana untuk mencapai sasaran.
Dekat dengan masalah ini adalah satu diantara kepemimpinan atau jabatan guru. Guru Sufi adalah seorang konduktor, pemimpin dan instruktur (pelatih) --bukan dewa. Pemujaan pribadi dilarang dalam Sufisme.103 Oleh karena itu ar-Rumi mengatakan: "Janganlah melihat bentuk luarku, tetapi ambil apa yang ada dalam tanganku," dan Jurjani mengatakan: "Kerendahan hatiku yang engkau sebut adalah tidak ada, karena engkau telah terpengaruh olehnya. Hal itu ada karena alasannya sendiri."104 Bagaimana pun kepribadian yang menarik bagi orang biasa bahwa para pengganti guru-guru Sufi telah cenderung menghasilkan, lebih baik daripada penerapan kehidupan atas prinsip-prinsip berpikir, sistem-sistem hagiografi, ganjil dan kurang sempurna. Tema mengenai sifat kesementaraan dari 'kepompong' ulat gemar dilupakan. Karena itu tetap dibutuhkan suatu teladan baru.
Problem selanjutnya bagi murid yang tidak sadar akan situasi di atas merupakan eksistensi dari apa yang telah disebut 'biografi ilustratif'. Muatan materi ini dirancang untuk belajar, pada akibat-akibat tertentu, di dalam perjalanan di mana banyak dongeng atau cerita isapan jempol dapat berisi fakta-fakta yang didramatisasi. Dengan perjalanan waktu, mereka hidup lebih lama daripada manfaat mereka, dan kemudian diambil sebagai kebohongan atas catatan-catatan kebenaran harfiah. Di mana ahli sejarah yang akan dengan rela melepas atau menyerahkan sumber materi seperti itu?
Hal itu sebagai contoh, karena di dalam sebuah biografi Maulana Jalaluddin ar-Rumi105 ia menyatakan telah melewatkan atau menghabiskan masa-masa yang panjang dalam bak mandi Turkinya, para pencari yang memiliki kesadaran lebih tinggi dan akan dicerahkan telah benar-benar tahu berkah dari laporan tersebut dengan arti seperti membangun dan sering-sering mengunjungi steambath milik mereka. Mereka, sebaliknya, mempunyai milik para penirunya sendiri ...
Bagi siapa yang ingat sajak kanak-kanak mereka, mungkin dapat memahami satu aspek dari kajian berkaitan dengan Sufi dengan memikirkan tentang ketidakberuntungan Humpty-Dumpty. Seperti Humpty, gagasan-gagasan Sufi telah mengalami suatu kejatuhan yang besar --ketika telah dipakai pada tingkatnya terendah. Sebagai konsekuensi, mereka telah jatuh ke dalam semua jenis tempat-tempat asing sama sekali. Lihat pada nukilan-nukilan Humpty, kita dapat menyebutnya para cendekiawan emosionalis dan konvensionalis, 'kuda-kuda milik raja' dan 'para lelaki milik raja' dalam sajak. Seperti mereka, ada suatu sifat yang tak dapat dielakkan mengenai ketidakberdayaan menghadapi persoalan. Seorang laki-laki dan seekor kuda --atau beberapa dari mereka-- milik seorang raja atau sebaliknya, adalah cocok hanya untuk sebegitu banyak tugas, tidak lebih. Sesuatu yang hilang, sebagaimana dalam sajak kanak-kanak: dan, kecuali (kalau) mereka kaum Sufi atau menggunakan metode-metode kaum Sufi, mereka tidak dapat 'menempatkan Humpty bersama-sama lagi'. Mereka memiliki kuda dan mereka memiliki orang laki-laki, tetapi mereka tidak mendapatkan kendaraan, ilmu pengetahuan.
Jika gagasan-gagasan Sufi, sebagaimana diungkapkan di dalam buku-buku dan diantara komunitas-komunitas yang berhubungan dengan persiapan atau 'anak yatim', dan bentuk yang telah ditentukan oleh ajaran-ajaran dan keberadaan suatu contoh yang bersifat manusiawi, sesungguhnya dirancang untuk melahirkan (menghasilkan) suatu bentuk daya pikir yang lebih bernilai daripada pemikiran yang bersifat mekanis, murid mungkin mengajukan alasan bahwa dia berhak tahu mengenai hasil tersebut. Dia mungkin berharap menemukan kaum Sufi mengambil satu bagian, tanpa kecuali, secara signifikan atau bahkan menentukan dalam peristiwa-peristiwa kemanusiaan. Sementara Sufi tidak akan menerima bahwa aklamasi publik adalah apa yang ia cari (paling banyak dari mereka lari), dan bahwa dia tidak khawatir atau menginginkan untuk menjadi seorang Albert Schweitzer --bersama dengan-- Napoleon bersama dengan--Einstein, meski terdapat bukti-bukti yang demikian berkesan dari pusaka atau warisan Sufi yang sangat kuat. Lebih mengejutkan daripada itu, bagi siapa yang mencari label dan batas Sufisme sebagaimana dengan cara yang sederhana ini, atau cara pemujaan itu, merupakan perluasan dan jenis-jenis dari dampak Sufi, mengesampingkan klaim Sufi bahwa tokoh terbesar mereka nyaris selalu tanpa nama (tak dikenal).
Selama periode-periode dari sebagian besar kekerasan monarki, pada milenium yang lalu, kaum Sufi di Timur telah menjadi raja atau di belakang mereka sebagai penasihat. Pada waktu yang sama, di bawah kondisi yang lain, kaum Sufi telah bekerja menentang banyak lembaga-lembaga martabat raja atau mengurangi penyalahgunaannya. Nama-nama dari tidak sedikit laki-laki dan perempuan berikut ini telah berhasil. Mogul Dara Shikoh dari India telah mencari suatu bentuk pertemuan antara Hindu, agamanya, dan Muslim, serta lain-lain.106 Para pembela (patriot) Sufi telah berperang melawan para tiran dari luar (asing) untuk kutipan-kutipan dari pernyataan yang ada --kadang di atas suatu skala besar, sebagaimana dengan Sufi yang terilhami para pendukung Janissari dari Turki, sisa-sisa pemimpin Syamil dari Kaukasus, Sanusi dari Libya, atau para darwis dari Sudan. Hampir semua literatur Persia dalam periode klasik adalah Sufistik, dan juga merupakan karya-karya ilmu pengetahuan, psikologi dan sejarah yang berlimpah.
Kutipan-kutipan hanya dibuat merupakan suatu peristiwa dari catatan sejarah dan dapat dikembangkan secara besar-besaran dalam tingkat dan jumlah.
Di mana pun penelitian-penelitian dengan cara sebagian-sebagian itu dilakukan oleh para sarjana di atas, yang sering saya gambarkan dalam wacana ini memiliki nilai tak terhitung, dalam fakta yang terpelihara, peninggalan itu untuk suatu semangat belajar yang baru, mengumpulkan dan menyatukan kegiatan-kegiatan Sufi yang luas dan bernilai dalam masyarakat. Dengan cara ini kita mungkin mencatat keberhasilan dan memperkecil kehilangan.
Seperti para murid --dan ini merupakan problem yang lainnya-- di samping kurang mudah mendapat indoktrinasi daripada para pendahulu mereka, harus mengingat akan muatan Sufistik itu sendiri ketika mereka mengatakan: 'Sufisme harus dipelajari dengan satu sikap tertentu, di bawah kondisi tertentu, dalam satu cara tertentu.'107
Banyak orang, secara membabi buta dalam sangat banyak kasus, telah memberontak melawan diktum ini. Tetapi apakah hal itu, betapapun, amat berbeda dari kata-kata: 'Ekonomi harus dipelajari dengan satu sikap tertentu (keinginan untuk mengerti) di bawah kondisi tertentu (disiplin skolastikisme dan buku-buku yang benar), di dalam suatu cara tertentu (mengikuti suatu kurikulum yang ditetapkan oleh siapa yang mengetahui pokok permasalahan secara tepat)?'
Pengkajian tentang Sufisme tidak dapat didekati, misalnya, dari sudut pandang tunggal, bahwa hal itu adalah suatu sistem mistikal yang dirancang untuk menghasilkan ekstasi dan didasarkan atas konsep-konsep teologis. Sebagaimana sebuah puisi Sufi oleh Omar Khayyam,108 menyatakan:
Di dalam bilik kecil dan beranda biara,
di dalam biara kristen dan gereja yahudi,
Di sini orang merasa takut akan neraka,
lainnya bermimpi tentang surga.
Tetapi ia yang tahu rahasia-rahasia kebenaran dari Tuhannya
Tidak menanam benih-benih seperti itu di dalam hatinya.
Tampaknya tidak mungkin bahwa banyak kemajuan terhadap pengertian yang tersebar luas tentang gagasan-gagasan Sufi akan terjadi hingga lebih banyak para sarjana membantu diri mereka sendiri terhadap metode-metode interpretatif tentang Sufi. Jika tidak demikian, mereka akan melanjutkan upaya yang sia-sia tentang fenomena kedua. Sebaliknya, hal ini menambah satu problem khusus untuk Sufi itu sendiri. Sebagaimana Ibnu al-Arabi berkata: "Sufi harus berbuat dan berbicara dalam suatu cara yang menggunakan pertimbangan pengertian, batas-batas, dan prasangka-prasangka yang secara dominan menyelimuti pendengarnya."109
Belajar yang benar tentang gagasan-gagasan Sufi tergantung atas penyediaan dan penggunaan yang benar dari literatur dan juga hubungan dengan pelatih atau pembimbing Sufi.
Sebagaimana tersedianya literatur, waktu mungkin mendapatkan hak tersebut dalam pelajaran biasa terhadap peristiwa-peristiwa, meski dua pengalaman tersisa menunjukkan bahwa kehilangan, lagi-lagi, mungkin menjadi serius.
Satu diantara buku-buku saya telah dikritik oleh seorang skolastik yang ulung dan ahli Sufisme di Timur Tengah atas alasan atau dasar bahwa pelawak (the Joker) Mullah Nashruddin bukan tokoh atau figur instruksi Sufi. Dia tidak tahu pada waktu itu dan mungkin tetap tidak tahu, bahwa pada saat itu seorang murid Eropa telah benar-benar tinggal dalam suatu komunitas darwis di Pakistan yang menggunakan Mullah Nashruddin dan tidak ada lainnya sebagai materi pelajaran. Jumlah dari para murid ini belum lama berselang diterbitkan dalam suatu jurnal Inggris tentang agama.110
Tetapi semata-mata menambah informasi mengenai Sufisme tidaklah cukup. Tidak lama ketika saya dengan tanpa dosa menuntut mengenai prospek hari raya (suci) dari seorang cendekiawan Barat yang saya tahan untuk membicarakan mengenai sebuah pulau Yunani, ia menyerang saya dengan sebuah makian. Mengacungkan sebuah salinan dari satu diantara buku saya, dia berkata: "Engkau membuang-buang waktumu memikirkan tentang hari raya, dan mencoba menyia-nyiakan waktu dari orang yang membaca buku ini; sesuatu yang lebih berharga daripada semua hari rayamu!"
Kita seharusnya tidak membuat bingung orang yang berpikir bahwa mereka tertarik pada Sufisme, atau orang yang berpikir bahwa mereka adalah kaum Sufi, dengan mereka yang benar-benar dapat mempelajari Sufisme dan mendapatkan keuntungan dari hal itu. Sufisme selalu telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dinilai dari suatu kajian orang yang menyatakan menjadi sahabat-sahabatnya.
Kajian yang efektif tentang Sufisme saat ini, yang terpenting di Barat, dimana rasa tertarik terhadapnya sungguh besar, syarat-syarat berikut bagi para calon murid:
  1. Mengerti bahwa bagian terbesar dari terjemahan-terjemahan yang tersedia adalah tidak sesuai. Hal ini terutama karena buku-buku aslinya dimaksudkan untuk komunitas khusus dan pengunjung serta budaya setempat, yang sekarang keberadaannya tidak dalam bentuk yang sama.
  2. Mencari bahan-bahan tulisan dan lisan dari orang yang memiliki otoritas dan kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh kaum Sufi untuk mengoperasikan dalam budaya, waktu dan lingkungan-lingkungan lain milik si murid.
  3. Mengakui bahwa semua organisasi kecuali kaum Sufi yang asli, selalu merupakan alat-alat yang bersifat kondisional, secara sadar atau sebaliknya.
  4. Siap untuk melepaskan prakonsepsi-prakonsepsi tentang apakah konstitusi 'belajar'. Kerelaan mempelajari peristiwa-peristiwa atau bahan-bahan materi yang mungkin tidak muncul menjadi 'esoterik'.
  5. Menentukan apakah penyelidikannya atau bukan, adalah suatu bentuk tersembunyi dari suatu penyelidikan untuk integrasi sosial, suatu manifestasi dari keinginan tahu belaka, suatu keinginan karena rangsangan emosional atau kepuasan hati.
  6. Menghargai, bahkan sebagai suatu karya hipotesis, kemungkinan bahwa ada (terdapat) suatu kesadaran, efisien dan sumber yang disengaja terhadap ajaran Sufistik yang benar-benar sah dalam pengoperasian di Barat.
Buku ini dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi bagi pembaca umum, sesuatu tentang kekayaan dan cakupan dari gagasan-gagasan Sufi.
Bahan-bahannya juga dipilih dan dipresentasikan agar dapat diaplikasi untuk orang-orang dari budaya kontemporer, menawarkan suatu bagian pengantar dari sebuah kajian (yang lebih serius).

CATATAN-CATATAN

Dimana mungkin, kutipan-kutipan telah dibuat dari karya-karya Eropa, Amerika dan karya lain yang komparatif.
Semua tanggal dinyatakan dalam term Era Kristen (Masehi).
1. 'Tholuck, F.A.G., Sufismus sive Theosophia Persarum pantheistica (Berlin, 1821, dalam bahasa Latin).
2. Ritual masonis (anggota perkumpulan semacam kebatinan), kata, istilah, dan lain-lain, seringkah dapat 'diuraikan' dengan menggunakan sistem-sistem Sufi. Sebagai contoh dan rujukan, lihat karya saya The Sufis (New York 1964; London, 1966), hlm. xix, 50, 178, 179, 182, 183, 184, 186, 188. Berkaitan dengan tradisi (lihat J.P Browm, The Darvishers [London, 1927], hlm. 229) Para anggota Mason (yang) Sufi memiliki satu wewenang dari Pondok Agung (Grand Lodge) Tiberias, anggota-anggota yang melarikan diri dari penghancuran Jerusalem. Mereka telah menjadi terkenal secara luas di Timur Dekat melalui Dzun Nun (wafat 860).
3. Berhubungan dengan penyair dan guru Sufi abad keempatbelas, Jami' (dalam karyanya Nahfat al-Uns). Syeikh Suhrawardi mencatat kata dari abad kesembilan, dan kata tersebut tidak ditemukan di dalam kamus-kamus serupa satu tanggal yang secara komparatif sebelum tanggal tersebut. Imam Qusyairi dalam karyanya Rasail menempatkan kemunculan kata-kata tersebut pada sekitar 822 M. Para Sufi lebih awal telah menggunakan banyak nama-nama, termasuk 'Keluarga', 'Pertapa', 'Saleh', 'Orang-orang yang Taqarrub'.
4. Misalnya, dalam Ibnu Masarra dari Cordoba (Spanyol) (883-931). Untuk pengaruh Sufistik di Eropa lihat misalnya, Garcin de Tassy, Pendahuluan pada Mantiq-Uttair ('Parliament of the Birds') (Paris, 1864).
5. Shuf = wool. Para eksternalis di Timur dan Barat telah seringkali mengadopsi etimologi tersebut, yang oleh karena itu muncul di dalam buku-buku referensi sebagai derivasi.
6. 'Wool adalah pakaian binatang', 'Ash-Shuf libas al-Inam': kutipan bahasa Arab dari The Revealation of the Veiled ('Pembukaan Rahasia tentang Misteri'), karya Hujwiri. Lihat Sirdar Ikbal Ali Syah, Islamic Sufism (London, 1933), hlm. 17.
7. Derivasi ini dan lainnya telah digunakan oleh diri kaum Sufi sendiri, menerangkan bahwa 'hakim' bukan kata orisinil, tetapi paling mendekati yang mana para Sahabat dapat menemukan kata milik mereka untuk diri mereka sendiri.
8. Manfaat lebih tinggi dari pikiran: misalnya, bandingkan, Kuplet Persia, 'Ba Mursyid besyudi Insan/Be Mursyid mandi Haiwan' ('Dengan seorang Penunjuk Jalan, engkau mungkin menjadi seorang manusia yang sesungguhnya, tanpa dia engkau mungkin akan tetap seekor binatang'); dan ar-Rumi : 'Dari satu daerah ke daerah lain manusia pergi, mencari alasan kehadirannya, dapat diketahui, keadaan sehat dan tegap -- melupakan bentuk-bentuk lebih awal dari kecerdasan. Maka, akan meninggalkan jauh di belakang bentuk-bentuk pemahaman yang sekarang... Ada seribu bentuk-bentuk lain dari Pikiran (jiwa) ... ' dan 'Tingkat dari kebutuhan menentukan perkembangan alat tubuh manusia ... oleh karena itu tingkatkan kebutuhanmu.' (Matsanavi-i-Maanavi: Kuplet tentang Makna Batin).
9. Jewish Encyclopaedia, vol. XI, hlm. 579, 580, 581, dan seterusnya. Orang-orang Bijak Yahudi dipandang oleh para sarjana Barat sebagai mengikuti aliran Sufi Spanyol termasuk: Juda Halevi dari Toledo dalam karyanya Cuzari; Moses ben Ezra dari Granada; Josef ben Zadiq dari Cordoba, dalam karyanya Microcosmus; Samuel ben Tibbon; Simtob ben Falaquera.
10. Identitas gagasan-gagasan Sufi dengan orang-orang Mesir kuno, aliran Pythagorian dan Platonik tercatat, misalnya oleh M.A. Ubicini, Letters on Turkey (London, 1856).
11. Lihat Tholuck, op. cit. Buku ini muncul sepuluh tahun sebelum Mme Blavatsky dilahirkan, dan sembilan tahun sebelum kelahiran Kol. Olcott, salah seorang pendiri Masyarakat Teosofis (Theosophical Society).
12. R.A. Nicholson, The Mystic of Islam (London, 1914), hlm. 3-4. Profesor Nicholson pada masanya dipercaya menjadi seorang penulis tentang Sufisme dan menerbitkan beberapa buku dan terjemahan yang bermanfaat. 'Nicholson adalah penulis terbesar mengenai mistikisme Islam yang telah dilahirkan negara ini, dan didalam banyak bidang yang dimilikinya, adalah penulis paling penting di dunia.' (The Times, 27 Agustus 1945).
13. R.A. Nicholson (penerjemah), The Kasyf al-Mahjub ('Revelation of the Veiled') (London, 1911), hlm. 34.
14. Untuk Cyprian Rice, The Persian Sufis (London, 1964), hlm. 9. Peningkatan orang-orang Katholik Roma yang tertarik dalam Sufisme, terlihat dalam efek yang signifikan atas para mistikus dan akademisi Katholik, yang belum lama berselang dijelaskan oleh kenyataan bahwa buku ini telah memberi Nihil Obstat dan The Imprimatur dari penulis-penulis Dominica dan Diocesa dari Roma. Penulisnya percaya bahwa tujuan masa depan dari Sufisme akan 'memungkinkannya suatu penyatuan dari pemikiran religius antara Timur dan Barat, suatu penggabungan dan pengertian oekumenikal yang utama, yang mana akan membuktikan terakhir kali dalam rasa paling benar, atas kedua sisi, suatu pembalikan kepada sumber, kepada kesatuan yang asli' (Ibid., hlm. 10).
15. Disimpulkan oleh seorang Sufi kuno, Abdul Aziz Mekki (wafat 652) sebagai: 'Berilah seekor keledai (makanan) salad, dan ia akan bertanya jenis (makanan) apakah rumput berduri ini?'
16. The Sufis (NewYork, 1964; London, 1969).
17. Prof Miguel Asin y Palacios, 'Un Precurso hispanomusulman de San Juan de la Cruz', Andalus, I (1933), hlm. 7 dan seterusnya. Lihat juga P Nwyia, 'Ibnu Abbad de Ronda et Jean de la Croix', Andalus, XXII (1957), hlm. 113 dan seterusnya.
18. Asia, 'El Simil de los Castillos y moradas del alma en la mistica islamica y en Santa Teresa', Andalus, II (1946), hlm. 263 dan seterusnya.
19. Shah, The Sufis, hlm. 239; dan Baron Carra de Vaux dalam Journal Asiatique, XIX, hlm. 63. The Franciscan, Roger Bacon (wafat 1294), mengenakan pakaian Arab, berceramah di Oxford, mengutip Hikmat al-Isyraq ('Wisdom of Illumination') diidentifikasi dengan aliran Sufi dari Syeikh Syihabuddin Yahya Suhrawardi, yang telah dieksekusi karena pengingkaran terhadap agama dan membawakan (perilaku buruk) 'filsafat kuno' pada tahun 1191. Untuk hubungan Franciscan dengan Sufisme, lihat The Sufis.
20. Shah, The Sufis, hlm. xvi, 155, 191, 194, 196, 199, 202-4, 243, 370.
21. Asin, Abenmasarra; dan Shah, The Sufis, hlm. xvii, xix, 42,140, 203-5, 243, 244, 246, 247, 261, 370, 388, 389. Lihat juga J. Ribera, Origines de la Filosofia de Raimundo Lulio.
22. C.F. Loehlin, 'Sufisme and Sikhisme', Moslem World, xxix (1939), hlm. 351 dan seterusnya; dan lihat Shah, The Sufis, hlm. 358 dan seterusnya.
23. C. Swan, Gesta Romanorum (London, 1829), dan lain-lain. Pertamakali dikenal manuskrip Barat dari koleksi tanggal ini dari tahun 1324. Cerita-ceritanya merupakan sumber dari karya Shakespeare: King Lear, The Merchant of Venice, Pericles, The Rape of Lucrece. Chaucer, Lydgate dan Boccaccio semua termasuk bahan dari sumber ini.
24. A. Barth, Religions of India; Dr. Tara Charid, The Cultural History of India (Heyderabad, 1958), hlm. 153; dan Shah, The Sufis, hlm. 356 dan seterusnya.
25. Lihat Shah, The Secret Lore of Magic (London, 1957). Untuk sikap Sufi terhadap magis, lihat The Sufis, hlm. 326 dan seterusnya; dan Shah, Destination Mecca (London, 1957), hlm. 169 dan seterusnya. Untuk bagian-bagian supranatural pelatihan Sufi, lihat J.P. Brown, The Darvishes (London, 1867; republished 1927); L.M J. Garnett, Mysticisme and Magic in Turkey (London, 1912); S.A. Salik, The Saint of Gilan (Lahore, 1953); J.A. Subhan, Sufism, its Saints and Shrines (Lucknow, 1939).
26. Metode psikologikal Freud tentang interpretasi simbol-simbol digunakan dalam Niche karya Sufi al-Ghazali, sembilan ratus tahun sebelum Freud. Lihat (s.v. Symbolism) terjemahan Gairdner dari The Niche (Royal Asiatic Society, London, 1924). 'Teori Archetypal Jungian' telah dikenal kaum Sufi pada zaman kuno: lihat R. Landau, The Philosophy of Ibn Arabi (New York, 1959), hlm. 4 dan berikutnya. Hutang Freud kepada Cabbalisme dan mistikisme Yahudi, yang mana para penulis Yahudi menganggap sebagai turunan dari Sufisme atau identik dengan itu, dibahas Prof David Bakan dalam Sigmurid Freud and the Jewish Mystical Tradition (New York, 1958).
27. Laporan-laporan tertentu dan lainnya, tidak mengetahui kenyataan bahwa buku-buku Sufi jarang memiliki indeks (sehingga pembaca akan membaca buku di dalam keseluruhannya), telah menyesalkan tidak adanya indeks untuk The Sufis. The Coombe Springs Press telah menerbitkan suatu indeks secara tersendiri untuk The Sufis pada tahun 1965.
28. E.WF. Tomlin, F.R.A.S., Great Philosophers of The East (London, 1959), hlm. 295.
29. Great Philosophers of the West.
30. Dipublikasikan di London, 1959 dan 1960.
31. Beberapa pendapat ahli mengenai 'asal-usul' dari Sufisme: 'Pengaruh dari mistikisme Kristen adalah penting' (Tomlin, Great Philosophers of the East, hlm. 295); 'Suatu reaksi dari beban-beban monoteisme yang kering, hukum yang kaku, dan ritual yang dingin' (rev. Dr. Sell, Sufism [Madras, 1910], hlm. 11); ... mempunyai asal-usulnya dalam konsepsi-konsepsi religius India danYunani' (J.P Brown, op. cit., p.v); 'muncul menjadi suatu jenis Gnostik' (J.W Redhouse, The Mesnevi [London, 1881], hlm. xiv); ' ... karakter emosional Sufisme, demikian berbeda dari teori-teori dingin dan kurang darah para filosuf India, adalah nyata atau jelas'. (E.G. Browne, A Literary History of Persia [London,1909], hlm. 442); 'sebuah sekte kecil Persia' (F. Hadland Davis, The Persian Mystics: Jalaluddin Rumi [London, 1907], hlm. 1); 'pemutar-balikan ajaran-ajaran Muhammad' (Miss G.L. Bell, Poems from the Divan of Hafiz [London, 1928], hlm. 51); 'berasal sebagian dari Plato, "the Attic Moses", tetapi utamanya dari agama Kristen' (E.H. Whinfield, Masnavi I Ma'navi: the Spiritual Couplets [London, 1887], hlm. xv); 'Para orientalis ... sesungguhnya telah mempertalikan atau menghubungkan asal-usul Sufisme pada Persia, Hindu, Neoplatonik atau sumber-sumber Kristen. Tetapi penghubungan-penghubungan ini telah selesai dengan pembatalan satu sama lain' (T. Burckhardt, An Introduction to Sufi Doctrine [Lahore, 1959], hlm. 5).
32. R.A. Nicholson, seleksi dari Diwan-i-Syams-i-Tabriz (Cambridge, 1898: rev. 1952), hlm. xxxvi dan seterusnya. Profesor Edward Palmer telah mencatat untuk para murid Barat kenyataan bahwa mutrib, bahasa Arab padanan dari troubador, juga menjadi calon untuk 'guru Sufi' (Oriental Mysticism, hlm. 80). Profesor Hitti bahkan lebih eksplisit:
Di Prancis selatan propinsi utama muncul para penyair terlatih dan berpengalaman menjelang abad kesebelas dengan cinta yang mendebarkan diungkapkan dalam sebuah tamsil atau perumpamaan fantastik yang kaya. Para troubador (tarab: musik, nyanyian) yang termasyhur di abad keduabelas telah meniru bagian selatan kontemporer, para penyanyi zajal. Mengikuti preseden Arab, pemujaan terhadap perempuan dengan tiba-tiba muncul di Eropa barat daya. The Chanson de Roland, karya besar paling mulia dari literatur Eropa awal, yang muncul sebelum 1080 menandai permulaan dari masyarakat baru yakni Eropa Barat --seperti puisi-puisi Homeric menandai permulaan sejarah Yunani, mendapatkan eksistensinya pada suatu kontak militer dengan Muslim Spanyol. (PK. Hitti, History of the Arabs [edisi 1951], hlm. 562).
33. Lihat Pendahuluan dari Robert Graves pada Shah, The Sufis hlm. xvii. Penerjemahan bahasa Inggris yang paling dapat diterima dari karya Aththar Parliament of the Birds adalah versi tahun 1954, diterjemahkan oleh C.S. Nott dari copy bahasa Prancis, diterbitkan kembali tahun 1961. Reverend (Pendeta) Baring-Gould telah menunjukkan pada masa Victorian legenda Tell tanpa latar belakang sejarah. Dictionary of Dates karya Haydn (juga Tell) mengatakan: 'Cerita-cerita yang populer mengenainya telah diperagakan menjadi mistis oleh Profesor Kopf dari Lucerne, 1872.'
34. Cara pemujaan Peacock Angel ('Malaikat Burung Merak') ditemukan oleh guru Sufi Syeikh Adi ben Musafir (wafat 1162). Satu bab mengenai masyarakat ini ditemukan dalam Bab 15 dari Arkon Daraul, Secret Societies (London, 1961), diterbitkan di New York pada tahun 1961 sebagai A History of Secret Societies. Simbolologi dari pemujaan dapat menjadi tidak terkunci dengan penggunaan 'notasi abjad' sistem penulisan (kode) yang digunakan oleh kaum Sufi, digambarkan dalam Shah, The Sufis; ini secara ekstensif digunakan oleh para penyair dan kaum Sufi. Lihat juga catatan no. 93.
35. G.I. Gurdjieff meninggalkan petunjuk yang berlimpah pada asal-usul Sufistik yang sebenarnya di setiap poin dalam 'sistem'-nya; meski itu tak pelak lagi memiliki lebih spesifik pada bentuk Khagjagan (Naqsyabandi) dari ajaran darwis. Dalam penambahan untuk praktek-praktek dari 'karya', seperti buku-buku Beelzebub karya Gurdjieff (sebaliknya dikenal sebagai All and Everything) (New York,1950) dan Meeting with Remarkable Men (cet. 2, 1963) dengan banyak referensi, pada sistem Sufi. Ia juga mengutip nama kaum Naqsyabandiyah, Kubrawiyah dan Sufi lainnya, dalam 'prospektus'-nya th. 1923 (Paris) dari suatu presentasi publik (The Echo of the Champs-Elysees, 1, 37, bagian 2 [Paris, 13-25 Desember, 1923]), mengutip sebagai sumber, inter alia, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Qalandariyah, Kubrawiyah dan praktek-praktek Darwis Mevlevi. Maurice Nicoll, Psychological Commentaries (London, 1952) dan The New Man (London, 1950) berlimpah dengan contoh-contoh metode Sufistik yang digunakan untuk menginterpretasi dokumen-dokumen religius dan lain-lain. Karya-karya ini menyimpang dari cara atau pemakaian dalam hubungannya dengan subyek-subyek dalam suatu cara acak (random), dan lebih menjadi terbantu pada 'aksidental' daripada suatu komunitas murid-murid terpilih. Dengan memperhatikan P.D. Ouspensky: sebagian besar melalui kontaknya dengan Gurdjief, filosof Rusia ini mengedepankan nama-nama kaum Sufi dan Sufisme sebagai suatu sumber dari psikologi kuno, semisal dalam The Psychology of Man's Possible Evolution (London, 1951), hlm. 7. Ouspensky, bagaimanapun, tidak memiliki kontak langsung dengan kaum darwis dan tidak mampu menunjukkan dampak dari pentingnya transposisi ide-ide Sufisme dari sumber-sumber pustaka mereka di Timur dan literatur lainnya ke dalam penggunaan terminologi pada 'sistem'-nya. Masalah apakah ia mampu melakukan sedemikian itu, ia akan mendapati kenyataan bahwa 'sistem'-nya mengabaikan tuntutan (keharusan) Sufi akan 'waktu, tempat dan orang-orang tertentu'. Ia mencoba mensistematisasikan materi (bahan) dari Gurdjieff dalam In Search of the Miraculous (London, 1950), dalam nama ia merekam pembicaraan-pembicaraan dengan Gurdjieff. Baik kaum Sufi Naqsyabandiyah dan para pendukung Gurdjiefl-Ouspensky menyebut studi mereka sebagai 'The Fourth Way'. Lihat Ouspensky The Fourth Way (London, 1957).
36. Hammerskjold and Sufis: Jalaluddin ar-Rumi dikutip secara harfiah olehnya (Hammerskjold, Markings [London, 1964], hlm. 95 dan seterusnya; lihat juga --dalam Reader's Digest, mengutip Dagens Nyheter (Stockholm, 1962)-- salinannya tentang puisi atau syair Sufi diterjemahkan oleh Sir William Jones (1746-94):
 Di atas pangkuan orangtua, seorang bayi yang baru lahir telanjang,
Menangis engkau sementara sang dukun dan orang yang mengelilingmu tersenyum.
Demikian hidup, yang menenggelamkan mereka dalam tidur panjang terakhir
Tenang, engkau mungkin tersenyum, sementara sang dukun dan
orang-orang yang mengelilingmu menangis. 
37. Drama Shakespeare berisi tidak hanya banyak cerita-cerita Persia, Arab dan asli Timur, tetapi juga apa yang mungkin tampak nyaris secara harfiah kutipan-kutipan dari literatur Sufi. Profesor Nicholson telah mencatat satu atau dua padanan dari Diwan-i-Syams-i-Tabriz dalam terjemahannya dari buku tersebut (lihat catatan no. 32 di atas), hlm. 290 dan 291 dan seterusnya. Lihat juga Garcin de Tassy, Philosopical and Religious Poetry of the Persians (Paris, 1864).
38. Profesor Kenneth Walker, dalam Diagnosis of Man (London, 1962), mengutip aliran Sufi Sanai-Rumi, pemakaian legenda dari 'Elephant in the Dark' ('Gajah didalam Gelap'), untuk memperlihatkan bagaimana orang modern mungkin meraba-raba dengan bagian-bagian dari suatu problem, alih-alih memasuki inti masalah. Walker mengikuti Gurdjieff, lihat karyanya Study of Gurdjieff's Teaching (London, 1957).
39. Sebagai 'The Tale of Ugly Duckling', lihat Shah, The Sufis.
40. F. Hitchman, Burton, I, hlm. 286.
41. Oleh L.A. Hill.
42. Misalnya. J.G. Saxe, The Blind Men dan the Elephant (London, 1964); dan C. Downing (terj.), Tales of the Hodja (London, 1964).
43. Shah, The Sufis, hlm. 208 dan lain-lainnya, 243. Untuk asal-usul 'perempuan penyihir' Timur, lihat J.H. Bracelin, Gerald Gardner -- Witch (London, 1960), hlm. 75; dan A. Daraul, Witches and Sorcerers (New York,1966), hlm. 20, 23-4, 73, 204, dan sebagainya.
44. Lihat Shah, The Sufis, hlm. 187,191, 223, 389; dan A. Daraul, Secret Societies (London, 1961). Orang-orang Rosicrusia menegaskan bahwa pendiri mereka telah membawakan pengetahuan dari Arabia, Fez, dan Mesir. Asul-usul telah dilacak oleh Daraul (Ibid., hlm. 195), kepada tarekat Sufi Qadiriyah.
45. Daraul, Secret Societies, Bab 22; E.J. Jurji, The Illuministic Sufis, JAOS 57, hlm. 90 dan seterusnya, 1937; dan Brown, Darvishes.
46. Lihat Shah, The Sufis, selanjutnya, untuk referensi mengenai pengaruh dari al-Ghazali dan lainnya atas Eropa Barat. Buku-buku mengenai skolatikisme dan sejarah tentang pemikiran abad pertengahan paling banyak merujuk kepada sumber tersebut. Bandingkan Hitti, History of the Arabs; dan G. Left; Mediaeval Thought (London, 1958).
47. Leff, ibid.; dan O.B. Kapor, 'Research Thesis on the Mystic Philosophy of Kabir' (Allahabad University Studies, 10, 1933), hlm. 166.,
48. W. Ivanow, The Truth Worshippers of Kurdistan (Leiden, 1953), hlm. 57-68 dan selanjutnya.
49. Orang-orang yang telah diketahui sebagai orang-orang Assassin adalah suatu organisasi Sufi yang aslinya disebut Asasin (Orang-orang Fundamentalis), suatu cabang yang diambil alih pada abad kesepuluh Masehi oleh Hasan, putra dari Sabah, dikenal sebagai the Great Assassin atau Old Man of the Mountains. Nama ini merupakan suatu kesalahan terjemahan dari penggunaan yang dipaksakan terhadap judul Syeikh al-Jabal (Guru dari Pegunungan), kesalahan yang dibawa atau disumbangkan oleh Barat dalam memberikan makna alternatif (Syeikh) dari 'Senex del Monte' yang disebut para tentara perang Salib atasnya. Orang-orang (pendukung) Aga Khan dianggap diturunkan dari Hasan tersebut. Lainnya, pemimpin lawan dari cara penyembahan tersebut bertempat di Bombay. 'Aliran' yang asli, betapapun, terus berlangsung secara mandiri. Lihat Sirdar Ikbal Ali Shah, 'The General Principles of Sufism' (Hibbert Journal, vol. 20 [ 1921-2], hlm. 523-35). Kebingungan luar biasa telah diciptakan di Barat oleh terjemahan harfiah tentang makna dari nama-nama Arab. Oleh karena itu sebagai contoh, ketika 'Algazel" mungkin terlihat menjadi al-Ghazali, tidak semua orang mengakui 'Doctor Maximus' ('The Greatest Teacher') sebagai asy-Syeikh al-Akbar (Ibnu al-Arabi); atau 'Basil Valentine' ('The Triumphant King') sebagai al-Malik al-Fatih, ahli kimia; atau karena kejadian itu, risalah anti tukang sihir (perempuan) Errores Gaziorum sebagai 'Ghulat Aljazair' ('Sekte Algeria').
50. Shah, The Sufis, hlm. 309, 362-4.
51. Ibid., hlm. 309. Materi Yoga dan Zen sekarang cenderung mengabaikan permintaan-permintaan khusus terhadap pilihan dari murid dan jenis guru.
52. Ibid., hlm. xiv, xix, 225-7, 399.
53. Ibid., hlm. xxii, 50, 104, 106, 115, 163, 166, 223, 393.
54. Profesor M. Asin Palacios: Islam and the Divine Comedy (Ibnu al-Arabi, 1165-1240), tr. H. Sunderland (London, 1926). (La Escatologia Musulmana en la Divina Comedia, Madrid, 1961).
55. Lihat, misalnya, Syamsuddin Ahmad al-Aflaki, Manaqib al-Arifin: terjemahan Redhouse sebagai The Acts of Adepts (London, 1881); dicetak ulang di dalam faksimili editing Kingston sebagai Legends of the Sufis (London, 1965). Lihat juga al-Ghazali, Alchemy of Happiness.
56. Ar-Rumi (1207-73) lahir di Balkh, Afganistan dan wafat di Konia (Iconium) Turki, di mana 'tarian darwis' di muka umum sekarang dilarang kecuali sebagai suatu tontonan turis.
57. Abdul Qadir dari Gilan ('Sultan of the Friends') (1077-1166); Hadrat Bahauddin Naqsyabandi (asy-Syah) (1318-89).
58. 'Subud' didirikan oleh seorang Indonesia, Muhammad Subuh pada tahun 1934. Memperturutkan kata hati secara bebas dalam Latihan diketahui membangkitkan kepada suatu kondisi, sekarang dirujuk di dalam literatur sebagai 'Subud Psychosis'.
59. '"Kebenaran datang setelah 'keadaan' dan ekstasi, serta mendapatkan tempatnya" (Kalabadzi, Kitab at-Ta'aruf, mengutip Junaid dari Baghdad (wafat 910). Dalam versi A.J. Arberry, The Doctrine of the Sufis (Cambridge, 1935), hlm. 106: 'Tetapi apabila Kebenaran telah datang, ekstasi itu sendiri telah tercabut.'
60. Dalam Fihi Ma Fihi (diterjemahkan oleh A.J. Arberry sebagai 'Discourses of Rumi' (London, 1961); The Mathnawi (terj. R.A. Nicholson, London, 1926; J.W Redhouse, London 1881: E.H. Whinfield, London, 1887; C.E. Wilson, London, 1910, dan seterusnya).
61. Buku Pertama dari Hadiqah (terjemahan J. Stephenson sebagai 'Walled Garden of Truth', Calcutta, 1910); Karnama ('Book of the Worf); dan Diwan.
62. Misykat al-Anwar (terjemahan W.H. T. Gairdner sebagai Niche for Lamps, Royal Asiatic Society, London, 1924; Lahore, 1952). Ihya' 'Ulumiddin ('Revival of Religious Sciences'),
63. Futuhal al-Makkiyah ('Openings in Mecca'); Fushush al-Hikam ('Bezels of the Wisdoms'); Kimiya' as-Sa'adah (Alchemy of Happiness'); Tarjuman al-Asywaq ('Interpreter of Desires', terjemahan Nicholson).
64. Lihat Dietrici, Der Darwinismus im 10. and 19. Jahrhundert (Leipzig,1878); dan ar-Rumi, Matsnawi.
65. Syabistari, Garden of Mysteries/Secret Garden (abad ke-13-14); Sayad Ahmad Hatif Isfaharii, Tarjiband; dan lain-lain.
66. Misalnya, 'Dunia tersembunyi memiliki mendung dan hujan, dari suatu jenis yang berbeda ... terbuat nyata hanya bagi orang beradab, hal itu bukan ditipu oleh pemandangan keseluruhan dunia yang biasa' (ar-Rumi, Matsnawi):
Ghaib ra abri wa abi digar ast
Asman wa aftab-i-digar ast.
Nayad an illa ki bar pakan padid
Barqiyan f labs min khalkin jadid.
67. Misalnya dalam karya Hujwiri (abad ke-11) The Revelation of the Veiled, s.v. 'Recapitulation of their Miracles'.
68. Lihat, sebagai contoh, No. IX dalam Diwan-i-Syams-i-Tabriz, hlm. 32 karya Nicholson (abad ke-13 dalam teks bahasa. Persia).
69. Profesor Mohammed Ali Aini, terjemahan A. Rechid, La Quintessence de la philosophie de Ibn-i-Arabi (Paris, 1926), hlm. 66-7.
70. Junaid dari Baghdad (wafat 910) oleh karena itu menjawab pemikiran yang terkondisi: 'Tidak ada seorang pun yang mencapai tingkat Kebenaran hingga seribu orang paling jujur memberikan kesaksian bahwa dia seorang (yang melakukan) bid'ah'.
71. Dalam bahasa Arab: At-Turuqu Ilahika nufusi bani Adama' (lihat Sirdar Ali Shah, Islamic Sufism, hlm. 211).
72. Lihat misalnya, Sa'di (1184-1263), Gulistan ('Rose Garden'), 'On the Manners of Dervishes' ('Tentang Pekerti Para Darwis'), terjemahan Agha Omar Ali Syah, Gulistan (Syeikh Mushlihuddin Sa'di asy-Syirazi, Le Jardin de Roses), Paris, 1966 Bandingkan Ibnu Hamdan, dikutip dalam Kasyf karya Hujwiri: 'Pastikan bahwa engkau tidak memperlakukan (melatih) dirimu sendiri untuk musik kalau hal itu menahanmu bahkan dari persepsi yang lebih tinggi.' Para darwis kontemporer dari tarekat Chisytiyah telah tersesat jauh dari intruksi-intruksi pendiri mereka dalam masalah ini, setuju dengan suatu keadaan terpisah dan ekstasis disebabkan oleh mendengar atau bermain musik. Muinuddin Chisyti sendiri menulis menentang praktek-praktek tersebut: "Mereka tahu bahwa kita mendengar musik dan bahwa kita menyadari 'rahasia-rahasia' tertentu sebagai suatu hasil. Jadi mereka bermain musik dan memasukkan diri mereka sendiri kedalam 'keadaan-keadaan' itu. Mengetahui bahwa setiap mendengar harus memiliki semua kebutuhannya terpenuhi, bukan hanya musik, pikiran, konsentrasi. Ingat: apa baiknya susu yang menakjubkan yang dihasilkan seekor lembu yang menyepak (menendang) ember tempat perahan susunya?' (Risalat, Epistles to Disciples).
73. Meski semua ditunaikan secara basa basi pada ajaran-ajaran Ibnu al-Arabi, sebagai contoh, mereka tidak menyerap kata-kata semacam itu, di mana dia merujuk Sufisme:
Dia telah dibingungkan oleh semua yang dipelajari tentang Islam,
Semua yang telah belajar Mazmur atau Zabur,
Setiap Rabbi Yahudi,
Setiap Pendeta Kristen.
Atau kata-kata terkenal dari Abu Said ibnu Abi al-Khair (1040):
Hingga kolese dan menara telah runtuh
Karya suci kita ini tidak akan selesai.
Hingga keimanan menjadi pengingkaran, dan pengingkaran menjadi keyakinan
Di sana tidak akan ada Muslim sejati. 
Mengenai batas-batas 'kendaraan' religius: Apa yang dapat Aku kerjakan, wahai orang-orang Muslim? Aku tidak dapat mengetahui diriku. Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Majusi, bukan Muslim. Bukan dari Timur, ataupun dari Barat' Diwan-i-Syams-i-Tabriz, xxxii, hlm. 124 (versi Persia).
74. Ibnu al-Arabi, Fushush al-Hikam ('Bezels or Segments of the Wisdom'), s.v El-Fas el-Adamia ('Segment of Adam): Menyatakan makna yang sama dengan penggunaan kata-kata lain (paraphrase), dalam S.A. Husaini, Ibnu al-Arabi (Lahore, 1931); versi bahasa Prancis: Burckhardt, T., Sagesse des Prophetes (Paris,l955) hlm. 22.
75. J.K Birge, The Bektashi Order of Dervishes (London,1937), hlm. 39, catatan no. 3.
76. Brown, The Darvishes, hlm. 475.
77. Cara-cara penyembahan ini kadang menunjukkan kemerosotan komunitas-komunitas serupa seperti yang saya gambarkan dalam Destination Mecca, hlm. 169 dan selanjutnya.
78. Suatu penetrasi persepsi dari kenyataan bahwa banyak gagasan-gagasan kaum Sufi telah disaring ke dalam komunitas primitif itu telah ditulis oleh penyair terkenal Ted Hughes dua tahun lalu: "Orang akan sangat cenderung mengatakan bahwa Syamanisme mungkin lebih baik menjadi barbar, keturunan yang tersesat dari Sufisme' (The Listener, 29 Oktober 1964, hlm. 678).
79. P. Lawrence, Road Belong Cargo (London, 1964), memuat sebuah deskripsi dari cara penyembahan tersebut dan sebuah bibliografi yang luarbiasa.
80. Vol. 290, no. 1754, hlm. 481-595; dan vol. 291, no. 1756, hlm. 123-35.
81. Siraat (dalam bahasa Inggris), Delhi, vol. I, no. 5, 1 Januari 1961, hlm. 5, kolom 1-3, 'Sufism in a Changing World', oleh Selim Brook-White ('Murid').
82. International Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, vo1.10, no. 4 (Oktober), hlm. 271-4: J. Hallaj, 'Hypnotherapeutic Techniques in a Central Asian Community'. Cetak ulang dalam R.E. Shor dan M.T Orne, The Nature of Hypnosis (Bacaan Dasar yang Terseleksi) (New York, 1965), vol. 6, hlm. 453 dan seterusnya.
83. Vol. 197, no. 1132, Mei 1960: W. Foster, 'The Family of Hashim', hlm. 269-71.
84. Vol. clxii, no. 4210, 9 Desember 1965: D.R. Martin, 'Below the Hindu Kush', hlm. 870.
85. Beberapa dari artikel ini sekarang dicetak ulang dalam R.W Davidson, Document on Contemporary Dervish Communities (London, 1966-7).
86. The Times, no. 55, 955, 9 Maret 1964, 'Elusive Guardians of Ancient Secrets', hlm. 12, kolom 6-8.
87. She (Maret, 1963), hlm. 58: ('She: lihat rubrik Agama no. 11); dan juga (September 1965) 'The Hard High Life' oleh Mir S. Khan, hlm. 68-70. (Keduanya menggambarkan hal tersebut).
88. Dari karya monumental al-Ghazali, Ihya' 'Ulumiddin ('Revival of Religious Sciences').
89. Kalimat-kalimat kaum Sufi dan Sufisme oleh Para ahli sejarah Sufi awal: Dzun Nun orang Mesir (wafat 860): "Seorang Sufi adalah orang yang berbicara selaras dengan tingkah-lakunya, dan yang diam menandakan keadaannya, dan yang memutuskan hubungan dengan duniawi."
Rabi'ah al-Adawiyah, seorang tokoh Sufi perempuan (wafat 717): "Sufi adalah diri yang tidak merasa takut akan Neraka, juga tidak mengharapkan Surga."
Abul Hasan Nuri (wafat 907): "Sufisme adalah penangguhan seluruh kesenangan (singkat) terhadap dunia."
Hujwiri (abad kesebelas): "Para pengikut Sufisme adalah orang yang mencari untuk mencapai tingkat membunuh diri sendiri dan menghidupkan kebenaran dengan bekerja keras. Dia yang telah mencapai tujuan ini disebut seorang Sufi."
Junaid dari Baghdad (wafat 910): "Sufisme adalah suatu atribut di dalam mana merupakan nafkah hidup manusia."
Nuri: "Sufi tidak memiliki dan tidak dimiliki oleh sesuatu."
Ibnu al-Lalali (abad kesebelas): "Sufisme adalah kebenaran tanpa rumusan."
90. Ar-Rumi, 'AQL' (intelektual yang sesungguhnya). Dia juga mengatakan: "Buku tentang Sufi adalah tidak tertulis dan tersurat." (Matsnawi).
91. Inilah mengapa diagram-diagram psikologis dan lainnya menjadi 'mandala-mandala' dan 'figur-figur magic'.
92. Bermacam versi dari 'cerita-cerita ajaran' darwis dalam karya saya Tales of the Dervishes (London, 1967) telah ditampilkan oleh para guru Sufi sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada mereka, untuk alasan tersebut.
93. Seperti Profesor A.J. Arberry dari Cambridge meletakkannya, doktrin adalah tidak jelas (kabur) karena hal itu 'didasarkan secara luas atas pengalaman-pengalaman (sangat alamiah) mereka, nyaris tak terkomunikasikan' (Tales from the Mathnawi, London, 1961, hlm. 19). Term secara teknis untuk satu bentuk dari hal ini, penggunaan kata-kata yang tertulis dengan cara yang sama yang memiliki makna yang berbeda-beda, adalah Jinas-i-Mukharif banyak digunakan dalam puisi atau syair. Gibb (History of Ottoman Poetry [1900], I, 118) memperlihatkan kekerabatan (kebiasaan) dengan sistem ini, tetapi tidak menggunakannya dalam studi-studinya.
94. Mahmud Syabistari (1317), lazimnya dengan banyak guru Sufi, berbicara tentang alam (dunia) yang singkat dalam formulasi
 Jika seorang Muslim tahu apa itu sebuah berhala
Dia akan tahu bahwa ada agama dalam pemujaan terhadap berhala
Jika penyembah berhala tahu apa itu agama
Dia akan tahu di mana diri telah tersesat
Dia melihat tidak ada apa-apa didalam berhala kecuali ciptaan yang nyata:
Inilah mengapa didalam hukum Islam, diri seorang kafir.
(Gulshari-i-Raz: 'Garden of Secret').
 Dalam teks bahasa Persia:
Musulman gar bi-danist ki but chist
Bi-danisti ki din dar butparasto'st.
Agar musyrik zi din agah gashti.
Kuja dar din i khud gumrah gashti.
Na did u dar but illa khalqi zahir:
Badan illat shud an dar Shara, Kafir.
95. Bagaimanapun kecilnya bagian penting dari penyebaran Sufi ini diketahui dalam literatur lapangan dengan ditunjukkan oleh kenyataan bahwa nyaris hanya referensi humor dalam Sufisme dalam semua kisah, dibuat oleh seorang murid Amerika (Birge, The Bektashi Order of Dervishes, hlm. 88); dan bahkan dia memandang hal itu sebagai suatu 'karakteristik khusus' dari Aliran yang dia pelajari. Lihat juga, Shah, Exploits of the Incomparable Mulla Nasrudin (Jonathan Cape, London, 1966).
96. Kasus yang paling dikenal adalah bahwa Husain ibnu Manshur al-Hallaj, pahlawan Sufi yang agung, dipotong hidup-hidup dan dibunuh, jasadnya kemudian dibakar, atas perintah Khatifah al-Muqtadir, dari keturunan Harun ar-Rasyid, pada tahun 922, karena dengan lantang menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan. Profesor Louis Massignon spesialis ahli dalam literatur al-Hallaj. Lihat juga catatan no. 101 di bawah. Guru agung Suhrawardi juga dieksekusi karena ajaran 'filsafat kuno' pada abad keduabelas (lihat catatan no. 19 di atas).
97. Mengenai kelompok dan gerakan terkondisi dan terindoktrinasi, lihat R.J. Liftan, Thought Reform (London, 1961); J. Mann, Changing Human Behaviour (NewYork,1965); W.J.H. Sprott, Human Groups (London, 1958); M. Phillips, Small Social Groups in England (London, 1965).
98. Kisah tentang bagaimana Uwais telah dikunjungi oleh para sahabat Rasul setelah beliau wafat ditemukan dalam banyak buku, termasuk yang terkenal 'Recital of the Friends' (Lives of the Saint) oleh Fariduddin Aththar, diterjemahkan oleh A. Pavet de Courteillle sebagai Le Memorial des saints (Paris, 1889), hlm. 11 dan lainnya. Lihat ringkasan bahasa Inggris karya Dr. Behari (Fariduddin Attar's Tadhkiratul-Auliya) (Lahore, 1961).
99. Lihat Awarif al-Ma'arif, ditulis pada abad ketigabelas oleh Syeikh Syihabuddin Umar ibnu Muhammad Suhrawardi (versi Mahmud ibnu Ali al-Hasani, diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Inggris oleh Letnan Kolonel H. Wilberforce Clarke [Calcutta, 1890]).
100. Kutipan terdapat dalam bahasa Arab: 'Syaribna 'ala dzikri al-habibi mudamatu/Syakirna bi ha min qalbi an yukhlaka alkarmu.' Profesor Hitti (op. cit., hlm. 436) menyebut Ibnu al-Farid hanya seorang penyair mistik. Sumbangan terjemahan Wilberforce Clarke, lihat supra, catatan no. 82.
101. Lihat Profesor L. Massignon, Le Diwan d'Al Hallaj (Paris, 1955) dan seterusnya.
102. Lihat karyanya Turkish Nationalism and Western Civilisation (London, 1959).
103. Sebagai contoh, diktum Ibnu al-Arabi: 'Orang-orang berpikir bahwa seorang Syeikh seharusnya menunjukkan keajaiban-keajaiban dan menyatakan pencerahan. Kebutuhan dari seorang guru, bagaimana pun, adalah bahwa dia hendaknya memiliki semua yang dibutuhkan murid.'
104. Dicatat dalam Hujwiri, The Revelation of the Veiled.
105. Manaqib, lihat catatan no. 55 di atas.
106. Dia menulis Majma' al-Bahrain ('Confluence of the Two Seas') diterbitkan dalam terjemahan oleh the Asiatic Society of Bengal.
107. Dalam sebuah 'lingkaran' Sufi, bahwa seorang anggota yang tidak cocok akan merusak upaya dari seluruhnya; hal ini diucapkan, misalnya, oleh Sa'di dalam Gulistan, 'On the Manners of Dervishes'.
108. Omar Khayyam (wafat 1123): untuk pertimbangan-pertimbangan terhadap ajaran-ajaran Sufi 'Khayyamis', lihat Swami Govinda Tirtha, The Nectar of Grace --Omar Khayyam's Life and Works (Allahabad,1941); dan Shah, The Sufis, hlm. 164-71. Puisi yang dikutip adalah kwartin 24 dari Bodieian MS., disunting oleh E. Heron-Allen (The Ruba'iyat of Omar Khayyam, London, 1898), hlm. 141. Teks aslinya:
Dar sauma'a wa madras wa deir wa kanisht --
Tarsinda zi dozakhand wa juya-i-bihisht.
Ankas ki zi asrar-i-khuda ba-khabar ast:
Z'in tukhm dar andarun-i-dil hich nakasht.
Rubaiyat karya Khayyam telah diterjemahkan ulang dan diterbitkan pada tahun 1967 oleh Robert Graves dan Omar Ali-Shah dengan komentar-komentar kritis.
109. Lihat versi bahasa Inggris oleh Maulvi S.A.Q. Hussaini, dalam Ibn Al- Arabi (Lahore, 1931), VI, 1, hlm. 38.
110. R. Simac, 'In Naqshabandi Circle', Hibbert Journal (Spring, 1967), vol. 65, no. 258. Lihat juga Shah, Exploits of the Incomparable Mulla Nasrudin (London dan New York, 1966), dan Caravan of Dreams (London, 1968).





BAGIAN KEDUA: PENULIS-PENULIS KLASIK


1.  IMAM AL-GHAZALI
Filosuf dan Sufi abad keduabelas, Imam al-Ghazali, mengutip dalam bukunya, Book of Knowledge, ungkapan dari al-Mutanabbi: " Bagi orang sakit, air manis terasa pahit di mulut."
Dengan sangat bagus, ungkapan tersebut diambil sebagai motto Imam al-Ghazali. Delapan ratus tahun sebelum Pavlov, ia menjelaskan dan menekankan (acapkali dalam perumpamaan yang menarik, kadang dalam kata-kata 'modern' yang mengejutkan) masalah pengondisian.
Kendati Pavlov dan lusinan buku serta laporan studi klinis dalam perilaku manusia sudah dibuat sejak perang Korea, para siswa umum, dihadapkan pada masalah-masalah pemikiran tidak menyadari kekuatan indoktrinasi." Indoktrinasi, dalam masyarakat totalitarian, merupakan suatu ketetapan yang diinginkan dan selanjutnya menjadi keyakinan masyarakat tersebut. Dalam pengelompokan lain, kehadirannya tidak mungkin ada bahkan dicurigai. Inilah yang membuat hampir setiap orang mudah menyerangnya.
Karya Imam al-Ghazali tidak hanya mendahului zamannya, tetapi juga melampui pengetahuan kontemporer mengenai masalah-masalah tersebut. Pada waktu opini disampaikan secara tertulis, dipisahkan apakah indoktrinasi (jelas maupun terselubung) diinginkan atau sebaliknya, juga apakah mutlak atau tidak.
Imam al-Ghazali tidak hanya menjelaskan apakah orang-orang yang menciptakan kepercayaan, kemungkinan dalam keadaan terobsesi; dengan jelas ia menyatakan, sesuai dengan prinsip-prinsip Sufi, bahwa hal itu bukannya tidak dapat dielakkan mutlak, tetapi menegaskan bahwa hal itu esensial untuk manusia agar dapat mengenalinya.
Buku-bukunya dibakar oleh kaum fanatik Mediteranian dari Spanyol sampai Syria. Sekarang ini memang tidak dilempar kedalam api, tetapi pengaruhnya, kecuali diantara kaum Sufi, mulai melemah; buku-buku tersebut tidak lagi banyak dibaca.
Menurutnya, perbedaan antara opini dan pengetahuan adalah sesuatu yang dapat hilang dengan mudah. Ketika hal ini terjadi, merupakan kewajiban atas mereka yang mengetahui perbedaan tersebut untuk menjelaskannya sebisa mungkin.
Kendati penemuan-penemuan, psikologi dan ilmu pengetahuan Imam al-Ghazali, dihargai secara luas oleh bermacam kalangan akademis, tetapi tidak diperhatikan sebagaimana mestinya, karena ia (al-Ghazali) secara spesifik menyangkal metode ilmiah atau logika sebagai sumber asli atau awal. Ia berada pada pengetahuannya melalui pendidikan Sufismenya, diantara kaum Sufi, dan melalui bentuk pemahaman langsung tentang kebenaran yang sama sekali tidak berhubungan dengan intelektual secara mekanis. Tentu saja, hal ini membuatnya berada di luar lingkaran kalangan ilmuwan. Apa yang lebih menimbulkan penasaran adalah bahwa temuan-temuannya begitu menakjubkan hingga orang akan berpikir, bahwa para penyelidik ingin mengetahui bagaimana dia telah menempuh atau mendapatkannya.
'Mistisisme' dijuluki dengan sebutan yang buruk seperti seekor anjing dalam sebuah peribahasa, jika tidak dapat digantung, setidaknya boleh diabaikan. Ini merupakan ukuran pelajaran psikologi: terimalah penemuan seseorang jika engkau tidak dapat menyangkalnya, sebaliknya abaikan metodenya jika tidak mengikuti keyakinanmu akan metode.
Jika Imam al-Ghazali tidak menghasilkan karya yang bermanfaat, secara alamiah ia akan dihargai hanya sebagai ahli mistik, dan membuktikan bahwa mistisisme tidak produktif, secara edukatif maupun sosial.
Pengaruh Imam al-Ghazali pada pemikiran Barat diakui sangat besar dalam semua sisi. Tetapi pengaruh itu sendiri menunjukkan hasil suatu pengondisian; para filosuf Kristen abad pertengahan yang telah banyak mengadopsi gagasan al-Ghazali secara sangat selektif, sepenuhnya mengabaikan bagian-bagian yang telah memperlakukan kegiatan indoktrinasi mereka.
Upaya membawa cara pemikiran al-Ghazali kepada audiens yang lebih luas, daripada kepada Sufi yang terhitung kecil jumlahnya, merupakan perbedaan final antara keyakinan dan obsesi. Ia menekankan peran pendidikan dalam penanaman keyakinan religius, dan mengajak pembacanya untuk mengamati keterlibatan suatu mekanisme. Ia bersikeras pada penjelasan, bahwa mereka yang terpelajar, mungkin saja dan bahkan sering, menjadi bodoh fanatik, dan terobsesi. Ia menegaskan bahwa, disamping mempunyai informasi serta dapat mereproduksinya, terdapat suatu pengetahuan serupa, yang terjadi pada bentuk pemikiran manusia yang lebih tinggi.
Kebiasaan mengacaukan opini dan pengetahuan, adalah kebiasaan yang sering dijumpai setiap hari pada saat ini, Imam al-Ghazali menganggapnya seperti wabah penyakit.
Dalam memandang semua ini, dengan ilustrasi berlimpah serta dalam sebuah atmosfir yang tidak kondusif bagi sikap-sikap ilmiah, Imam al-Ghazali tidak hanya memainkan peranan sebagai seorang ahli diagnosa. Ia telah memperoleh pengetahuannya sendiri dalam sikap Sufistik, dan menyadari bahwa pemahaman lebih tinggi -- menjadi seorang Sufi -- hanya mungkin bagi orang-orang yang dapat melihat dan menghindari fenomena yang digambarkannya.
Imam al-Ghazali telah menghasilkan sejumlah buku dan menerbitkan banyak ajaran. Kontribusinya terhadap pemikiran manusia dan relevansi gagasan-gagasannya, ratusan tahun kemudian tidak diragukan lagi. Mari kita perbaiki sebagian kelalaian pendahulu-pendahulu kita, dengan melihat apa yang dikatakannya tentang metode. Apakah yang dimaksud dengan 'Cara al-Ghazali'? Apa yang harus dilakukan seseorang agar menyukainya, orang yang diakui sebagai salah seorang tokoh besar dunia bidang filsafat dan psikologi?

Imam al-Ghazali tentang Tarekat

Seorang manusia bukanlah manusia jika tendensinya meliputi kesenangan diri, ketamakan, amarah dan menyerang orang lain.
Seorang murid harus mengurangi sampai batas minimun, perhatiannya terhadap hal-hal biasa seperti masyarakat dan lingkungannya, karena kapasitas perhatian (sangatlah) terbatas.
Seorang murid haruslah menghargai guru seperti seorang dokter yang tahu cara mengobati pasien. Ia akan melayani gurunya. Kaum Sufi mengajar dengan cara yang tidak diharapkan. Seorang dokter berpengalaman akan menentukan sebuah perlakuan-perlakuan tertentu dengan benar. Kendati pengamat luar mungkin saja sangat terpesona terhadap apa yang ia katakan dan lakukan; ia akan gagal melihat pentingnya atau relevansi prosedur yang diikuti.
Inilah mengapa, tidak mungkin bagi murid dapat mengajukan pertanyaan yang benar pada waktu yang tepat. Tetapi guru tahu apa dan kapan seseorang dapat mengerti.

Perbedaan antara Sosial dan Pemrakarsa Aktikitas

Imam al-Ghazali menekankan pada hubungan dan juga perbedaan antara kontak sosial atau kontak yang bersifat pengalihan dari orang-orang, dan kontak yang lebih tinggi.
Apa yang menghalangi kemajuan individu dan sebuah kelompok orang-orang, dari permulaan yang patut dipuji, adalah proses stabilisasi mereka sendiri terhadap pengulangan (repetisi) dan basis sosial apa yang tersembunyi.
Jika seorang anak, katanya, meminta kita untuk menjelaskan kesenangan yang ada saat memegang kedaulatan tertinggi, kita mungkin mengatakan hal itu seperti kesenangan yang ia rasakan saat olah raga; kendati, kenyataannya keduanya tidak sama, kecuali bahwa keduanya memiliki kategori kesenangan (yang sama).

Perumpamaan Manusia dengan Tujuan Lebih Tinggi

Imam al-Ghazali menghubungkan tradisi dari kehidupan Isa, Ibnu Maryam; Yesus, Putra Maryam.
Suatu ketika Isa melihat orang-orang duduk dengan sedih di dinding pinggir jalan. Ia bertanya, "Apa yang kalian susahkan?" Mereka menjawab, "Kami begini karena rasa takut kami terhadap Neraka."
Isa pun berlalu, kemudian melihat sejumlah orang berkelompok berdiri sedih di sisi jalan. Ia bertanya, "Apa kesusahan kalian?" Mereka menjawab, "Rindu akan Surga yang membuat kami begini."
Ia pun melanjutkan perjalanan, sampai pada sekelompok orang untuk yang ketiga kalinya. Mereka tampak seperti orang-orang yang memikul beban, tetapi wajah mereka bersinar bahagia.
Isa bertanya, "Apa yang membuat kalian begini?" dan mereka menjawab, "Jiwa Kebenaran. Kami sudah melihat Realitas, dan hal ini membuat kami terlupa akan tujuan-tujuan yang kurang baik."
Isa mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yang telah mencapai. Pada Hari Perhitungan, mereka inilah orang-orang yang akan berada dalam Kehadiran Tuhan."

Tiga Fungsi Manusia Sempurna

Manusia Sempurna kaum Sufi mempunyai tiga bentuk hubungan dengan masyarakat. Hal ini berubah-ubah sesuai dengan kondisi masyarakat.
Tiga sikap yang dijalankan sesuai dengan:
  1. Bentuk keyakinan orang yang ada di sekitar Sufi;
  2. Kemampuan murid, yang diajar sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti;
  3. Suatu Lingkaran khusus masyarakat, yang akan berbagi pemahaman pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman batiniah, secara langsung.

Daya Tarik Selebritis

Seseorang yang terbebas dari bahaya singa buas, bukanlah tujuan, apakah jasa ini dilakukan oleh individu yang tidak terkenal atau termasyhur. Oleh karena itu, mengapa mencari pengetahuan dari selebritis?

Sifat Dasar Pengetahuan Ilahiah

Pertanyaan tentang pengetahuan Ilahiah begitu dalam, hingga hanya dimengerti dengan benar-benar oleh mereka yang memilikinya.
Seorang anak tidak mempunyai pengetahuan yang sebenarnya tentang pencapaian orang dewasa. Orang dewasa awam tidak dapat memahami pencapaian orang terpelajar. Dalam cara yang sama, orang terpelajar belum (tentu) dapat memahami pengalaman pencerahan orang-orang suci atau kaum Sufi.

Cinta dan Ketertarikan Diri

Jika seseorang mencintai orang lain karena memberinya kesenangan, seharusnya ia tidak menganggap bahwa ia mencintai orang tersebut sama sekali. Cinta, pada kenyatannya adalah, kendati hal ini tidak disadari, ditujukan pada kesenangan. Sumber kesenangan merupakan sasaran perhatian sekunder, dan hal itu dirasakan hanya karena persepsi mengenai kesenangan tidak cukup baik dikembangkan untuk mengenali dan menggambarkan perasaan yang sebenarnya.

Anda Harus Siap

Anda harus menyiapkan diri sendiri, untuk transisi dimana di sana tidak ada satu pun yang Anda sendiri telah terbiasa, kata Imam al-Ghazali. Setelah meninggal dunia, identitas Anda akan merespon untuk merangsang sesuatu yang pernah ia rasakan sebelumnya. Jika Anda tetap terikat dengan sesuatu yang sudah Anda kenal; hal itu hanya akan membuat Anda menderita.

Kebodohan

Manusia menentang sesuatu, karena mereka tidak mengetahuinya.

Upacara Musik dan Gerak

Pertemuan-pertemuan serupa itu harus diadakan sesuai dengan persyaratan waktu dan tempat. Para penonton yang tidak layak akan dikeluarkan. Para partisipan harus duduk tenang dan tidak saling pandang. Mereka mencari apa yang mungkin muncul dari 'hati' mereka sendiri.

Perempuan Mandul

Seorang laki-laki pergi ke dokter dengan istrinya, dan berkata bahwa istrinya tidak memberinya anak. Dokter memandang perempuan tersebut, memegang nadinya, dan mengatakan:
"Saya tidak dapat menangani kemandulan, karena saya telah mengetahui bahwa Anda dalam satu hal akan mati dalam empatpuluh hari."
Ketika mendengar ini, perempuan tersebut sangat khawatir hingga tidak dapat memakan apa pun selama menjelang empatpuluh hari tersebut.
Tetapi ternyata ia tidak meninggal seperti pada waktu yang telah diprediksikan.
"Ya, saya sudah tahu. Sekarang ia akan menjadi subur."
Sang suami menanyakan Bagaimana hal itu bisa terjadi.
Dijelaskan oleh sang dokter:
"Isterimu terlalu gemuk, dan ini mempengaruhi kesuburannya. Saya tahu, satu-satunya hal yang dapat membuatnya jauh dari makanan adalah ketakutan terhadap kematian. Sekarang ia sudah sembuh."
Persoalan tentang pengetahuan merupakan salah satu hal yang berbahaya.

Tarian

Seorang murid meminta izin ikut bagian dalam 'tarian' kaum Sufi. Dijawab oleh Syeikh, "Puasalah selama tiga hari, kemudian masak hidangan yang lezat. Jika kemudian engkau lebih suka 'menari', kau boleh bergabung."

Kualitas Harus Mempunyai Sarana

Kecepatan, akan menjadi berguna jika didapatkan dalam seekor kuda, karena kecepatan sendiri tidak memiliki kemanfatan.

Diri yang Idiot

Jika Anda tidak dapat menemukan contoh dedikasi yang tepat pada diri seseorang, pelajarilah kehidupan kaum Sufi. Seseorang juga harus berkata pada diri sendiri, "Wahai jiwaku! Kau kira dirimu pintar dan marah jika disebut idiot. Tetapi siapa sebenarnya dirimu pada kenyataannya? Engkau buat baju untuk musim dingin, tetapi tidak menyediakan untuk kehidupan lain. Engkau seperti orang di tengah-tengah salju yang mengatakan, 'Seharusnya aku tidak mengenakan baju hangat, sebaliknya percaya pada Kemurahan Tuhan untuk melindungiku dari kedinginan'." Ia tidak menyadari bahwa, di samping penciptaan dingin, Tuhan telah meletakkan di hadapan manusia alat untuk melindungi diri sendiri.

Manusia Diciptakan untuk Belajar

Unta lebih kuat daripada manusia; gajah lebih besar; singa lebih berani; sapi dapat makan lebih banyak daripada manusia; burung lebih jantan. Tujuan manusia diciptakan adalah untuk belajar.

Nilai Pengetahuan

"Tentu saja terdapat nilai pada pengetahuan. Diberikan hanya kepada mereka yang dapat menjaga dan tidak menghilangkannya." --(Book of Knowledge, mengutip Ikriniah)

Komentar Junubi:

"Pengetahuan ini tentu saja pengetahuan Sufi. Sama sekali tidak merujuk buku pengetahuan, sesuatu yang dapat ditulis atau dilestarikan dalam bentuk faktual; karena materi tersebut tidak dapat dihilangkan dengan menjelaskanya kepada seseorang yang mungkin saja gagal memanfaatkannya. Merupakan pengetahuan yang diberikan pada waktu dan cara yang teruji, serta menyajikan buku pengetahuan. 'Memberi pengetahuan yang akan hilang', merujuk pada 'kondisi' tertentu tentang penghargaan terhadap kebenaran yang timbul pada diri individu, sebelum orang tersebut dalam kondisi mempertahankan keadaan tersebut, oleh sebab itu ia kehilangan manfaatnya dan musnah."

Komentar Ahmad Minai:

"Karena sulitnya memahami fakta ini, dan berkait dengan kemalasan yang dapat dimengerti, kaum cendekiawan memutuskan untuk 'menghapus' beberapa ajaran yang tidak dapat dimasukkan dalam buku. Tetapi bukan berarti tidak ada. Hanya saja membuatnya lebih sulit untuk ditemukan dan diajarkan, karena orang-orang tersebut di atas (intelektual) telah melatih masyarakat untuk tidak mencarinya."

Kemilikan

Anda hanya memiliki apa yang tidak akan hilang dalam sebuah kapal yang pecah.

Untung dan Rugi

Saya ingin tahu, apa yang diperoleh seseorang yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan, dan apa yang tidak diperoleh orang terpelajar

2. OMAR KHAYYAM
Omar Khayyam adalah seorang filosuf, ilmuwan dan pelatih penting dalam Sufisme. Namanya terkenal di dalam literatur Eropa, terutama karena Edward Fitzgerald, yang di zaman Victoria telah mempublikasikan beberapa kwartrin Omar dalam bahasa Inggris. Perlu dicatat, Fitzgerald --seperti, hal ini perlu dicatat, banyak para sarjana Timur lain-- telah membayangkan bahwa karena Omar Khayyam pada masanya berbicara tentang pandangan-pandangan yang bertentangan secara luas, ia sendiri adalah korban beberapa perubahan pemikiran. Sikap ini, yang merupakan karakteristik beberapa akademisi, hanya seperti orang yang berpikir bahwa jika seseorang menunjukkan sesuatu kepadamu, ia harus percaya; dan bila ia menunjukkan beberapa hal kepadamu, ia harus menjadi subyek (sasaran) identifikasi dengan hal-hal tersebut.
Lebih jauh lagi, Fitzgerald sebenarnya bersalah karena miskinnya kapasitas berpikir. Penyisipan (interpolasi)-nya terhadap propaganda anti-Sufi dalam rujukannya tentang Omar Khayyam, tidak dapat dimaafkan bahkan oleh pendukung-pendukung utamanya. Akibatnya, mereka cenderung mengabaikan ketidakjujuran yang luar biasa ini, dan berteriak tentang hal lain.
Puisi-puisi ajaran Omar Khayyam, serta anggota lain dari sekolahnya yang akhirnya menerima materi ini, didasarkan pada terminologi dan kiasan-kiasan (alegori) khusus tentang Sufisme. Sebuah investigasi dan penerjemahan utuh telah dikerjakan oleh Swami Govinda Tirtha tahun 1941, diterbitkan dengan judul The Nectar of Grace.
Buku ini sebenarnya merupakan kata akhir pertanyaan mengenai makna materi (sejauh hal itu dapat diubah urutannya dalam bahasa Inggris). Menarik untuk dicatat, bahwa beberapa (tidak banyak) para sarjana Barat telah memanfaatkan karya esensial ini dalam eksposisi mereka tentang Omar Khayyam.
Akibatnya, adalah bahwa secara efektif Omar Khayyam tetap dikenang tetapi tidak terkenal.

RAHASIA

Rahasia harus tersimpan dari semua makhluk:
Misteri harus tersembunyi dari semua orang bodoh
Lihat apa yang engkau lakukan kepada manusia
Sang Penglihat harus tersembunyi dari semua orang.

UMMAT MANUSIA

Lingkaran dunia ini seperti sebuah cincin:
Tidak diragukan lagi kalau kita semua
adalah Naqsy, Rancangan ketetapannya.

BENIH

Dalam bilik kecil dan beranda biara,
dalam biara Kristen dan gereja Yahudi:
Di sini orang takut akan Neraka dan lainnya bermimpi tentang Surga.
Tetapi dia yang tahu rahasia-rahasia Tuhannya
Tidak menanam benih seperti ini dalam hatinya.

MUSUH IMAN

Aku minum anggur, dari kanan dan kiri mengatakan:
"Minum tidak Minum karena itu adalah menentang Iman."
Karena Aku tahu anggur menentang Iman,
Demi Tuhan, biarkan aku minum -- darah musuh sah bagiku.

MEDITASI

Kendati 'anggur' dilarang, ini menurut siapa yang meminumnya,
Seberapa banyak, juga dengan siapa mabuk.
Jika tiga syarat ini dipenuhi; bicara jujur --
Lalu, jika Sang Bijak tidak minum 'anggur',
siapa yang harus?
Mereka yang mencoba mengasingkan diri dan
mereka yang menghabiskan malam dengan doa,
Tidak seorang pun berada di tanah kering, semua di laut.
Seorang terjaga, dan semua yang lain terlelap.
Aku tertidur, dan Sang Bijak mengatakan padaku:
"Tidur, mawar kebahagiaan tidak pernah berkembang.
Mengapa kau melakukan sesuatu yang dekat kepada kematian?
Minumlah 'anggur', maka kau akan tidur panjang."
Sahabat, jika engkau tetap berada dalam suatu pertemuan
Engkau harus banyak mengingat Sahabat.
Ketika engkau berhasil minum bersama,
Ketika giliranku tiba, 'maka baliklah gelasnya'.
Mereka yang telah pergi sebelum kita, Wahai Pembawa cangkir,
Tidur dalam debu harga diri.
Pergilah, minum 'anggur', dan dengarkan dariku Kebenaran:
Apa yang mereka miliki hanya dikatakan dalam tangan kita,
Wahai Pembawa-cangkir

DI BAWAH BUMI

Engkau bukanlah emas, orang tidak peduli:
Bahwa, sekali diletakkan di bumi, seseorang
Akan membawamu keluar lagi.

MANUSIA

Tahukah engkau apakah manusia bumi itu, Khayyam
Sebuah lentera imajinasi, dan berada di dalam lampu.

JANGAN BERTANGAN HAMPA ...

Ambillah beberapa saripati dari Sini menuju Sana --
Engkau tidak akan beruntung jika pergi dengan tangan hampa.

AKU

Setiap kelompok mempunyai teori tentang aku --
Aku adalah diriku; apakah Aku, Aku.



3. ATHTHAR AN-NISABURI

Kendati Aththar merupakan salah seorang guru Sufi besar dalam literatur klasik, dan pengilham ar-Rumi, dongeng dan ajaran-ajaran guru-guru Sufi dalam karyanya Memorials of the Saints, harus menunggu hampir tujuh setengah abad untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Pesatnya ketertarikan dunia Barat terhadap Sufisme, juga dipengaruhi oleh pertapa Hindu Dr. Bankey Behari yang telah menerbitkan enampuluh dua seleksi dari buku ini tahun 1961.
Aththar menulis sekitar seratus empatbelas buku, beberapa buku-buku Sufi yang paling masyhur Divine Book, Parliament of the Birds dan Book of Counsel.
Ajaran-ajarannya banyak disertai gambaran-gambaran biografi, fabel, pepatah dan apologi, yang tidak hanya mengandung ajaran moral tetapi kiasan-kiasan yang menggambarkan tentang tahap-tahap khusus perkembangan manusia. Misalnya dalam Parliament of the Birds, ia membuat sketsa tahap-tahap individual dalam kesadaran manusia, meski hal ini direpresentasikan sebagai kejadian terhadap individu yang berbeda atau terhadap suatu komunitas seluruhnya.
Aththar menggunakan tema suatu 'perjalanan' atau 'pencarian' sebagai analogi dari tahap-tahap keberhasilan jiwa manusia dalam mencari kesempurnaan.
Menolak untuk menerima tanda jasa dari kaki tangan penjajah Mongolia, di Asia Tengah, ia dilaporkan wafat di tangan tentara Jengis Khan, setelah membubarkan murid-muridnya --mengirim mereka ke tempat-tempat aman-- ketika ia memprediksi invasi Mongol pada abad ketigabelas.
Tradisi-tradisi Sufisme menegaskan bahwa karya Aththar sangat penting karena, membaca secara keseluruhan, membantu menegakkan struktur sosial dan standar etika Islam; sementara seleksi-seleksi khususnya mengandung materi inisiator yang tersembunyi oleh bagian-bagian teologikal yang berat.

JAWABAN YESUS

Beberapa orang Israel mencaci Yesus suatu hari, ketika dia berjalan melintasi bagian kota mereka.
Tetapi ia menjawab dengan mengulang doa atas nama mereka. Seseorang berkata kepadanya:
"Engkau berdoa untuk orang-orang ini, tidakkah engkau merasa marah kepada mereka?"
Ia menjawab:
"Aku hanya dapat membelanjakan apa yang ada dalam dompetku."

HATI

Seseorang menghampiri orang gila yang sedang menangis dalam kesedihan yang memilukan.
Ia bertanya:
"Mengapa engkau menangis?"
Orang gila menjawab:
"Aku menangis untuk menarik belas kasihan hati-Nya."
Yang lain berkata kepadanya:
"Ucapanmu bohong, karena Dia tidak memiliki hati lahiriah."
Orang gila menjawab:
"Engkaulah yang salah, karena Dia pemilik seluruh hati yang ada. Melalui hati engkau dapat berhubungan dengan Tuhan."

DITAWARI DERMA YANG TIDAK DAPAT DITERIMA

Apa! Akan kau berikan sejumlah uang
(Yang akan) menghapus namaku dari Daftar Kaum Darwis?

DONGENG FAZL-RABBI

Suatu hari seorang tua yang kikir pergi menjeguk Fazl-Rabbi, untuk membahas beberapa hal.
Karena lemah dan gelisah, orang tua ini menusukkan tongkat besinya ke luka di kaki Fazl-Rabbi.
Mendengar dengan sopan, apa pun yang dikatakan oleh si orang tua, Fazl-Rabbi tidak berkata-kata, kendati ia menjadi pucat dan kemudian memerah, karena lukanya terasa sakit dan besi tersebut tetap menancap di kakinya.
Kemudian, ketika yang lainnya telah menyelesaikan urusannya, ia mengambil selembar kertas darinya dan menandatanganinya.
Ketika orang tua itu sudah pergi, ia senang karena berhasil dalam ketekunannya, Fazl-Rabbi membiarkan dirinya roboh.
Salah seorang bangsawan yang hadir mengatakan:
"Tuanku, Anda duduk di sana dengan darah mengucur dari kaki Anda, dan orang tua itu menusuknya dengan tongkat besinya, dan Anda sama sekali tidak berkata apa pun."
Fazl-Rabbi menjawab:
"Aku sama sekali tidak memberi tanda kesakitan, karena Aku takut kalau ketakutannya mungkin menyebabkan ia bingung, dan bahwa ia mungkin menyerahkan ketekunannya karena bantuanku. Kasihan sekali dia, bagaimana aku dapat menambah masalahnya dengan cara demikian?"
Jadilah manusia sejati: mempelajari kebangsawanan dari pemikiran dan tindakan, seperti Fazl-Rabbi.

BUDAK TANPA MAJIKAN

Berkelana dengan jubah tambalan, wajahnya menghitam karena matahari, seorang darwis tiba di Kufah, di mana ia berjumpa dengan seorang pedagang.
Si pedagang berbicara kepadanya, dan memutuskan bahwa ia pasti seorang budak yang tersesat.
"Karena tindak-tandukmu halus, Aku akan memanggilmu Khair (bagus)." Katanya, "Engkau bukan budak?"
"Itulah saya," jawab Khair.
"Akan kuantar engkau pulang, dan engkau dapat bekerja untukku sampai berjumpa tuanmu."
"Saya senang sekali," ujar Khair, "Karena sudah sangat lama saya mencari tuan saya."
Ia bekerja beberapa tahun pada orang tersebut, yang mengajarinya menjadi penenun; oleh sebab itu nama keduanya adalah Nassaj (penenun).
Setelah layanannya yang lama, merasa bersalah karena terlalu mengeksploitasinya, pedagang tersebut mengatakan, "Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi sekarang engkau bebas untuk pergi."
Khair Nassaj, Guru Agung Tarekat (Sufi), melanjutkan perjalanannya ke Mekkah tanpa penyesalan karena ia telah menemukan bagaimana melanjutkan perkembangannya, daripada tanpa memiliki nama dan diperlakukan seperti budak.
Ia adalah guru asy-Syibli, Ibrahim Khawwas dan juga Guru Agung kaum Sufi. Ia meninggal lebih dari seribu tahun yang lalu, di usia seratus duapuluh.

KOTAK AJAIB

Suatu ketika seorang laki-laki ingin menjual karpet kasar, dan ia pun menawarkannya di jalan.
Orang pertama yang melihat mengatakan:
"Ini karpet yang kasar, dan sangat usang." Maka ia pun membelinya sangat murah. Kemudian pembeli tersebut berdiri dan mengatakan kepada lainnya yang tengah berjalan:
"Karpet ini lembut bagai sutra, tak ada yang seperti ini."
Seorang Sufi yang melintas mendengar orang yang membeli itu dan berusaha menjual barang yang sama dengan dua gambaran yang berbeda.
Sang Sufi berkata kepada si penjual karpet:
"Wahai penjual karpet, masukkan aku dalam kotak ajaibmu, yang dapat mengubah karpet kasar menjadi halus, barangkali bisa mendatangkan permata!"

BULAN

Sang Bulan ditanya:
'Apa hasratmu yang paling kuat?"
Dijawab:
"Kalau Matahari hendak menghilang, dan tetap terselubung dalam awan selamanya."

LIMARATUS KEPING EMAS

Salah seorang pengikut Junaid mengunjunginya dengan dompet berisi limaratus keping emas.
"Apakah engkau memiliki uang lebih dari ini?" tanya sang Sufi. "Ya, saya punya."
"Apakah engkau ingin lebih banyak?"
"Ya, benar."
"Maka engkau harus menyimpannya, karena engkau lebih membutuhkannya daripada aku; karena aku tidak memiliki apa pun dan tidak menginginkan apa pun. Engkau membutuhkannya dan selamanya ingin lebih banyak."

ORANG GILA DAN MUADZIN

Seorang muadzin mendaki puncak menara dan mengumandangkan adzan. Sementara itu, seorang gila melintas dan seseorang bertanya kepadanya:
"Apa yang dilakukannya di sana, di atas menara?"
Si gila menjawab:
"Orang di atas itu sesungguhnya mengocok kulit kacang yang kosong."
Ketika engkau mengucapkan sembilanpuluh sembilan Nama Allah, maka engkau seperti bermain dengan kulit kacang yang kosong. Bagaimana Tuhan dapat dimengerti melalui nama-nama?
Karena engkau tidak dapat mengucapkan dalam kata-kata 'mengenai hakikat Tuhan, paling baik tidak usah bicara tentang siapa pun sama sekali.
(Kitab-Ilahi)

KERANGKA RELIGIUS

Suatu hari ketika Sahabat Umar ra. melihat dari permulaan hingga habis sebuah kitab suci Yahudi, Nabi Muhammad saw bersabda:
 
"Engkau terlalu sederhana dengan kitab itu. Jika ingin mendapat suatu manfaat darinya, engkau harus menjadi seorang Yahudi. Menjadi seorang Yahudi yang sempurna lebih baik daripada Muslim yang tidak sempurna; dan membuang-buang waktu dengan kitab Yahudi adalah kepalang tanggung dan tidak memberimu manfaat dengan satu cara atau cara yang lain.
Kesalahanmu adalah bahwa engkau tidak melakukan sesuatu atau pun lainnya dalam sikap ini. Engkau tidak yakin, sangsi pun engkau juga tidak. Lalu, Bagaimana keadaanmu ini, Bagaimana dapat digambarkan?"
(Kitab-Ilahi)

KISAH NABI MUSA A.S.

Suatu ketika Musa a.s. memohon kepada Allah swt. untuk menunjukkan kepadanya salah satu sahabat Allah, dan sebuah suara menjawab:
"Pergilah ke sebuah lembah dan di sana engkau akan menjumpai seorang yang dicintai, orang terpilih, yang menempuh Jalan (pencapaian)!"
Musa pun pergi dan menjumpai orang tersebut, berpakaian compang-camping, dikerubuti berbagai serangga dan binatang melata lainnya.
Musa bertanya, "Dapatkah aku membantumu?"
Laki-laki tersebut menjawab, "Utusan Allah, bawakanlah aku secangkir air, karena sangat haus!"
Ketika Musa kembali dengan membawa air, ia menemukan laki-laki tersebut terkapar sekarat. Ia pergi mencari potongan baju untuk membalutnya. Ketika kembali, ia justru melihat tubuh laki-laki tersebut dilahap seekor singa padang pasir.
Musa sangat tertekan dan menangis:
"Engkau Yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui, Yang mengubah lumpur menjadi manusia. Sebagian menjadi penghuni Surga, lainnya harus disiksa, satu bahagia yang lain menderita. Ini lawan asas yang tidak dapat dimengerti oleh siapa pun."
Kemudian muncul suara dari dalam diri Musa:
"Orang ini telah bergantung kepada Kami untuk minum dan kemudian berpaling dari kepercayaan itu. Ia bergantung kepada Musa untuk makanannya, percaya pada perantara. Ia telah bersalah karena meminta bantuan dari yang lain setelah puas dengan Kami ..."
Hatimu senantiasa melekat sendiri dan makin melekat lagi pada keinginan. Engkau harus tahu bagaimana menjaga hubungan dengan asal-usulmu ...
(Ilahi-Nama)

RUH SEBELUM PENCIPTAAN TUBUH

Ketahuilah mengenai waktu ketika di sana ada ruh dan tanpa tubuh.
Inilah masa selama beberapa tahun, yang setiap tahunnya sama dengan seribu tahun kita.
Ruh-ruh tersebut berbaris. Dunia diperlihatkan kepada mereka. Sembilan dari sepuluh ruh berlari menuju dunia.
Kemudian Surga diperlihatkan pada ruh yang tersisa. Sembilan dari sepuluh ruh berlari menuju Surga.
Kemudian Neraka diperlihatkan kepada ruh yang tersisa. Sembilan dari sepuluh ruh berlari menghindarinya dengan ketakutan.
Maka tinggallah beberapa ruh, mereka yang tidak terpengaruh oleh apa pun. Mereka tidak tertarik pada Dunia maupun Surga, juga tidak takut Neraka.
Sebuah Suara Semesta berkata pada ruh-ruh yang tinggal tersebut:
"Wahai ruh-ruh bodoh, apa yang kalian inginkan?"
Secara serempak mereka menjawab:
"Engkau mengetahui segala pengetahuan, bahwa Engkau-lah Yang kami inginkan, dan bahwa kami tidak ingin meninggalkan KehadiranMu."
Suara itu berkata:
"Menginginkan Kami penuh bahaya, menimbulkan kesulitan dan akibat yang tidak terhitung."
Ruh-ruh menjawab:
"Dengan senang hati akan kami alami apa pun untuk bersama-Mu, dan kehilangan apa pun agar kami mendapatkan segalanya."
(Ilahi-Nama)

UJIAN

Berkait dengan ucapan Syaqiq al-Balkh kepada murid-muridnya:
"Kupertaruhkan Imanku kepada Allah, dan pergi mengarungi hutan ganas dengan uang sekadarnya di saku. Aku pergi haji dan pulang, dan uang receh ini masih ada."
Salah seorang muridnya berdiri dan berkata:
"Jika Anda memiliki uang receh di saku, Bagaimana Anda dapat mengatakan, bahwa Anda menggantungkan segala sesuatu kepada yang lebih Tinggi?"
Syaqiq menjawab:
"Tidak ada lagi yang dapat kukatakan, anak muda ini benar. Ketika engkau menggantungkan segala sesuatu kepada-Nya, maka tidak ada tempat lagi untuk apa pun, sekecil apa pun, sebagai suatu perbekalan!"
(Kitab-Ilahi)

MUHAMMAD, IBNU ISA

Muhammad, ibnu Isa, salah seorang sahabat Pemimpin Ummat, karena kecerdasannya melebihi yang lain.
Suatu hari ia berkuda melintasi jalanan di Baghdad, diiringi pelayan dalam jumlah cukup banyak. Orang-orang pun saling bertanya:
"Siapa laki-laki itu, begitu mempesona, kudanya bagus, begitu kaya?"
Dan seorang perempuan tua yang berjalan tertatih diantara mereka menjawab:
"Itu orang miskin, bukan orang kaya. Karena, jika Allah meniadakan kesenangannya, ia tidak akan memiliki benda seperti sekarang."
Mendengar ini, Muhammad ibnu Isa, turun dari kudanya yang sehat dan bagus, dan mengakui bahwa memang begitulah keadaannya.
Sejak saat itu ia meninggalkan keinginannya untuk memamerkan kekayaannya.

PEMAHAMAN ORANG GILA

Terdapat orang gila yang tidak ikut ambil bagian dalam jamaah shalat. Di hari Jum'at, dengan penuh kesulitan, orang-orang membujuknya untuk hadir.
Tetapi ketika sang Imam memulai, orang gila tersebut justru melenguh seperti lembu jantan.
Orang-orang menyangka bahwa ia hanya sedang kambuh lagi gilanya, tetapi pada saat yang sama ingin membantunya. Sesudah shalat mereka menegurnya:
"Apakah engkau tidak berpikir tentang Allah, engkau bersuara seperti seekor binatang di tengah-tengah shalat jamaah?"
Si orang gila menjawab:
"Aku hanya melakukan apa yang dikerjakan Imam. Ketika ia telah menekankan, ia membeli seekor lembu, maka aku pun bersuara seperti seekor lembu!"
Ketika jawaban aneh ini disampaikan kepada sang Imam, ia mengakui:
"Ketika aku menyebut Allahu Akbar, aku sedang memikirkan pertanianku. Dan ketika sampai pada alhamdulillah, aku berpikir bahwa aku akan membeli seekor lembu. Pada saat itulah aku mendengar suara lenguhan."

SI KIKIR DAN MALAIKAT MAUT

Setelah bekerja keras, berdagang dan meminjamkan (uang) si kikir telah menumpuk harta, tigaratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas dan banyak gedung, dan segala macam harta benda.
Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan mengenai bagaimana masa depannya. Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, ketika itu juga muncul Malaikat Maut di hadapannya untuk mencabut nyawanya.
Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya, agar Malaikat Maut yang pantang menyerah itu, tidak jadi menjalankan tugasnya. Ia berkata:
"Bantulah aku, hanya tiga hari saja, dan akan kuberikan sepertiga hartaku."
Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir. Kemudian si kikir berkata lagi:
"Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari lagi, akan kuberi engkau duaratus ribu dinar dari gudangku."
Tetapi sang Malaikat Maut tidak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan tiga hari demi tigaratus ribu dinarnya. Kemudian si kikir berkata:
"Tolonglah, kalau begitu beri aku waktu untuk menulis sebentar."
Kali ini Malaikat Maut mengizinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri.
"Wahai manusia, manfaatkan hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tigaratus ribu dinar. Pastikan bahwa engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki."

KEPALA KELEDAI

Seorang bodoh melihat kepala keledai di atas sebatang kayu di halaman.
Ia bertanya, "Apa yang terjadi di sana?"
Ada yang menjawab, "Diletakkan di sana untuk memalingkan mata iblis!"
"Engkau ini berotak keledai, dan itulah mengapa engkau menggantungkan kepala keledai! Ketika hidupnya, ia tidak dapat menghindari batang kayu yang memukulnya. Sekarang, ketika mati, bagaimana dapat menolak mata iblis?"

KEMUSTAHILAN DAN KEBODOHAN

Apa yang tampak mustahil dan tidak, adalah lebih baik daripada kebodohan manusia yang menganggapnya mustahil.

CAHAYA

Pecinta (kekasih) sejati akan menemukan cahaya hanya jika, seperti lilin, dirinya adalah bahan bakar, membakar dirinya sendiri.

UMMAT KRISTEN DAN MUSLIM

Suatu ketika, seorang Kristen menjadi Muslim. Keesokannya ia telah mulai minum anggur.
Dalam keadaan mabuk, ibunya datang dan berkata:
"Anakku, apa yang engkau kerjakan? Bertingkah dalam cara seperti ini engkau telah menolak Yesus, dan juga gagal menyenangkan Muhammad. Tetaplah berpijak pada keyakinanmu! Tidak seorang pun dapat menjadi manusia dan menyembah berhala sama baik mempertahankan keyakinan lain."

POHON TIDAK MENYADARI AKAN KEADAANNYA

Suatu hari seorang laki-laki menebang pohon. Seorang Sufi yang melihatnya, mendekat dan berkata:
"Lihatlah cabangnya yang segar ini, penuh dengan getah, bahagia karena ia belum tahu kalau dipotong."
"Barangkali memang tidak diketahui kerusakan akan membuatnya menderita, tetapi akan mengetahui pada waktunya."
"Sementara itu, engkau tidak dapat menalarnya."
Pemotongan ini, ketidaktahuan ini, inilah keadaan manusia.

ANAK PANAH

Ketika anak panah lepas dari busurnya, mungkin melesat lurus, mungkin pula tidak, sesuai kehendak pemanahnya. Betapa aneh, bahwa ketika anak panah melesat tanpa melenceng, tergantung pada keahlian pemanah: tetapi jika keluar dari kebenaran, merupakan anak panah yang menerima perintah keliru!

RAJA MAHMUD DAN BUNCIS

Suatu hari, Raja Mahmud yang perkasa dari Ghazna pergi berburu, ia terpisah dari kelompoknya. Ia kemudian mendatangi asap yang berasal dari sebuah api kecil, di mana ia juga menemukan perempuan tua dengan belanganya.
Raja Mahmud berkata:
"Hari ini engkau mendapat tamu seorang raja, apa yang engkau masak di atas apimu?"
Perempuan tua itu menjawab, "Ini rebusan buncis."
Raja Mahmud bertanya, "Wahai perempuan tua, maukah engkau memberiku sedikit?"
"Tidak," jawab perempuan itu, "Karena ini hanya untukku. Kerajaanmu tidak berharga sebagaimana buncis-buncis ini. Engkau boleh saja menginginkan buncisku, tetapi aku tidak menginginkan apa pun yang engkau miliki. Buncis-buncisku bernilai seratus kali lipat daripada semua milikmu. Lihat musuh-musuhmu, yang berusaha mengambil alih milikmu. Aku bebas, dan memiliki kacang buncisku."
Mahmud yang perkasa memandang pemilik kacang tersebut, memikirkan kekuasaannya yang dipersengketakan, dan menangis.

KETIDAKSADARAN

Engkau tidak tahu apa pun tentang dirimu sendiri dan bagaimana keadaannya.
Dirimu seperti lilin dalam sarang lebah: apa yang diketahui, apa yang diketahui, api ataukah selokan?
Ketika terpasang di tempat lilin, dan cahayanya terpancar, barulah diketahui.
Sama saja, engkau akan mengetahui dirimu hidup ketika engkau mati, dan hanya berpikir dirimu hidup.

ORANG GILA DAN PEGULAT

Seorang gila setengah mabuk memanggil pembawa peti mati setelah pemakaman.
"Siapa orang yang jatuh dalam cengkeraman kematian ini?"
Mereka menjawab, "Hai orang gila, ini jasad juara gulat, pemuda terbaik selama hidupnya."
Si orang gila menjawab, "Ia mati oleh lawan yang perkasa, tak diketahui kalau hal itu akan terjadi padanya."

DUA CINCIN

Seorang laki-laki mencintai dua perempuan dengan adil. Mereka berdua memintanya mengatakan siapa diantara mereka yang paling disukai.
Laki-laki tersebut minta waktu sampai keputusannya diketahui. Kemudian ia membuat dua cincin, masing-masing sangat mirip. Lalu ia memanggil keduanya dan mengatakan, "Orang yang paling kucintai, dialah yang mengenakan cincin ini."

INI, JUGA, AKAN BERLALU

Seorang raja yang sangat berkuasa, memerintah banyak wilayah, berada dalam posisi cemerlang lantaran orang-orang bijak yang dipekerjakannya. Suatu hari ia merasa bingung sendiri dan memanggil penasihatnya.
Katanya, "Aku tidak tahu sebabnya, tetapi sesuatu mendorongku untuk mencari cincin yang memungkinkan diriku menjadikan negara yang tenteram. Aku harus memiliki cincin itu. Dan cincin ini harus dapat membuatku bahagia di kala duka. Pada saat yang sama, jika aku merasa bahagia dan melihatnya, maka cicin itu dapat menjadikanku sedih."
Orang-orang bijak saling berunding, dan mereka berada dalam perenungan yang amat dalam. Akhirnya mereka memutuskan sifat-sifat cincin yang sesuai dengan raja mereka. Cincin yang dirancang itu, bertuliskan sebuah legenda: Ini, juga, Akan Berlalu.

RAJA YANG MERAMALKAN MASA DEPANNYA

Seorang raja yang juga ahli perbintangan meramal bintangnya, bahwa pada hari dan jam tertentu malapetaka akan mendekatinya.
Ia kemudian membangun rumah batu yang kuat, dan menempatkan beberapa penjaga di luar.
Suatu hari, ketika berada di dalamnya, ia sadar bahwa masih dapat melihat cahaya (siang). Ia menemukan lubang yang kemudian ditutupnya pula, untuk mencegah kemalangan masuk. Dengan menutup pintu, menjadikan dirinya sendiri tawanan dengan kedua tangannya sendiri. Dan karena itu, sang raja pun meninggal dunia.

RUANG INI

Pada dinding dalam lengkungan tekkia di gedung meditasi Aththar yang bersambungan, tertulis kata-kata:
"Disediakan untuk Orang Bijak (Hakim) Tamtim."
Syeikh Aththar menyuruh murid tertuanya untuk meneliti sikap semua pendatang baru terhadap persembahan tersebut.
Ia menggambarkan bahwa semua yang memberikan tanggapan dalam cara tertentu, akan mengembangkan kekuatan mistik secara benar dan cepat; dan yang mengatakan atau melakukan sesuatu akan pergi atau harus disuruh pergi.
Aththar tidak pernah menanyakan kepada muridnya, pelamar mana yang bersikap demikian. Tetapi mereka meneliti, selama bertahun-tahun, hasilnya sesuai yang digambarkan.
Suatu hari ia ditanya, mengapa meninggalkan persembahan tersebut di sana. Jawabnya, "Untuk menunjukkan mereka yang tidak tanggap, dan tampaknya tidak cukup menunjukkan tentang pengalaman-pengalaman tertentu, akan mengkhianati kemampuan diri atau tidak mencukupi, pada seseorang yang tahu bagaimana membuat suatu ujian."


4 IBNU AL-ARABI

Muhyiddin ibnu al-Arabi adalah salah seorang Sufi di Abad pertengahan, kehidupan dan tulisan-tulisannya sekarang banyak mempengaruhi pemikiran di Timur maupun Barat. Oleh masyarakat Arab, ia dikenal sebagai Syeikh al Akbar, 'Syeikh Agung', sedang orang-orang Kristen Barat melalui terjemahan langsung mengenalnya; 'Doktor Maksinius'. Ia wafat pada abad ketigabelas.

DARI MANA DATANGNYA GELAR?

Ja'far ibnuYahya dari Lisabon memutuskan menjumpai Guru Agung Sufi, ia pun melakukan perjalanan dari Mekkah sebagaimana pemuda lainnya. Di sana ia bertemu dengan orang asing misterius, seorang laki-laki mengenakan jubah hijau, yang berkata kepadanya sebelum ia berbicara apa pun:
"Engkau mencari Syeikh Agung, Guru yang sangat masyhur. Tetapi engkau mencarinya di Timur ketika ia berada di Barat. Dan ada sesuatu hal yang tidak benar dalam pencarianmu."
Ia mengirim Ja'far kembali ke Andalusia, untuk menjumpai seseorang bernama Muhyiddin ibnu al-Arabi dari suku Hatim-Tai.
"Dia itulah Guru Agung."
Tanpa mengatakan kepada siapa pun mengapa ia mencarinya, Ja'far menemukan keluarga Tai di Murcia dan bertanya kepada putranya. Ja'far tahu bahwa sesungguhnya ia (Guru Agung) berada di Lisabon ketika dirinya berangkat pergi. Akhirnya ia menemukannya di Seville.
"Di sana," ujar seorang pendeta, "Itulah Muhyiddin." Ia menunjuk kepada seorang pelajar muda, membawa sebuah kitab mengenai Tradisi (Hadis), tampak tergesa-gesa keluar dari ruang kuliah.
Ja'far sangat bingung, tetapi dihentikannya pemuda tersebut dan bertanya, "Siapakah Guru Agung?"
"Aku membutuhkan waktu untuk menjawab pertanyaan itu," jawabnya.
"Apakah engkau Muhyiddin ibnu al-Arabi dari suku Tai?" tanya Ja'far sedikit meremehkan.
"Benar."
"Jika demikian aku tidak membutuhkanmu."
Tigapuluh tahun kemudian di Aleppo, ia melihat Ja'far memasuki ruang kuliah Syeikh Agung, Muhyiddin ibnu al-Arabi dari suku Tai. Muhyiddin melihatnya ketika masuk, dan berkata:
"Sekarang aku siap menjawab pertanyaanmu dulu, sebenarnya tidak perlu ada pertanyaan itu. Tigapuluh tahun lalu Ja'far, engkau tidak membutuhkan aku. Apakah engkau masih tidak membutuhkan diriku? Orang Berjubah Hijau mengatakan ada sesuatu yang salah dalam pencarianmu. Yaitu waktu dan tempat."
Ja'far ibnu Yahya lantas menjadi salah seorang murid al-Arabi yang terkemuka.

IMPIAN DI MOSUL

Seorang pencari ayat suci yang memberi pengalaman batiniah yang penting, masih menderita karena kesulitan menafsirkannya secara konstruktif Ia minta petunjuk kepada Syeikh Agung Ibnu al-Arabi tentang mimpi yang sangat mengganggunya ketika berada di Mosul, Iraq.
Ia melihat Guru Ma'ruf yang luhur dari Karkh seolah duduk di tengah-tengah api Neraka. Bagaimana mungkin Ma'ruf yang agung berada dalam Neraka?
Apa yang kurang dari daya permahamannya, adalah keadaannya sendiri. Ibnu al-Arabi, dari permahamannya terhadap si Pencari jati diri dan kemanusiaannya, menyadari bahwa intisarinya adalah melihat Ma'ruf dikelilingi api. Api merupakan penjelasan tentang bagian jiwa yang belum dikembangkan, sebagai sesuatu dimana Ma'ruf yang agung terperangkap. Makna sesungguhnya adalah rintangan antara keberadaan Ma'ruf dan keberadaan si Pencari jati diri.
Jika si Pencari (jati diri) ingin mencapai suatu keadaan yang setara dengan Ma'ruf, pencapaian yang ditandai dengan sosok Ma'ruf, maka ia harus melalui satu tahap yang dalam mimpinya digambarkan dengan lingkaran api. Dengan penafsiran ini si Pencari dapat memahami situasinya, dan menunjukkan pada dirinya apa yang masih perlu dilakukan.
Kesalahannya adalah menganggap gambaran Ma'ruf adalah Ma'ruf, dan api adalah api Neraka. Bukan sekadar kesan (Naqsy) tetapi penggambaran yang benar terhadap kesan tersebut, seni yang disebut Tasvir (pemberian makna terhadap gambaran) itulah fungsi seorang Pembimbing yang Benar.

TIGA BENTUK PENGETAHUAN

Ibnu al-Arabi dari Spanyol, menginstruksikan para pengikutnya dalam keputusannya yang paling kuno ini:
Ada tiga bentuk pengetahuan. Pertama, pengetahuan kecerdasan otak, yang sesungguhnya hanyalah keterangan dan kumpulan kenyataan, dan pemanfaatan sampai pada pengertian-pengertian atau rencana para cendekiawan lebih jauh. Ini disebut ajaran kecendekiawanan (intelektualisme).
Kedua, pengetahuan tentang keberadaan, meliputi perasaan yang emosional (renjana) dan kejanggalan, dimana manusia menganggap bahwa ia merasakan sesuatu tetapi tidak dapat memanfaatkannya. Ini disebut (emosionalisme).
Ketiga, pengetahuan sejati yang disebut Pengetahuan atas Realitas. Pada bentuk ini, manusia dapat merasakan apa yang benar, sejati, melampaui batas-batas pemikiran dan perasaan. Para sarjana dan ilmuwan terpusat pada bentuk pertama pengetahuan. Kaum emosionalis dan eksperimentalis menggunakan bentuk kedua. Lainnya memadukan keduanya, atau memanfaatkan salah satu sebagai pilihan.
Tetapi mereka yang mencapai kebenaran, adalah mereka yang tahu bagaimana menghubungkan dirinya sendiri dengan realitas berada di dua bentuk pengetahuan tersebut. Mereka inilah kaum Sufi sejati, kaum Darwis dan mengalami Pencapaian.

KEBENARAN

Ia telah membingungkan semua orang yang belajar Islam,
Setiap orang yang mempelajari Mazmur,
Setiap Rabbi Yahudi,
Setiap pendeta Kristen.

CINTA YANG LEBIH TINGGI

Pecinta awam memuja gejala kedua.
Aku mencintai Yang Sejati.

CINTA YANG KHUSUS

Ketika bulan penuh muncul pada malam hari, menampakkan wajahnya di tengah rambut.
Dari penderitaan muncul gambaran dirinya; tangis air mata di pipi; seperti bunga bakung hitam menumpahkan air mata di atas mawar
Kecantikan hanyalah kesunyian: sifatnya lah yang berlimpah.
Bahkan memikirkan bahaya kehalusannya (kendati terlalu kasar merasakan dirinya). Jika demikian, Bagaimana bisa ia terlihat dengan benar oleh alat tubuh yang janggal seperti mata?
Keajaibannya tak tertangkap nalar. Ia melampaui aneka penglihatan.
Ketika penjelasan mencoba menjabarkan dirinya, ia menguasainya.
Kapan pun berupaya, penjelasan menjadi terusir Karena hal itu seperti mencoba untuk membatasi.
Jika seseorang mencari cita-citanya yang lebih rendah (untuk merasakan cinta seperti pada umumnya), selalu ada orang lain yang tidak akan melakukannya.

PENCAPAIAN SEORANG GURU

Orang berpikir bahwa seorang Syeikh mestinya menunjukkan keajaiban-keajaiban dan menunjukkan pencerahan. Syarat seorang guru, betapapun, hanyalah bahwa ia harus memiliki semua yang dibutuhkan murid.

WAJAH AGAMA

Sekarang aku disebut rusa di padang pasir,
Sekarang seorang pendeta Kristen,
Sekarang seorang Zoroaster
Kekasih ada Tiga, tetapi Satu:
Yakni tiga dalam kenyataannya satu.

HATIKU DAPAT MENERIMA SEGALA RUPA

Hatiku dapat menerima segala rupa. Hati berubah-ubah sesuai kesadaran yang paling dalam. Bisa jadi berbentuk seperti rusa padang rumput, biara para rahib, patung pemujaan, pengunjung (peziarah) Ka'bah, Lembaran Taurat untuk ilmu pengetahuan tertentu, lembaran-lembaran al-Qur'an.
Tugasku adalah hutang terhadap Cinta. Dengan bebas dan sukarela aku menerima apa pun yang terlarang untukku. Cinta seperti cinta seorang kekasih, kecuali sebagai pengganti mencintai gejala, aku mencintai yang Hakiki. Agama, kewajiban, adalah milik dan keyakinanku. Tujuan cinta manusia adalah menunjukkan yang terakhir, cinta sejati. Inilah cinta yang sadar.
Lainnya adalah jenis yang membuat manusia tidak menyadari dirinya sendiri.

BELAJAR DENGAN ANALOGI

Ada alasan bahwa Ibnu al-Arabi menolak berbicara dalam bahasa filosofis dengan setiap orang, bodoh maupun terpelajar. Dan tampaknya orang-orang beruntung tetap berteman dengannya. Ia mengajak bepergian, memberi mereka makan, menghibur mereka dengan bercerita ratusan pokok pembicaraan.
Seseorang bertanya kepadanya, "Bagaimana Anda mengajar apabila Anda tampaknya tidak pernah memberi pengajaran?"
Ibnu al-Arabi menjawab, "Dengan kias." Dan ia menceritakan perumpamaan ini.
Suatu ketika ada seorang laki-laki memendam uangnya di bawah beberapa pohon demi keamanan. Ketika ia datang kembali, uangnya hilang. Seseorang telah membongkar akar dan membawa emasnya.
Ia kemudian menemui orang bijak dan menceritakan masalahnya.
"Saya yakin tidak ada harapan lagi menemukan kembali harta itu." Orang bijak tersebut menyarankan agar ia kembali lagi setelah beberapa hari. Sementara itu, si orang bijak memanggil semua tabib yang ada di kota, dan bertanya kepada mereka, apakah pernah memberi resep obat akar-akaran kepada seseorang. Salah seorang mengaku telah memberikannya kepada seorang pasien. Maka dipanggillah pasien tersebut, dan ternyata ia adalah pemilik uang itu sendiri. Ia mengambil barang tersebut dan mengembalikannya kepada pemilik sebenarnya.
"Dengan cara yang sama," ujar Ibnu al-Arabi, "Kutemukan apa keinginan murid yang sesungguhnya, dan bagaimana ia dapat belajar. Dan kuajarkan."

ORANG YANG MENGETAHUI

Seorang Sufi yang mengetahui Kebenaran Abadi, bertindak dan berbicara dengan mempertimbangkan pemahaman, keterbatasan dan prasangka dominan yang tersembunyi pada pendengarnya. Bagi Sufi, beribadat berarti pengetahuan. Melalui pengetahuan ia memperoleh penglihatan.
Sufi meninggalkan tiga 'aku'. Ia tidak mengatakan 'untukku', 'denganku' atau 'milikku'. Ia tidak boleh menghubungkan segala sesuatu dengan dirinya. Sesuatu yang tersembunyi dalam tempurung tak berguna. Kita sekadar mencari sasaran yang kurang layak, dengan tidak memperhatikan nilai tak terbatas yang sangat berharga.
Makna kemampuan menafsir adalah, bahwa seseorang dapat dengan mudah membaca sesuatu yang dikatakan oleh orang bijak dalam dua cara yang amat berlainan.

MENYIMPANG DARI JALAN BENAR

Siapa pun yang menyimpang dari peraturan Sufi, tidak akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat; kendati ia mempunyai nama baik di mata masyarakat yang menggema (hingga) ke firdaus.

5.  SA'DI ASY SYIRAZI

Sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pencapaian Sa'di, penulis klasik abad ketigabelas. Para kritikus Barat kagum bahwa Sa'di dapat menulis dua karya klasik yang luar biasa, The Orchard (Bustan) dan The Rose Garden (Gulistan) dalam jangka waktu dua atau tiga tahun. Dua karya utama ini, sangat dikenal oleh setiap orang Persia dan dihargai sebagai prestasi tertinggi, karena kekayaan materi dan keindahan syair yang nyaris sulit dicari tandingnya. Sa'di seorang yang tiada memiliki apa pun, hampir sepanjang hidupnya mengembara. Ia dididik oleh guru Sufi, Gilani (al-Jilani) dan Suhrawardi.
Dalam buku The Rose Garden, Sa'di menyempurnakan tulisannya (tetap tidak dapat diterjemahkan dalam berbagai bahasa Barat) dengan bahasa dan struktur sederhana yang digunakan sebagai buku pegangan utama murid-murid Persia, dan seolah hanya mengandung cerita-cerita dan aforisme moral. Sementara itu, pada saat yang sama hal itu diakui oleh sebagian besar kaum Sufi masyhur, sebagai pengetahuan Sufistik paling dalam yang dapat ditulis.
Keheranan atas pencapaian ini, ketika seseorang melihat tingkat-tingkat yang berbeda dari materi tersebut tersambung satu sama lain, tidak dapat diungkapkan.
Dua buku ini tidak hanya mengandung kutipan-kutipan, peribahasa, praktek kebijakan, dan pernyataan pemikiran; tetapi ditulis dengan cara yang dapat diterima oleh mereka yang dibutakan oleh kefanatikan agama. Dengan cara ini Sa'di menerima, membentuk dan meneruskan pemahaman Sufi. Pilihannya terhadap bentuk literatur klasik, memastikan pemeliharaan dan pengkomunikasian pesan-pesannya sepanjang masa; karena tidak seorang pun dapat memisahkan Sa'di dari literatur Persia, dan karena itu Sufisme terlindungi dengan cara ini.
Karya-karya berikut adalah tulisan terjemahan, untuk menunjukkan bagaimana mudahnya bagi pembaca awam.
Mencabut bulu ketidakpedulian dari telinga orang yang sadar, Agar kearifan orang mati dapat menjangkau telingamu.

PINTU

Orang yang tidak beruntung adalah orang
yang memalingkan kepalanya dari. pintu ini.
Karena ia tidak akan menemukan pintu lainnya.

PERMATA DAN DEBU

Mutiara yang jatuh ke lumpur tetap berharga.
Debu yang naik ke firdaus, tetap tidak berharga.

HARI PEPERANGAN

Di hari peperangan, kuda gesit
-- bukan lembu jantan yang lamban --
itulah yang akan digunakan.

AHLI KIMIA DAN SI BODOH

Ahli kimia meninggal dalam keadaan menderita dan frustrasi -- sementara si bodoh menemukan harta benda dalam reruntuhan.

MUTIARA

Rintik hujan, menetes dari awan,
Merasa malu bila bertemu lautan.
"Siapa diriku jika berada di lautan?" katanya.
Ketika ia melihat dirinya dengan kerendahan,
Tempurung melindunginya dalam pelukan.

KEKUASAAN

Kekuasaan di dunia dari ujung ke ujung
Lebih tidak berharga daripada tetesan darah di atas bumi.

PENCURI DAN SELIMUT

Seorang pencuri memasuki rumah seorang Sufi, dan tidak menemukan apa pun di sana. Ketika ia pergi, si darwis merasakan kekecewaannya dan melempar si pencuri dengan selimut alas tidurnya, agar pencuri itu tidak pergi dengan tangan hampa.

BELAJAR

Tidak seorang pun belajar seni memanah dariku.
Siapa yang tidak memaksaku, pada akhirnya, menjadi sasaran.

ORANG YANG TIDAK BERBENTUK

Bagi seseorang yang tidak terbentuk dalam sebuah komunitas
Hati dari para Bijak akan menderita sakit --
Bagai kolam dipenuhi mawar air, dan seekor anjing jatuh di dalamnya, mengotorinya.

PELAJAR DAN PERTAPA

Beri uang kepada pelajar, supaya mereka dapat terus belajar. Jangan beri apa pun kepada pertapa, agar mereka tetap menjadi pertapa.

KALAJENGKING

Seekor kalajengking ditanya, "Mengapa kau tidak keluar di musim dingin?"
Dijawabnya, "Perlakuan apa yang kuterima di musim panas, sehingga aku harus keluar di musim dingin?"
Kayu hijau dapat dibengkokkan;
Ketika kering, hanya api yang meluruskannya.

PERAHU

Kalau Nuh yang jadi kapten, apa yang mesti ditakutkan?

TAKDIR SI ANAK SERIGALA

Takdir bagi anak serigala adalah menjadi serigala, sekalipun ia dibesarkan diantara anak manusia.

POHON YANG GUNDUL

Tidak seorang pun melempar batu ke pepohonan yang gundul.

KESOMBONGAN

Seseorang yang memiliki kesombongan di kepalanya --
Jangan bayangkan ia akan pernah mendengar kebenaran.

JALAN YANG LURUS

Aku tidak pernah melihat manusia tersesat kalau ia berada di jalan yang lurus.

SANGKAR

Ketika burung beo dikunci bersama burung gagak, ia berpikir bahwa merupakan keberuntungan dapat keluar dari sangkar.

RELATIF

Sebuah lampu sama sekali tidak tampak bercahaya di hadapan matahari;
Dan sebuah menara yang tinggi tampak rendah di bawah kaki gunung.
Apabila engkau membakar hutan, jika dirimu bijak,
Engkau akan menghindari harimau.

INFORMASI DAN PENGETAHUAN

Sebanyak apa pun engkau belajar, tidak akan mengerti jika tidak bertindak.
Seekor keledai yang membawa buku, tidaklah menjadi seorang cendekiawan maupun bijak.
Kehampaan akan esensi, apa yang ia pelajari --
Apakah kayu bakar atau buku?

PAWANG GAJAH

Jangan berteman dengan pawang gajah,
Jika engkau tidak memiliki ruang yang cukup untuk menjamu gajah.

SEORANG DARWIS YANG BERSUMPAH UNTUK MENYENDIRI

Seorang darwis yang bersumpah untuk menyendiri duduk di padang pasir, ketika seorang raja berlalu beserta rombongannya.
Karena sedang dalam keadaan konsentrasi, ia tidak memperhatikan. Bahkan tidak mengangkat kepalanya saat arak-arakan melintasinya.
'Sang raja, yang ingin dihormati sebagaimana layaknya, merasa marah dan berkata, "Orang-orang berjubah compang-camping ini tidak berperasaan, seperti binatang, tidak tahu kesopanan maupun kerendahan hati."
Wazir sang Sultan mendekatinya dan berkata, "Wahai kaum darwis! Sultan dari seluruh dunia baru saja melintasimu, mengapa engkau tidak menghormatinya?"
Si darwis menjawab, "Biarkan Sultan mencari penghormatan dari mereka yang mencari keuntungan atas niat baiknya. Katakan kepadanya juga, bahwa para raja diciptakan untuk melindungi rakyat. Rakyat tidak diciptakan untuk melayani raja."

KESELAMATAN DAN KEKAYAAN

Di dalam laut, kekayaan terlalu sulit dibandingkan.
Tetapi jika engkau mencari keselamatan, ada di tepi laut.

RUMAH DAN UNTA

Seekor rubah berlari-lari ketakutan. Seseorang bertanya apa masalahnya. Jawab rubah, "Mereka menggunakan unta untuk dipekerjakan."
"Bodoh! " jawab orang tersebut, "Takdir unta tidak ada hubungannya dengan dirimu, bahkan tampang saja tidak sama."
"Diam!" jawab si rubah, "Seandainya pengintrik sepertiku ditetapkan menjadi unta, siapa yang akan berusaha untuk pembebasanku?"

KOIN EMAS DIANGGAP MULIA

Seseorang yang memiliki sekantung penuh emas ditempatkan seperti cahaya mata manusia. Sementara menurut anak tukang emas, "Mulia adalah seseorang yang memiliki emas mulia."

BICARA

Orang terpelajar adalah orang yang tidak banyak bicara
Menembus ke hati paling dalam.

MURID DAN GURU

Kekuatan murid tidak lebih dari anak-anak;
Sedang guru seperti dinding yang kokoh.
Si bodoh dianugerahi beberapa keistimewaan
Sehingga ratusan sarjana akan terpesona olehnya.

KUDA DAN UNTA

Kuda Arab sangatlah cepat. Unta berjalan pelan, tetapi berjalan terus siang malam.

DI MANA MACAN TUTUL BERSEMBUNYI?

Rerimbunan semak yang ada di depanmu, bisa jadi tempat di mana macan tutul bersembunyi.

DASAR KELALIMAN

Dasar kelaliman di dunia ini adalah menyia-nyiakan waktu. Setiap orang terus menambahnya sampai seperti sekarang. Jika Sultan menganggap benar, mengambil separo telur secara paksa, maka pasukannya akan mengambil ribuan unggas dari panggangannya.

PENAMPILAN PRIBADI

Milikilah kualitas esensial kaum darwis, maka engkau dapat mengenakan shako Tartar!

JIKA KAU TIDAK TAHAN SENGATAN

Jika engkau tidak tahan sengatan, jangan letakkan jarimu di sarang kalajengking.

AMBISI

Sepuluh kaum darwis dapat tidur di bawah satu selimut; tetapi dua raja tidak dapat memerintah di satu wilayah. Orang yang setia akan memakan separo roti, dan memberikan separo lainnya kepada kaum darwis. Penguasa mungkin memiliki sebuah kerajaan, tetapi direncanakan untuk menguasai dunia.

BAHAYA KEGEMBIRAAN

Jika seorang darwis tetap dalam keadaan gembira, ia akan terpisah dari kedua dunia.

KAUM DARWIS DAN PENUNGGANG UNTA

Ketika kita menuju ke selatan Arab, kaum darwis bertelanjang kaki dan tanpa penutup kepala akan bergabung dengan kafilah kita di Kufah (sebelah utara).
Kulihat bahwa ia tidak memiliki uang sepeser pun, tetapi ia terus melangkah dengan pasti, sambil bersyair:
Aku membebani unta
ataukah aku membawa beban unta?
Aku menguasai, ataukah aku dikuasai?
Apakah aku memiliki kegelisahan tentang Masa Lalu,
Kini atau Masa Datang?
Sepenuhnya aku bernafas,
sepenuhnya aku menjalani kehidupan.
Seorang pedagang yang menunggang unta, menganjurkannya untuk kembali. Jika tidak, katanya, si darwis akan meninggal karena menderita dan kekurangan makanan.
Mengabaikan saran tersebut, si darwis terus melangkah.
Ketika kami sampai di oase Bani Hamud, si pedagang meninggal.
Si darwis menyediakan tandu sambil berseru:
Aku tidak mati karena penderitaanku;
Tetapi kau, di atas untamu telah meninggal dunia.
Si bodoh menyalakan lampu di siang hari. Malamnya mereka bertanya-tanya mengapa tidak ada cahaya.

ORANG YANG SAKIT

Sepanjang malam seorang laki-laki menangis
Di samping orang sakit.
Menjelang subuh pengunjung itu meninggal --
Dan si pasien tetap hidup.

KAUM DARWIS DI NERAKA

Suatu malam seorang raja bermimpi, bahwa ia melihat seorang raja berada di surga sedang seorang darwis berada di neraka.
Orang yang bermimpi itu bertanya, "Apa maksudnya? Menurutku kedudukan tersebut terbalik."
Sebuah suara menjawab, "Si raja berada di surga karena ia menghormati kaum darwis. Si darwis di neraka karena ia berkompromi dengan raja."

ORANG YANG TIDAK PEDULI

Siapa pun yang memberi saran kepada orang yang tidak peduli, maka dirinya sendiri butuh saran.

YOGHURT SI MISKIN

Jika si miskin memberimu hadiah yoghurt, ia pasti akan membelinya dengan harga tertentu yang terdiri dari dua bagian air dan satu bagian yoghurt asli.

MANGSA HARIMAU

Apa yang dapat ditangkap harimau dalam kegelapan malam di sarangnya?

SI BODOH DAN KELEDAI

Suatu ketika si bodoh marah pada keledai. Tetapi tidak diperhatikan. Orang bijak yang memperhatikannya berkata, "Bodoh! Keledai itu tidak akan pernah belajar bahasamu, lebih baik bahwa engkau memperhatikan ketenangan dan menguasai lidah si keledai."

JALAN

Aku khawatir kalau engkau tidak sampai di Mekkah, wahai Nomad!
Karena jalan yang engkau tempuh menuju ke Turkistan!

6 HAKIM JAMI'

Jami' (1414-92) seorang yang jenius, ia membuat para pendeta dan pujangga di zamannya benar-benar merasa tidak nyaman. Terutama sejak konvensi, dimana tidak seorang pun kelihatan hebat kecuali ia merendahkan diri. Dalam karyanya Alexandrian Book of Wisdom, Jami' menunjukkan bahwa mata rantai penyebaran esoteris Sufi Asia Khajagan (para 'Guru'), sama dengan yang digunakan oleh penulis-penulis mistik Barat. Dalam penyebaran Sufi, ia menempatkan beberapa nama sebagai guru, seperti Plato, Hippocrates, Pythagoras dan Hermes Trismegistos.
Jami' merupakan murid Sadedin Kasygari, pimpinan aliran Naqsyabandiyah, yang berhasil memimpin di wilayah Herat, Afghanistan. Kesetiaannya yang tertinggi kepada Khaja Obaidullah Ahrar, Pemimpin Aliran (madzhab).
Salah satu ucapan Jami' yang ringkas, menggambarkan persoalan seluruh guru Sufi yang menolak untuk menerima murid atas dasar penilaian mereka sendiri.
"Para pencari banyak sekali: tetapi hampir seluruhnya adalah pencari pengembangan pribadi. Dapat kutemukan hanya beberapa Pencari tentang Kebenaran."
Ataukah itu hanya merupakan keprihatinannya. Beberapa pecandu agama di Baghdad, mencoba mendiskreditkannya, telah salah mengutip sebagian dari karyanya Chain of Gold, dan menciptakan suatu keributan yang dengan menggelikan terus diperdebatkan publik. Setelah Jami' almarhum, hal-hal seperti itu dapat terjadi di semua komunitas yang disebut manusia.
Tulisan dan ajaran Jami', pada akhirnya membuat dirinya begitu terkenal, sehingga kaum monarki kontemporer, dari Sultan Turki ke bawah, secara konstan mengganggunya dengan menawarkan sejumlah besar emas dan hadiah lain, dan memohon menghiasi istana mereka. Seruannya yang diucapkan publik juga menjengkelkan dirinya, pada ketakjuban khalayak, yang tidak dapat memahami bahwa ia menginginkan mereka untuk tidak menerimanya sebagai pahlawan, melainkan melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri.
Ia tidak pernah berhenti menunjukkan, bahwa banyak orang yang berusaha mengalahkan rasa harga diri, melakukan demikian, karena dengan cara tersebut mereka dapat mengangkat diri mereka sendiri dengan kemenangan.

TUMBUH SUBUR

Jika gunting tidak digunakan setiap hari untuk menggunting jenggot, maka tidak akan melebihi panjang janggut itu sendiri karena pertumbuhannya yang subur, seolah-olah menjadi kepala.

KESATUAN

Cinta menjadi sempurna jika melebihi cinta itu sendiri Menjadi Satu dengan maksudnya; Menghasilkan Kesatuan Dzat.

SHALAT DAN HIDUNG

Aku melihat orang tengah sujud dalam shalatnya, dan berseru:
"Engkau menempatkan beban hidungmu di lantai dengan alasan bahwa hal itu syarat orang shalat."

GURU

Penguasa adalah pelindung dan pengikutnya adalah rakyat.
Ia harus menolong dan menyelamatkan mereka, tidak mengeksploitasi dan merusak mereka.
Apakah pelindung untuk rakyat, atau rakyat untuk pelindung?

CINTA

Cinta manusia kebanyakan mampu meningkatkan manusia pada pengalaman cinta sejati.

AWAN KERING

Awan kering, tidak berair, tidak dapat memberi hujan yang berkualitas.

PENYAIR DAN TABIB

Seorang penyair mengunjungi tabib. Ia berkata, "Aku mengalami berbagai gejala mengerikan. Aku tidak bahagia dan tidak nyaman, rambut, tangan dan kakiku seolah disiksa."
Tabib menjawab, "Apakah benar bahwa engkau belum mengeluarkan komposisi puisimu yang terbaru?"
"Benar," jawab penyair.
"Bagus sekali," jawab si tabib, "Bawakanlah dengan bagus!"
Ia melakukannya, dan atas perintah tabib, ia bersyair baris demi baris berulang-ulang.
Kemudian tabib mengatakan, "Berdirilah, karena engkau sekarang sudah sembuh. Apa yang engkau rasakan dalam tubuhmu adalah pengaruh dari fisikmu. Sekarang sudah bebas, engkau sehat lagi."

PENGEMIS

Seorang pengemis menuju sebuah pintu, menanyakan sesuatu yang dapat diberikan kepadanya. Si pemilik (pintu) menjawab:
"Maaf, tidak ada seorang pun di dalam."
"Aku tidak menginginkan siapa pun," jawab pengemis, "Aku ingin makanan."

KEMUNAFIKAN

Tercatat dalam Tradisi dari Guru bahwa suatu ketika Jami' berkata, ketika ditanya tentang kemunafikan dan kejujuran:
"Apa hebatnya kejujuran dan apa anehnya kemunafikan!"
"Aku berkelana ke Mekkah dan ke Baghdad, dan aku membuat percobaan tentang perilaku manusia. Ketika aku meminta mereka untuk jujur, mereka selalu memperlakukanku dengan hormat, karena mereka berpikir bahwa orang baik selalu berkata demikian, dan mereka telah belajar bahwa mereka harus bermimik sedih pada saat orang berbicara kejujuran. Ketika aku meminta mereka menghindari kemunafikan, mereka semua setuju.
Tetapi mereka tidak tahu ketika aku berkata 'kebenaran', aku tahu kalau mereka tidak tahu apa kebenaran itu, dan kemudian mereka atau aku menjadi munafik.
Mereka pun tidak tahu bahwa ketika aku mengatakan agar tidak munafik, mereka menjadi munafik karena tidak menanyakan caranya. Mereka tidak tahu pula kalau aku menjadi munafik, ketika mengatakan 'jangan munafik', sebab kata-kata tidak menyampaikan pesan dengan sendirinya.
Mereka menghargaiku, ketika aku berlagak munafik. Mereka sudah diajari untuk bertingkah demikian. Mereka menghormati diri sendiri sementara mereka berpikir secara munafik; karena merupakan kemunafikan berpikir, bahwa seseorang secara sederhana bertambah baik dengan berpikir bahwa menjadi munafik itu jelek.
Intinya, Jalan yang membawa ke (derajat) atas adalah: mempraktekkan dan memahami untuk tidak dapat (menjadi) munafik, di mana terdapat kejujuran dan tidak ada sesuatu yang menjadi tujuan manusia."

HARGA DIRI

Jangan membual kalau engkau tidak memiliki harga diri, karena hal itu lebih terlihat daripada kaki semut di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Dan jangan berpikir bahwa mengeluarkannya hal mudah, karena lebih mudah menarik gunung dari muka bumi dengan sebuah jarum.

AKAL

Berhentilah membual tentang akal dan belajar; karena di sini akal menghambat, dan belajar adalah kebodohan.

APA YANG AKAN KITA LAKUKAN?

Mawar telah hilang dari taman; apa yang akan kita lakukan dengan duri-durinya?
Syah tidak ada di kota; apa yang kita lakukan dengan istananya?
Pasar malam adalah sangkar, kecantikan dan keindahan adalah burung; Jika burung telah terbang, apa yang akan kita lakukan dengan sangkar?

NEGARA

Keadilan dan kejujuran, bukan agama atau ateisme,
Dibutuhkan untuk perlindungan terhadap Negara.

GELOMBANG BESAR

Di hadapan Nusyirwan yang adil, para guru bijak mendiskusikan tentang gelombang berat dalam penderitaan.
Salah seorang mengatakan bahwa hal itu adalah
penyakit dan nestapa;
Lainnya, bahwa hal itu usia lanjut dan kemiskinan;
Ketiga, bahwa hal itu mendekati kematian dengan
sedikit karya (amal).
Dan akhirnya, yang satu ini diterima.

7 HAKIM SANAI

Guru Sanai hidup di abad kesebelas dan keduabelas, dan dikenal sebagai guru dari Afghanistan paling awal yang menggunakan tema cinta dalam Sufisme. Ar-Rumi mengakuinya sebagai salah satu inspirasinya.
Kaum fanatik berusaha menggolongkannya sebagai orang yang keluar dari Islam, tetapi mereka tidak berhasil. Secara khas, kata-katanya tetap digunakan dengan teratur oleh keturunan spiritual (pendeta) untuk mendukung pretensi mereka. Melalui proses yang familiar, ketika terminologi dan organisasi Sufi diadopsi oleh penganut agama secara luas, bahwa perbedaan antara kaum Sufi dan penganut yang dangkal ini telah dikaburkan. Kaum fanatik berusaha lebih dari sekali untuk menyatakan bahwa Sanai bukanlah Sufi. Alasannya, bahwa pemikirannya tidak dapat dengan mudah disatukan dengan keagamaan tertentu.
The Walled Garden of Truth, salah satu karya Sanai yang penting, disusun dengan cara tertentu untuk memberi beberapa bacaan pada banyak bagian. Ini mempengaruhi perubahan persepsi yang dianalogikan perubahan fokus, pada obyek yang satu dan sama. Jika satu seri metode interpretasi digunakan dengan buku ini, suatu kerangka kerja paling menarik dari materi instruksional (pengajaran), atau mendekati sebuah sistem, akan terungkapkan.
Sanai juga dikenal karena karyanya Parliament of the Birds, yang pada permukaannya merupakan kiasan dari pencarian manusia terhadap pencerahan yang lebih tinggi. Karyanya Dervish Songs yang lirikal mewakili presentasi pengalaman Sufi.

ORANG YANG TIDUR

Saat ummat manusia tetap merupakan benda semata di dunia
Maka akan dibawa serta, seperti dalam kapal, tertidur.
Apa yang dapat mereka lihat dalam tidur?
Manfaat atau hukuman apa yang ada?

KITAB YANG TERTUTUP

Perkembangan manusia adalah bila seseorang diberi kitab yang tertutup, ditulis sebelum ia lahir. Ia membawanya di dalam dirinya sampai 'meninggal'. Saat manusia menjadi subyek dalam pergerakan waktu, ia tidak tahu apa isi kitab yang tertutup itu.

TINGKAT KEBENARAN

Apa yang tampak sebagai kebenaran adalah pemutarbalikan kata dari kebenaran obyektif

MAKNA DAN TUJUAN

"Ha" dan "Ho" adalah kata-kata yang tidak perlu dijelaskan lebih jauh kalau sudah diketahui maksudnya.

BAYI

Manusia tidak memperhatikan kalau dirinya seperti bayi di tangan perawat. Kadang ia bahagia, kadang sedih, atas apa yang terjadi padanya. Kadang perawat mencela anak-anak, kadang menenangkannya. Ada saatnya ia memukulnya, ada saatnya pula berbagi penderitaannya. Pribadi yang dangkal, orang asing yang lewat, mungkin berpikir bahwa perawat tersebut tidak menghiraukan anak-anak. Bagaimana ia tahu kalau hal demikian memang seharusnya dilakukan perawat?

BAGAIMANA DAN MENGAPA?

Esensi kebenaran adalah melebihi terminologi "Bagaimana?" dan "Mengapa?"

IKUTI JALAN

Jangan membicarakan kepiluanmu -- karena Dia yang berbicara.
Jangan mencari-Nya -- karena Dia yang mencari.
Dia bahkan merasakan sentuhan kaki semut;
Bila batu di bawah air bergerak --
Dia mengetahuinya.
Jika ada cacing di bebatuan
Dia tahu tubuhnya, lebih kecil dari atom.
Suara doanya, dan maksudnya yang tersembunyi,
Dia tahu melalui pengetahuan Ilahiah-Nya.
Dia memberi cacing makanannya;
Dia telah menunjukkan kepadamu jalan Ajaran.


8 JALALUDDIN AR-RUMI

Karya utama Jalaluddin Rumi, yang secara umum dianggap sebagai salah satu buku luar biasa di dunia, adalah Matsnawi-i-Ma'anawi (Couplets of Inner Meaning). Percakapan informalnya (Fihi ma Fihi), surat-surat (Maktubat), Diwan dan hagiografi Manaqib al-Arifin, semuanya mengandung bagian-bagian penting dari ajaran-ajarannya.
Pilihan-pilihan berikut ini, diambil dari semua sumber tersebut, bertema meditasi yang dapat diambil sebagai aforisme dan deklarasi dogma, atau sepotong nasihat guru. Penggunaan kata-kata Sufistik mereka, berlangsung terus. Ar-Rumi, seperti penulis Sufi lain, menanamkan ajarannya dalam sebuah kerangka yang secara efektif menjabarkan makna batiniah sebagaimana sebuah pertunjukan atau pameran. Teknik ini bermanfaat melindungi mereka yang tidak mampu menggunakan materi pada level eksperimen yang lebih tinggi; membiarkan mereka yang menginginkan puisi, untuk memilih puisi; memberi hiburan kepada orang-orang yang menginginkan cerita; mendorong kaum intelektual yang menghargai pengalaman-pengalaman tersebut.
Salah satu pernyataan kalimat-kalimatnya yang terkenal adalah judul dari pembicaraan-ringannya: "Yang ada di dalam ada di dalam" ("Engkau mengeluarkan apa yang ada di dalam untuk dirimu").
Ar-Rumi memiliki kegelisahan Sufistik yang luar biasa dalam kesusastraan dan puisi, melebihi pujangga di zamannya, dan terus menerus menegaskan bahwa pencapaian tersebut adalah sebagian kecil dibandingkan dengan kesufian.

SEBERAPA JAUH ENGKAU DATANG!

Sesungguhnya, engkau adalah tanah liat. Dari bentukan mineral, kau menjadi sayur-sayuran. Dari sayuran, kau menjadi binatang, dan dari binatang ke manusia. Selama periode ini, manusia tidak tahu ke mana ia telah pergi, tetapi ia telah ditentukan menempuh perjalanan panjang. Dan engkau harus pergi melintasi ratusan dunia yang berbeda.

JALAN

Jalan sudah ditandai.
Jika menyimpang darinya, kau akan binasa.
Jika mencoba mengganggu tanda-tanda jalan tersebut,
kau melakukan perbuatan setan.

EMPAT LAKI-LAKI DAN PENERJEMAH

Empat orang diberi sekeping uang.
Pertama adalah orang Persia, ia berkata, "Aku akan membeli anggur."
Kedua adalah orang Arab, ia berkata, "Tidak, karena aku ingin inab."
Ketiga adalah orang Turki, ia berkata, "Aku tidak ingin inab, aku ingin uzum."
Keempat adalah orang Yunani, ia berkata, "Aku ingin stafil."
Karena mereka tidak tahu arti nama-nama tersebut, mereka mulai bertengkar. Mereka memang sudah mendapat informasi, tetapi tanpa pengetahuan.
Orang bijak yang memperhatikan mereka berkata, "Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat; dan keempatnya akan menjadi satu."
Mereka pun tahu bahwa sebenarnya keempatnya dalam bahasa masing-masing, menginginkan benda yang sama, buah anggur.

AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU

Apa yang dapat aku lakukan, wahai ummat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;
Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;
Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.
Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku ...

BURUNG HANTU DAN ELANG RAJA

Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung hantu menakutkannya, si elang berkata, "Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi tempatku ada di pergelangan tangan raja." Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, "Jangan percaya kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita."

DIMENSI LAIN

Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus --
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.

MANFAAT PENGALAMAN

Kebenaran yang agung ada pada kita
Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
Menjadi nyata.

KESADARAN

Manusia mungkin berada dalam keadaan gembira, dan manusia lainnya berusaha untuk menyadarkan. Itu memang usaha yang baik. Namun keadaan ini mungkin buruk baginya, dan kesadaran mungkin baik baginya. Membangunkan orang yang tidur, baik atau buruk tergantung siapa yang melakukannya. Jika si pembangun adalah orang yang memiliki pencapaian tinggi, maka akan meningkatkan keadaan orang lain. Jika tidak, maka akan memburukkan kesadaran orang lain.

DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN

Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.
Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,
dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Dengan tegas,
aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).
Di sana cuma ada tempat tinggal
(legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka'bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana.
Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna ...
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain.

MEREKA YANG TAHU, TIDAK DAPAT BICARA

Kapan pun Rahasia Pemahaman diajarkan kepada semua orang
Bibir-Nya dijahit melawan pembicaraan tentang Kesadaran.

JOHA DAN KEMATIAN

Seorang anak laki-laki menangis dan berteriak di belakang jenazah ayahnya, ia berkata, "Ayah! Mereka membawamu ke tempat di mana tidak ada pelindung lantai. Di sana tidak ada cahaya, tidak ada makanan; tidak ada pintu maupun bantuan tetangga..."
Joha, diperingatkan karena penjelasan tampaknya mencukupi, berteriak kepada ayahnya sendiri:
"Orangtua yang dihormati oleh Allah, mereka diambil ke rumah kami!"

KECERDASAN DAN PEMAHAMAN SEJATI

Kecerdasan adalah bayangan dari Kebenaran obyektif
Bagaimana bayangan dapat bersaing dengan cahaya matahari?

REALITAS SEJATI

Di sini, tidak ada bukti akademis di dunia;
Karena tersembunyi, dan tersembunyi, dan tersembunyi.

JIWA MANUSIA

Pergilah lebih tinggi -- Lihatlah Jiwa Manusia!

PELEPASAN MENIMBULKAN PEMAHAMAN

Wahai Hati! Sampai dalam penjara muslihat,
kau dapat melihat perbedaan antara Ini dan Itu,
Karena pelepasan seketika dari Sumber Tirani;
bertahan di luar

KAU DAN AKU

Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku;
Dalam dua bentuk dan dua wajah -- dengan satu jiwa,
Kau dan Aku.
Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian
Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku.
Bintang-bintang Surga keluar memandang kita --
Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku.
Kau dan Aku, dengan tiada 'Kau' atau 'Aku',
akan menjadi satu melalui rasa kita;
Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku.
Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita --
Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku.
Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini ...
Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan --
Kau dan Aku.

DUA ALANG-ALANG

Dua alang-alang minum dari satu sungai.
Satunya palsu, lainnya tebu.

AKAN JADI APA DIRIKU?

Aku terus dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran Aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian?
Kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti malaikat:
Kemudian melambung lebih tinggi dari malaikat --
Apa yang tidak dapat kau bayangkan.
Aku akan menjadi itu.

RASUL

Rasul adalah mabuk tanpa anggur:
Rasul adalah kenyang tanpa makanan.
Rasul adalah terpesona, takjub:
Rasul adalah tidak makan maupun tidur
Rasul adalah raja di balik jubah kasar:
Rasul adalah harta benda dalam reruntuhan.
Rasul adalah bukan dari angin dan bumi:
Rasul adalah bukan dari api dan air.
Rasul adalah laut tanpa pantai:
Rasul adalah hujan mutiara tanpa menalang.
Rasul adalah memiliki ratusan bulan dan langit:
Rasul adalah memiliki ratusan cahaya matahari.
Rasul adalah bijaksana melalui Kebenaran:
Rasul adalah bukan sarjana karena buku.
Rasul adalah melebihi keyakinan dan kesangsian:
Karena Rasul apakah ada 'dosa' atau 'kebaikan'?
Rasul berangkat dari Ketiadaan:
Rasul telah tiba, benar-benar berangkat.
Rasul adalah, Tersembunyi, Wahai Syamsuddin!
Carilah, dan temukan - Rasul!

KEBENARAN

Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:
"Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
Tidak di bumi, langit atau singgasana.
Ini kepastian, wahai kekasih:
Aku tersembunyi di kaibu orang yang beriman.
Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini."

ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan akan Kebenaran lenyap dalam pengetahuan Sufi. Kapan manusia akan memahami ucapan ini?

DEBU DI ATAS CERMIN

Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa, karena kita berada di bawah debu.

TINDAKAN DAN KATA-KATA

Aku memberi orang-orang
apa yang mereka inginkan.
Aku membawakan sajak karena mereka
menyukainya sebagai hiburan.
Di negaraku, orang tidak menyukai puisi.
Sudah lama aku mencari orang yang
menginginkan tindakan, tetapi
mereka semua ingin kata-kata.
Aku siap menunjukkan tindakan pada kalian;
tetapi tidak seorang pun akan menyikapinya.
Maka aku hadirkan padamu -- kata-kata.
Ketidakpedulian yang bodoh
akhirnya membahayakan,
Bagaimanapun hatinya satu denganmu.

KERJA

Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang.
Bukan sekadar sesuatu yang
jika sedang berlangsung, kau
dapat melihatnya dari luar.
Seberapa lama kita, di Bumi-dunia,
seperti anak-anak
Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan?
Mari kita tinggalkan dunia
dan terbang ke surga,
Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan
dan menuju ke kelompok Manusia.

RUMAH

Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk, yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, "Ini sudah takdir Tuhan."
Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya.

BURUNG HANTU

Hanya burung bersuara merdu yang dikurung.
Burung hantu tidak dimasukkan sangkar

UPAYA

Ikat dua burung bersama.
Mereka tidak akan dapat terbang,
kendati mereka tahu memiliki empat sayap.

PENCARIAN

Carilah mutiara, saudaraku, di dalam tempurung;
Dan carilah keahlian diantara manusia di dunia.

TUGAS INI

Kau mempunyai tugas untuk dijalankan. Lakukan yang lainnya, lakukan sejumlah kegiatan, isilah waktumu secara penuh, dan jika kau tidak menjalankan tugas ini, seluruh waktumu akan sia-sia.

KOMUNITAS CINTA

Komunitas Cinta tersembunyi diantara orang banyak;
Seperti orang baik dikelilingi orang jahat.

SEBUAH BUKU

Tujuan sebuah buku mungkin sebagai petunjuk. Namun kau dapat juga menggunakannya sebagai bantal; Kendati sasarannya adalah memberi pengetahuan, petunjuk, keuntungan.

TULISAN DI BATU NISAN JALALUDDIN AR-RUMI

Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.











BAGIAN KETIGA: EMPAT TAREKAT UTAMA

LATAR BELAKANG

Semua guru darwis menggunakan formulasi yang dirancang untuk ajaran-ajaran mereka. Pengisolasian, seperti pada kasus pengujian sesuatu dengan informasi yang tidak mencukupi, prosedur-prosedur ini, materi dan gagasan-gagasan tampaknya digabungkan dengan keyakinan lain, dan dengan kegiatan-kegiatan masa lampau, atau muncul di wilayah yang tidak mernbicarakan metafisik secara terus terang.
Tetapi, karena pengetahuan dasar kaum darwis sering tidak diketahui pengamat-pengamat ini, maka alasan kaum Sufi memilih beberapa metode, apalagi efektikitas metode itu sendiri, tetap tidak diketahui.
Dengan mudah kita bisa membedakan berikut ini, sebagai metode sangat terkemuka yang digunakan kaum darwis dalam membantu memunculkan pemikiran lebih tinggi kepada masyarakat mereka.
  1. Auditory (yang berhubungan dengan pendengaran), visual dan pengaruh-pengaruh indera (rasa) lain.
  2. Materi-materi yang diverbalkan, termasuk legenda dan cerita, dimaksudkan untuk membentuk dalam pemikiran bukan kepercayaan, melainkan suatu pola, sebuah blueprint yang membantunya beroperasi dengan cara 'lain'.
  3. Bekerja, memuja, latihan, dalam persesuaian, dengan tujuan melahirkan, membebaskan dan mengalirkan suatu dinamika tertentu (bukan yang bersifat emosional dan indoktrinasi), yang selanjutnya adalah 'bekerja'.
  4. Penggunaan tempat, obyek, simbol dan sebagainya, yang dilakukan untuk menyuplai kognisi (kesadaran atau pengertian) manusia awam, bukan untuk melatih mereka.
  5. Pengorganisasian kelompok lokal dan kelompok lainnya, menyusun orang-orang yang dipilih karena kemungkinan inheren harmonisasi mereka dalam komunitas esoteris; untuk mendorong perkembangan atas sesuatu yang ada dalam komunitas; bukan komunitas yang tertarik pada gagasan tersebut.
  6. Seleksi, dari formulasi tradisional atau lainnya, terhadap kegiatan dan prosedur melalui patokan semata. Akankah pekerjaan ini berhasil, memberi tipe pribadi tertentu di kultur tertentu?
  7. Penciptaan komunitas kerja melalui seleksi lokal, diakui, kelompok-kelompok kejuruan dan lainnya, yang juga dapat digunakan dalam 'kerja' kaum darwis. Pengenalan sistem pengelompokan mungkin saja kurang memadai di dalam kultur lokal, karena tidak mempunyai, ketertarikan psikologis atau validitas ekonomis.
  8. Hasil dari prosedur, teknik dan materi yang bisa digunakan untuk berhubungan dengan aspek batiniah manusia, tanpa mengganggu kebiasaan aktikitas mereka didasarkan pada pengondisian lokal atau temporal. Oleh karena itu, kegiatan darwis merupakan kemampuan tinggi yang terlatih dan perjuangan yang kompleks. Karakteristik utama tarekat-tarekat darwis kenamaan -- menari, melompat, mendengar, bermain musik dan sebagainya -- semuanya adalah popularisasi secara bodoh yang ditiru dari 'teknologi' asli yang sudah mapan, yang keahlian merupakan pengetahuan instan para guru tentang proses penerapan pada suatu keadaan.
Sekali fakta-fakta ini dikenal, dua pernyataan utama kaum darwis muncul sebagai pendirian praktis dan masuk akal:
  1. Persatuan seluruh kaum darwis dan 'kerja' menjadi lebih mudah dilakukan. Kontradiksi yang mirip antara satu 'Jalan' dan lainnya dilepaskan. Misalnya, kegiatan Syeikh Naqsyabandi dalam menginisiasi murid pada berbagai kelompok menjadi dapat dipahami, bahkan pada tingkatan intelektual. Pernyataan kebangkrutan para peniru memusatkan pada beberapa teknik, lebih jelas dipahami.
  2. Hubungan antara filsafat praktis masa lalu dan masa kini, tampak didasarkan pada kesatuan pengetahuan tingkat-tinggi, bukan pada penampilan. Ini menjelaskan, mengapa Rumi yang Muslim memiliki murid Kristen, Zoroaster dan lainnya; mengapa Khidr 'guru gaib' Sufi yang agung, dikatakan sebagai orang Yahudi; mengapa Pangeran Mogul Dara Shikoh mengidentifikasi ajaran-ajaran Sufi dalam Hindu Vedas, namun dirinya sendiri anggota Tarekat Qadiriyah; bagaimana Pythagoras dan Sulaiman dapat dikatakan sebagai guru Sufi. Juga menjelaskan mengapa kaum Sufi akan menerima pakar-pakar kimia pernah menjadi Sufi, sebagaimana memahami faktor-faktor pokok yang mendasari filsafat evolusioner Rumi, atau 'Agama Kristen' al-Hallaj; mengapa, Yesus dikatakan berdiri di tempat terdepan kaum Sufi.
Pentingnya informasi ini, bagaimanapun tidak berakhir di sini. Esensial bagi siapa pun yang menjadi calon murid Sufisme, untuk mengingat bahwa semua formulasi, latihan, tarekat, teknik, yang ia pelajari di luar tarekat Sufi, mewakili jubah luar masa sekarang atau menggantikan kerja edukatif yang intensif, yang mungkin saja tampak dalam satu atau banyak bentuk. Oleh karena itu, ia tidak dapat memutuskan secara legitimatif bahwa prinsip atau kegiatan Sufi untuk menarik baginya (serta berguna) dan lainnya tidak. Berhubungan dengan materi historis, khususnya, hanya para peniru (sealim apa pun) yang berpikir bahwa suatu kegiatan direkomendasikan hanya karena guru anu menggunakannya.
Karena doktrin 'waktu, tempat dan masyarakat', latihan-latihan Sufi bernilai:
  1. Bagi mereka yang tertarik pada tekniknya. Mereka adalah orang-orang yang mencari stimulus psikologis semata. Mereka bukan orang mistik (kebatinan) maupun penganut ajaran filsafat wujud, kendati sering merasa dari golongan tersebut.
  2. Untuk tujuan informasi, membiasakan khalayak yang memungkinkan dengan macam dan tipe latihan yang digunakan kaum darwis.
  3. Dalam mengembangkan kapasitas individu dan kelompok, hanya saat dijelaskan dengan benar oleh tarekat Sufi dalam sebuah kultur yang dimiliki mayoritas pengikutnya. Dalam upaya memanfaatkan materi tercatat, sangat perlu bagi pembaca untuk menguji pokok-pokok teori dan kegiatan Sufi dengan permahaman jernih terhadap pokok-pokok yang disebut terdahulu.
Tarekat-tarekat darwis yang masih hidup, semula dirancang untuk tujuan mengatur dan mengadakan calon terpilih, teknik-teknik khusus yang disempurnakan oleh Pendiri masing-masing tarekat.
Tarekat-tarekat tersebut yang umumnya dikenal di Timur, termasuk Empat Tarekat Utama di mana materinya dipelajari di sini, telah menstabilkan ritual dan keanggotaan mereka saat ini, secara eksklusif berdasar pada kultur Timur dan agama Islam. Ajaran dalam tarekat-tarekat ini, sekarang terbatas khusus untuk kaum Muslim

1. TAREKAT CHISYTIYAH

Khwaja ('Guru') Abu Ishaq Chisyti, 'orang Syria', lahir di awal abad kesepuluh. Ia keturunan Nabi Muhammad saw dan dinyatakan sebagai 'keturunan spritual' ajaran-ajaran batiniah Keluarga (Bani) Hasyim. Pengikut-pengikutnya berkembang dan berasal dari Garis para Guru, yang kemudian dikenal menjadi Naqsyabandiyah ('Orang-orang Bertujuan').
Komunitas Chisytiyah ini, berawal di Chisyt, Khurasan, khususnya menggunakan musik dalam latihan-latihan mereka. Kaum darwis pengelana dari tarekat ini, dikenal sebagai Chist atau Chisht. Mereka akan memasuki sebuah kota dan meramaikan suasana dengan seruling dan genderang, untuk mengumpulkan orang-orang sebelum menceritakan dongeng atau legenda, sebuah permulaan yang penting.
Jejak tokoh ini ditemukan pula di Eropa, di mana chistu Spanyol ditemukan dengan pakaian dan instrumen serupa --semacam pelawak atau komedi keliling. Bisa jadi demikian, dalam kamus etimologi Barat menghubungkan istilah Latin gerere, 'melakukan', sebagai asal kata 'pelawak' yang kenyataannya adalah sosok jenaka, dan asal mula itu berkaitan dengan Chisti Afghanistan.
Sebagaimana tarekat Sufi lainnya, metodologi khusus kaum Chisyti segera mengalami kristalisasi menjadi kecintaan sederhana terhadap musik; pembangkitan emosional yang dihasilkan musik dikacaukan dengan 'pengalaman spiritual'.
Pengaruh kaum Chisyti paling lama di India. Selama sembilanratus tahun terakhir, musisi mereka dihargai di seluruh benua.
Berikut materi-materi yang mewakili instruksi dan tradisi Chisytiyah.

SEBAB DAN AKIBAT

Abu Ishaq Syami Chisyti mengatakan:
"Guruku, Khaja Hubairah, suatu hari mengajakku berjalan-jalan keliling kota.
Seorang laki-laki menunggang keledai tidak mau memberi jalan untuk kami di sebuah jalan sempit, dan ketika kami minggir pelan-pelan ia menyumpahi kami.
'Semoga dihukum karena perbuatan itu!' orang-orang berteriak dari pintu mereka.
Khaja berkata kepadaku:
'Betapa dangkalnya pikiran orang-orang ini! Tidakkah mereka sedikit menyadari apa yang sebenarnya terjadi? Mereka hanya melihat satu jenis sebab dan akibat, sementara kadang akibat, seperti yang mereka katakan, muncul sebelum sebab.'
Aku bingung dan bertanya apa maksudnya.
'Mengapa?' katanya, 'Orang itu sudah dihukum untuk perbuatan yang baru saja dilakukan tadi. Kamis lalu ia melamar memasuki lingkungan Syeikh Adami, dan ditolak. Hanya kalau ia menyadari alasannya, ia akan diterima dalam lingkungan tersebut. Sampai saat ini, ia terus berperilaku demikian'."

KEBUN

Pada suatu waktu, ketika ilmu dan seni berkebun belum dimantapkan diantara manusia, terdapat seorang ahli berkebun. Dalam mengetahui kualitas tanaman, makanan mereka, kandungan khasiat obat dan nilai keindahan, ia diakui memiliki pengetahuan Obat-obatan (jamu dari tumbuh-tumbuhan) dan Umur Panjang, dan ia hidup selama ratusan tahun.
Dari generasi ke generai, ia mengunjungi kebun dan tempat-tempat yang ditanami di seluruh dunia. Di suatu tempat ia menanami suatu kebun yang indah, dan mengajar orang-orang tentang pemeliharaan dan cara berkebun. Tetapi, karena terbiasa melihat 'tanaman tumbuh dan berbunga tiap tahun, mereka segera lupa bahwa ada tanaman yang harus dikumpulkan benihnya, harus diperbanyak dengan dipotong, ada yang butuh banyak air dan sebagainya. Akibatnya, kebun menjadi liar, dan orang-orang mulai menghargainya sebagai kebun terbaik yang pernah ada.
Setelah memberi orang-orang banyak hal untuk dipelajari, ahli kebun ini melepas mereka dan menarik pekerja lainnya. Ia memperingatkan mereka, jika tidak menjaga kebun itu, dan mempelajari cara-caranya, mereka akan menderita karenanya. Mereka, pada gilirannya, lupa -- dan sejak mereka malas, hanya merawat buah dan bunga yang mudah tumbuh, lainnya dibiarkan mati. Beberapa orang yang belajar pertama mendatangi mereka dari waktu ke waktu, mengatakan, "Engkau harus melakukan ini dan itu," tetapi mereka mengusirnya dan berteriak, "Engkau salah satu yang terpisah dari kebenaran dalam persoalan ini!"
Tetapi ahli kebun bertahan. Ia membuat kebun lainnya, di mana pun ia bisa, dan tidak ada satu pun yang sempurna kecuali yang ia pelihara dengan pembantu utamanya. Maka diketahuilah bahwa terdapat banyak kebun dan cara berkebun, orang-orang dari satu kebun mengunjungi kebun lainnya, untuk mendukung, mengkritik atau berdebat. Kitab pun ditulis, diadakan perkumpulan ahli kebun, mereka juga menyusun diri mereka sendiri dalam tingkatan, sesuai dengan apa yang mereka pikir menjadi tatanan yang diutamakan.
Sejalan dengan manusia, kesulitan para ahli kebun tetap ada karena mereka terlalu mudah tertarik oleh hal-hal superfisial. Mereka mengatakan, "Aku suka bunga ini," dan mereka ingin orang lain juga menyukainya. Mungkin saja, sebagai pengganti daya tarik dan kelimpahan, rumput-rumputan yang menghambat tanaman lain, dapat menyediakan obat-obatan atau makanan yang dibutuhkan orang dan ahli kebun untuk makanan dan kelangsungan hidup.
Diantara ahli kebun ini terdapat mereka yang lebih suka menanam satu jenis tanaman. Mungkin dijelaskan sebagai 'keindahan'. Ada juga yang lebih cenderung hanya menanam, menolak pemeliharaan jalan atau pintu gerbang, bahkan pagar.
Ketika si ahli kebun meninggal, ia mewariskan semua pengetahuannya tentang berkebun, menyumbangkannya kepada mereka yang memahaminya menurut kapasitas masing-masing. Maka, ilmu sebagaimana seni berkebun dikenang sebagai warisan yang tersebar di banyak kebun dan juga dalam beberapa catatan.
Orang-orang yang dibesarkan di satu kebun atau lainnya, umumnya sudah diajari dengan kuat segala kebaikan atau kejelekan, tentang bagaimana penduduk melihat sesuatu yang mungkin mereka tidak mampu -- kendati berusaha -- menyadari bahwa mereka harus kembali pada konsep 'kebun'. Akan tetapi, pada umumnya mereka hanya menerima, menolak, menghentikan keputusan atau mencari apa yang mereka bayangkan sebagai faktor-faktor umum.
Dari waktu ke waktu, ahli kebun sejati bermunculan. Ahli seperti itu, kebanyakan pada semi-kebun, ketika mendengar yang asli, orang-orang berkata, "Oh ya, engkau berbicara tentang kebun seperti sudah kami miliki, atau kami bayangkan."Apa yang mereka miliki dan bayangkan, keduanya tidak sempurna.
Ahli sejati, yang tidak dapat berunding dengan pekebun imitasi, berkumpul dengan sebagian besar mereka, meletakkan di kebun ini atau itu, sesuatu dari seluruh simpanan yang memungkinkannya mempertahankan vitalitasnya di beberapa tingkat.
Mereka sering terpaksa menyamar, karena orang-orang yang ingin belajar sebenarnya tahu tentang fakta berkebun sebagai seni atau ilmu, mendasari apa pun yang sudah mereka dengar sebelumnya. Maka mereka bertanya, "Bagaimana aku bisa mendapatkan bunga yang lebih indah dari umbi ini?"
Ahli kebun sejati bisa saja bekerja dengan mereka, karena kebun yang sesungguhnya dapat diwujudkan, untuk keuntungan seluruh ummat manusia. Mereka tidak terlalu lama, tetapi hanya melalui mereka pengetahuan dapat diajarkan, dan orang-orang dapat melihat apa kebun itu sebenarnya.

KELOMPOK SUFI

Sekelompok Sufi ditugaskan oleh guru mereka ke sebuah wilayah, dan menempati sebuah rumah.
Untuk menghindari perhatian yang tidak diinginkan, hanya satu orang yang bertugas -- Pemimpin -- mengajar publik. Sisanya, mengemban tugas sebagai pelayan di rumahnya.
Ketika guru ini meninggal, komunitas tersebut menyusun kembali tugas-tugas mereka, menyatakan diri mereka sebagai mistik lanjutan.
Tetapi penduduk wilayah tersebut tidak hanya mencela mereka sebagai peniru, tetapi mengatakan, "Memalukan! Lihat Bagaimana mereka merampas dan membagi warisan Guru Agung. Mengapa, pelayan-pelayan menyedihkan ini sekarang bahkan berperilaku seolah mereka kaum Sufi!"
Orang-orang awam, dengan pengalaman pemikiran yang kurang, tanpa sarana apa pun menghakimi situasi tersebut. Oleh karena itu, mereka cenderung menerima para peniru belaka, yang mengekor kepada guru dan menolak mereka yang benar-benar membawa karya mereka.
Ketika seorang guru meninggalkan komunitas, karena meninggal atau sebab lain, mungkin kegiatannya diharapkan untuk dilanjutkan -- atau mungkin pula tidak. Merupakan suatu ketamakan orang awam, kalau mereka selalu menganggap bahwa kelanjutan tersebut memang diinginkan. Merupakan kebodohan relatif mereka, kalau tidak dapat melihat sebuah kelanjutan, jika mengambil bentuk lain daripada bentuk sederhana.

KETIKA KEMATIAN BUKAN KEMATIAN

Seorang laki-laki diyakini telah meninggal, dan disiapkanlah penguburan, ketika itu ia bangun kembali.
Laki-laki itu kemudian duduk, tetapi tampak sangat terkejut melihat pemandangan sekitarnya, dan pingsan lagi. Kemudian ia dimasukkan dalam keranda, dan upacara pemakaman dimulai.
Ketika mereka tiba di kuburan, ia sadar lagi, mengangkat penutup keranda dan berteriak minta tolong.
"Tidak mungkin ia hidup lagi," ujar para pelayat. "Karena ia sudah dinyatakan meninggal oleh ahli yang berwenang."
"Tetapi aku hidup!" teriak laki-laki tersebut.
Ia pun lalu minta tolong kepada seorang ilmuwan dan ahli hukum ternama yang ikut hadir.
"Sebentar," ujar sang ilmuwan. Kemudian ia berbalik kepada para pelayat, dan menghitung mereka. "Sekarang, kita sudah mendengar sebuah pernyataan kematian. Kalian, limapuluh saksi mata, katakan kepadaku apa yang kalian anggap benar!"
"Ia sudah mati," ujar para saksi.
"Kubur dia! " jawab sang ahli. Maka laki-laki itu pun dikubur.

KAMAR PINJAMAN

Seorang laki-laki membutuhkan uang, dan satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah dengan menjual rumah. Tetapi bagaimanapun ia tidak ingin berpisah dengan semua miliknya.
Melalui kontrak perjanjian dengan pemilik baru, laki-laki tersebut setuju bahwa ia akan memiliki satu kamar yang lengkap dan tidak terkunci, di mana ia dapat menyimpan semua miliknya setiap saat.
Pertama, ia menyimpan benda kecil di kamarnya, dan memeriksanya tanpa mengganggu siapa pun. Ketika ia berubah pekerjaan dari waktu ke waktu, ia menyimpan barang-barang dagangannya di sana. Pemilik baru tersebut tetap tidak keberatan.
Akhirnya ia mulai menyimpan kucing-kucing mati di kamarnya, sampai seluruh isi rumah merasa tidak nyaman karena bau busuk yang menyegat.
Pemilik rumah membawa masalah ini ke pengadilan, tetapi hakim memutuskan bahwa gangguan tersebut tidak melanggar kontrak perjanjian. Akhirnya, mereka menjual rumah itu kembali ke pemilik semula, dengan kerugian yang besar.

TUJUH BERSAUDARA

Pada suatu masa, terdapat seorang laki-laki yang memiliki tujuh anak laki-laki. Sementara anak-anaknya tumbuh, ia mengajari mereka sebanyak yang ia bisa, tetapi sebelum melengkapi pendidikan mereka ia merasakan sesuatu, bahwa keamanan mereka jauh lebih penting. Ia menyadari malapetaka akan menyerang negara mereka. Karena anak-anaknya masih muda dan ugal-ugalan, ia tidak dapat menceritakan rahasia tersebut secara lengkap. Ia tahu kalau mengatakan, "Sebuah malapetaka tengah mengancam,' mereka akan menjawab, "Kami akan tinggal di sini dan menghadapinya."
Maka sang ayah mengatakan kepada masing-masing anaknya, bahwa ia harus menjalani sebuah tugas, dan ia akan segera pergi untuk tugas tersebut. Ia mengirim si sulung ke utara, anak kedua ke selatan, anak ketiga ke barat dan keempat ke timur. Ketiga lainnya, dikirim pergi tanpa tujuan.
Segera setelah mereka pergi, sang ayah, menggunakan pengetahuan khususnya, pergi menuju ke negeri jauh membawa beberapa pekerjaan yang sudah terganggu oleh kebutuhan mendidik anak anaknya.
Ketika mereka menyelesaikan tugas tersebut, keempat anak pertama kembali ke negara mereka. Sang ayah memberi batas waktu yang cukup lama, hingga mereka tidak lagi saling kenal dan berjauhan, sampai memungkinkan untuk pulang ke rumah.
Sesuai dengan petunjuk, anak-anak kembali ke tempat yang sudah mereka kenal semasa kecil. Tetapi sekarang mereka sudah tidak saling kenal. Satunya mengatakan kalau dirinya adalah anak sang ayah, tetapi lainnya tidak percaya. Waktu dan iklim; penderitaan dan kebahagiaan, menyelesaikan tugas mereka, dan penampilan mereka pun berubah.
Karena saling bertentangan dan memutuskan menilai lainnya melalui sikap, janggut, warna kulit, dan cara berbicara --semuanya berubah -- selama berbulan-bulan tidak satu pun membiarkan lainnya membuka surat dari sang ayah, yang berisi jawaban atas masalah mereka dan sisa pendidikan mereka.
Sang ayah sudah membayangkan hal ini, itulah kearifannya. Ia tahu, sampai anak-anaknya dapat memahami bahwa mereka sudah banyak berubah, mereka tidak dapat belajar lagi. Situasi selanjutnya, dua bersaudara sudah saling kenal, tetapi untuk sementara. Mereka membuka surat tersebut. Mencoba menilai kenyataan mereka sendiri bahwa apa yang mereka ambil sebagai pondasi sebenarnya adalah --dalam bentuk yang mereka gunakan bagian luar yang tidak berharga; apa yang sudah bertahun-tahun dihargai sebagai akar kepentingan mereka, dalam kenyataannya mungkin sia-sia dan mimpi yang tak berguna.
Dua bersaudara lainnya, melihat mereka, tidak puas kalau mereka sudah berkembang melalui pengalaman mereka, dan tidak ingin menandinginya.
Tiga bersaudara yang pergi ke tempat lain, belum kembali ke tempat yang ditentukan.
Bagi keempatnya, akan menjadi 'entah kapan', sebelum mereka benar-benar sadar satu-satunya alat kelangsungan hidup dalam pengasingan mereka --kedangkalan yang mereka anggap penting-- adalah rintangan bagi pemahaman mereka. Semuanya masih jauh dari pengetahuan.

PENDAPAT UNTA

Suatu ketika, seorang laki-laki bertanya pada seekor unta, mana yang lebih disukainya, pergi ke tempat tinggi atau rendah.
Unta menjawab, "Apa yang penting bagiku bukan tempat tinggi atau rendah -- tetapi bebannya!"

SUMPAH

Seorang laki-laki yang terganggu pikirannya bersumpah, bahwa kalau masalahnya terpecahkan ia akan menjual rumahnya dan memberikan semua keuntungannya kepada orang miskin.
Waktunya tiba, ketika sadar maka ia haruslah memenuhi sumpah tersebut. Akan tetapi dia sendiri tidak ingin mengeluarkan banyak uang. Oleh karena itu, dicarinya jalan keluar.
Ia pun meletakkan tulisan rumah dijual dengan harga sekeping uang perak. Termasuk seekor kucing. Harga untuk binatang ini sepuluh ribu keping uang perak.
Seseorang membeli keduanya, rumah dan kucing. Maka laki-laki yang telah bersumpah tersebut memberikan sekeping uang perak, hasil penjualan rumah, kepada orang miskin, sedangkan sepuluh ribu keping perak sisanya dikantonginya sendiri.
Banyak pikiran orang bekerja seperti ini. Mereka memutuskan mengikuti suatu ajaran; tetapi menafsirkan hubungan mereka dengannya untuk keuntungan diri sendiri.

'KAUM SUFI ADALAH PEMBOHONG'

Kedudukan kaum Sufi seperti orang asing di sebuah negeri, seperti tamu di sebuah rumah. Siapa pun dalam kemampuan masing-masing berpikir pada mentalitas lokal.
Sufi sejati adalah orang yang 'sudah berubah' (abdal), berubah menjadi bagian penting Sufisme. Orang awam tidak berubah; sebab itu membutuhkan kepura-puraan.
Seseorang yang pergi ke suatu negeri di mana telanjang adalah sesuatu yang dihormati, dan mengenakan pakaian dianggap tidak terhormat. Supaya tetap eksis di negeri tersebut, ia harus melepas pakaiannya. Jika ia mengatakan, "Mengenakan pakaian adalah yang terbaik, telanjang tidaklah terhormat," ia meletakkan dirinya pada sisi luar masyarakat negeri yang ia kunjungi.
Oleh karena itu, apakah ia akan tinggal atau -- jika ia bermanfaat di sana -- akan menerima atau menunda. Apabila pokok bahasan tentang kebaikan mengenakan pakaian atau lainnya diperdebatkan, ia mungkin harus berpura-pura. Karena ada pertentangan kebiasaan di sini.
Bahkan terdapat pertentangan yang lebih besar, antara berpikir kebiasaan dan berpikir bukan kebiasaan. Kaum Sufi, karena berpengalaman, dalam berhubungan dengan lainnya, begitu banyak, mengetahui tingkatan eksistensi yang tidak dapat dinilainya dengan argumen, walaupun seluruh argumen sudah pernah dicoba oleh seseorang pada suatu waktu, sesuatu yang sudah berlaku serta dianggap sebagai 'akal sehat'.
Kegiatannya, seperti seorang seniman, mengurangi ilustrasi tersebut.

TENTANG MUSIK

Mereka tahu kalau kita mendengar musik, dan kita merasakan sesuatu yang tersembunyi di dalamnya.
Maka mereka bermain musik dan memasukkan diri mereka sendiri pada 'keadaan'.
Tahu bahwa setiap pembelajaran harus memiliki semua persyaratannya, bukan sekadar musik, pemikiran, konsentrasi.
Ingat:
Kesia-siaan adalah perahan susu yang luar biasa
Dari seekor sapi yang menendang embernya.
(Hadrat Mu'inuddin Chisyti)

BAGAIMANA MANUSIA MENINGKATKAN DIRINYA?

Ada dua hal: baik dan sesuatu yang harus menjadi baik realitas dan realitas semu. Ada Tuhan dan manusia.
Jika manusia mencari Kebenaran, ia harus memenuhi syarat untuk menerima kebenaran. Ia tidak mengetahui ini. Akibatnya, meyakini keberadaan Kebenaran, ia beranggapan dirinya mampu menerimanya. Ini tidak berkaitan dengan pengalaman, tetapi melanjutkan keyakinan.
Setelah giliranku, misalnya, orang akan terus menggunakan bagian-bagian dari apa yang sudah biasa dianggap sebagai alat berhubungan dengan kebenaran, menggunakannya seperti mantera atau jimat, untuk membuka gerbang. Mereka akan bermain dan mendengar musik, merenungkan tokoh tertulis, berkumpul bersama, sederhana karena sudah melihat hal-hal ini berlangsung.
Tetapi seninya ada di dalam penyatuan unsur yang benar, yang membantu manusia menjadi layak atas hubungannya dengan Kebenaran sejati, bukan peniruan yang tak berarti.
Ingatlah selalu bahwa ilmu (ilm) untuk mempengaruhi jembatan antara sisi luar dan sisi dalam, jarang sekali dan diturunkan hanya kepada sedikit orang. Tidak dapat dihindari, akan banyak sekali orang lebih suka meyakinkan diri sendiri yang pada kenyataannya kurang berpengalaman, daripada menemukan pemberi intisarinya.
(Hadrat Mu'inuddin Chisyti)

MISTERI KAUM SUFI

Nyanyian Urdu ini dinyanyikan oleh pengikut pemimpin Chisyti di abad kesembilanbelas, Sayid Mir Abdullah Shah, yang bermukim di Delhi. Maksudnya adalah menunjukkan bahwa Sufi dikenal melalui sesuatu yang mereka bagi, sesuatu yang tidak dapat digambarkan melalui nama, ritual atau tanda-tanda kebesaran; kendati semuanya sesuai dengan kesatuan batiniah manusia yang misterius.
Aku melihat manusia bebas duduk di tanah
Di bibirnya sebatang ilalang,
jubahnya robek, tangannya letih.
Dapatkah yang satu ini menjadi Pilihan Agung?
Ya, Temanku, itulah Dia!
Syeikh Sa'di Baba, Sultan Arif Khan, Syah Waliyullah al-Amir
Tiga gelombang dari satu lautan.
Tiga raja dalam jubah pengemis.
Dapatkah mereka menjadi 'Pilihan Tertinggi?
Ya, Wahai Temanku, semuanya adalah Dia!
Semuanya Dia, Semuanya Dia, Semuanya Dia!
Muslim, Hindu, Kristen, Yahudi dan Sikh.
Bersaudara dalam perasaan tersembunyi -
namun siapa yang tahu bagian dalamnya? ...
Wahai Sahabat dari Gua!
Mengapa kapak, mangkuk-mengemis?
Mengapa kulit domba, tanduk dan topi?
Mengapa batu di atas pengikat pinggang?
Lihat: ketika dalam darahmu mengalir anggur
Semua adalah Dia, Temanku, adalah Dia!
Semuanya Dia, Temanku, adalah Dia!
Apakah engkau pergi ke puncak gunung?
Apakah engkau duduk di suatu tempat?
Mencarinya ketika Sang Guru tiba,
Mencari permata di dalam tambang!
Semuanya Dia, temanku, sahabat, Semuanya Dia!


2. TAREKAT QADIRIYAH

'Jalan' ini diadakan oleh para pengikut Abdul Qadir dari Gilan, yang lahir di Nif, distrik Gilan, sebelah selatan Laut Kaspia. Dia meninggal dunia tahun 1166, dan menggunakan terminologi sangat sederhana yang kemudian hari digunakan oleh orang-orang Rosicrucia di Eropa.
Hadrat Syeikh Abdul Qadir khususnya dalam pengaruhnya terhadap keadaan-keadaan spiritual, disebut 'Ilmu Pengetahuan Keadaan'. Pekerjaannya telah digambarkan dalam istilah yang berlebih-lebihan oleh para pengikutnya bahwa laporannya secara pribadi memperlihatkan kemiripan dengan definisi-definisi yang mereka miliki sendiri tentang karakter seorang guru Sufi.
Semangat untuk mengerjakan yang berlebihan terhadap teknik-teknik menggembirakan hampir pasti menjadi sebab keadaan yang memburuk dari tarekat Qadiriyah. Hal ini mengikuti suatu pola umum dalam diri para penggikut, apabila hasil dari suatu kondisi pikiran yang berubah menjadi suatu tujuan dan bukan suatu cara atau alat yang diawasi oleh seorang ahli.
Ringkasan berikut termasuk materi pelajaran tradisional dari disiplin Qadiriyah dan juga beberapa pokok ucapan atau teguran Abdul Qadir sendiri.

BUNGA MAWAR DARI BAGHDAD

Semua kaum darwis menggunakan bunga mawar (ward) sebagai suatu lencana dan simbol dari persamaan bunyi (rima) dari kata wird (latihan konsentrasi-mengingat Allah).
Abdul Qadir, pendiri tarekat Qadiriyah, termasuk dalam suatu peristiwa yang memberinya julukan Mawar dari Baghdad. Hal itu dikaitkan bahwa Baghdad telah demikian penuh dengan para guru kebatinan (mistik), ketika Abdul Qadir tiba di kota, maka diputuskan untuk mengiriminya sebuah pesan. Kaum mistik oleh karena itu mengirimkan kepadanya, di pinggiran kota, sebuah bejana yang diisi penuh dengan air. Maksudnya sudah jelas: "Cawan Baghdad sudah penuh".
Meski musim kemarau dan di luar musim, Abdul Qadir telah menghasilkan bunga mawar yang berkembang penuh, yang dia letakkan di atas air dalam bejana tersebut, menunjukkan kekuatannya yang luar biasa dan juga bahwa masih ada tempat bagi dirinya.
Ketika tanda-tanda ini telah dibawa kepada mereka, kumpulan kaum kebatinan tersebut berteriak, "Abdul Qadir adalah mawar kami," dan mereka pun cepat-cepat mengantarkannya ke kota.

ANGGUR

Seseorang telah menanam anggur, dikenal sebagai suatu jenis baru yang menghasilkan buah anggur yang siap dimakan hanya setelah berumur tigapuluh tahun.
Demikianlah yang terjadi, dia menanamnya, Sultan melintas, berhenti dan berkata:
"Engkau seorang yang luar biasa optimis jika engkau berharap hidup hingga anggur itu berbuah."
"Mungkin tidak akan," jawab orang itu, "tetapi setidaknya para penggantiku akan hidup mengambil keuntungan dari pekerjaanku, sebagaimana kami semua mengambil untung dari kerja para pendahulu kita."
"Kalau begitu," jawab sang Penguasa, "apabila beberapa pohon anggur telah berbuah, bawa beberapa diantaranya kepadaku. Itu jika kedua diantara kita telah lolos dari pedang kematian yang menggantung di atas kita sepanjang waktu."
Dia pun pergi.
Beberapa tahun kemudian pohon anggur tersebut telah mulai menghasilkan buah anggur yang lezat. Orang tersebut mengisi sebuah keranjang besar dengan buah anggur pilihan dan pergi ke istana.
Sang Sultan menerimanya dan memberinya sebuah hadiah emas yang banyak.
Kabar pun segera tersiar, "Seorang petani yang tak berharga telah diberi sejumlah emas yang banyak sebagai ganti untuk sekeranjang anggur."
Seorang perempuan dungu mendengar hal ini, dengan segera mengisi sebuah keranjang dengan buah anggur miliknya dan membawanya sendiri ke penjaga istana, lantas berkata; "Aku meminta ganjaran yang sama dengan yang telah diterima laki-laki tadi pagi. Ini buah anggurku. Jika sultan memberi uang untuk buah-buahan, ini buah-buahan itu."
Kabar tersebut telah sampai kepada sang Sultan, yang kemudian menjawabnya: "Orang yang berbuat dengan meniru dan sombong menegaskan kekurangannya akan penyelidikan terhadap keadaan yang mereka coba untuk menirunya, karenanya usir dia."
Orang perempuan itu telah mengirim buah anggurnya, tetapi dia demikian jengkel karena dia tidak bersusah-susah untuk menanyakan kepada sang 'penumbuh' anggur, apa yang sesungguhnya terjadi.

SANG GURU DAN ANJING

Seorang guru Sufi, berjalan sepanjang jalan dengan seorang muridnya, telah diserang oleh seekor anjing yang galak.
Si murid dengan garang berteriak:
"Betapa berani kau mendekati guruku dalam sikap seperti itu!"
"Dia lebih berpendirian tetap daripada dirimu," kata sang Guru, "karena dia menggonggong kepada seseorang, sesuai dengan kebiasaan dan kesukaannya; sementara engkau memandangku sebagai gurumu dan sama sekali tidak dapat merasakan manfaat dari banyaknya penerangan yang telah kita persiapkan untuk mengarungi perjalanan ini, mengabaikan mereka tanpa pertimbangan lagi."

DERAJAT (KEBESARAN) DAN SERIGALA

Serigala berpikir bahwa dia telah menyenangkan diri sendiri dengan baik, ketika dia pada kenyataannya hanya memakan sisa-sisa dari (makanan) singa.
Aku menyebarkan ilmu pengetahuan yang menghasilkan 'derajat'. Inilah, digunakan untuk diri sendiri, sebab-sebab bencana. Dia yang menggunakannya hanya akan menjadi terkenal, bahkan sangat kuat. Dia akan memimpin manusia menyembah 'derajat', hingga mereka akan nyaris tak dapat kembali kepada Jalan Sufi.
(Abdul Qadir al Jilani)

BINATANG BUAS, KAMBING DAN ORANG DESA

Suatu kali seekor binatang buas telah tertangkap oleh penduduk desa. Mereka mengikatnya ke sebuah pohon. Merenungkan penderitaan yang mereka timpakan atas dirinya; telah diputuskan untuk menghanyutkan dia ke laut sore itu, setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka sehari-hari.
Tetapi seekor kambing yang tidak begitu pandai, datang menghampiri dan menanyai binatang buas yang cerdik itu, mengapa dia diikat seperti itu.
"Ah," kata binatang buas, "beberapa orang telah meletakkan aku di sini karena aku tidak mau menerima uang mereka."
"Mengapa mereka ingin memberikannya kepadamu, dan mengapa engkau tidak menerimanya?" tanya si kambing dengan bersemangat.
"Karena aku tafakur, dan mereka ingin menyuapku," kata binatang buas, "mereka manusia tak bertuhan."
Si kambing mempengaruhi bahwa dia akan menggantikan tempat binatang buas, dan menasihati agar binatang buas tersebut lari menjauh dari jangkauan orang-orang tak bertuhan tersebut. Maka mereka pun berganti tempat.
Warga desa kembali setelah senja turun, menutup kepala kambing dengan karung, mengikatnya, dan menghanyutkannya ke laut.
Keesokan harinya mereka terkejut melihat binatang buas memasuki desa dengan sekawanan domba.
"Di laut sana, ruh-ruh dengan baik hati membalas siapa saja yang terjun ke dalamnya dan 'tenggelam' dalam sikap demikian," kata binatang buas.
Dalam sekejap, orang berduyun-duyun pergi ke pantai dan terjun ke laut.
Itulah sebabnya mengapa binatang buas tersebut mengambil alih desa yang ditinggalkan penduduknya.

DIB-DIB YANG MENGERIKAN

Suatu malam seorang pencuri bermaksud merampok seorang perempuan tua, merayap di atas jendela yang terbuka rumahnya. Perempuan tua itu tengah terbaring di atas tempat tidurnya dan si pencuri mendengar pembicaraannya yang penuh emosi, dalam suatu kondisi yang sangat asing. Dia berkata:
"Aaah ... Dib-Dib, Dib-Dib yang mengerikan! Dib-Dib yang buruk sekali inilah yang akan menjadi akhir dariku."
Sang pencuri berpikir:
"Perempuan malang ini tengah menderita oleh penyakit menular Dib-Dib yang mengerikan, yang aku belum pernah dengar sebelumnya!"
Kemudian, sebagaimana ratapan perempuan yang bertambah keras, sang pencuri mulai berkata kepada dirinya sendiri:
"Sudahkah aku tertular? Bagaimanapun juga, aku hampir menangkap nafasnya sebagaimana aku bersandar di sepanjang jendela ini..."
Semakin banyak dia berpikir mengenai hal itu, maka dia makin merasa takut bahwa dia telah sungguh-sungguh mengidap Dib-Dib yang mengerikan. Dalam beberapa saat seluruh anggota badannya telah gemetar. Dia pun kembali ke rumah, berjalan terhuyung-huyung kepada istrinya, mengerang dan merintih.
"Dib-Dib pertanda buruk, Bagaimana bisa menjadi suatu yang meragukan, bahwa Dib-Dib yang terkutuk telah mendapatkanku didalam genggamannya "
Istrinya merebahkannya di atas tempat tidur, dengan penuh perasaan takut. Sesuatu mengerikan apakah yang telah menyerang suaminya? Dia membayangkan pertama, bahwa dia tentu telah diserang dari atas oleh sesuatu binatang buas yang disebut Dib-Dib. Tetapi, sepertinya dia kehilangan hubungan yang masuk akal dan tetap tidak menemukan tanda-tanda atasnya, dia mulai takut bahwa hal itu suatu peristiwa yang terjadi atas campur tangan supranatural.
Orang yang dia tahu paling memenuhi syarat berkait dengan masalah-masalah serupa itu, sudah tentu orang suci setempat.
Dia diakui sebagai seorang tokoh agama, ahli hukum, dikenal sebagai Faqih yang bijak.
Perempuan itu segera pergi ke rumah orang bijak tersebut dan memintanya agar mau menengok suaminya. Sang Faqih, berpikir bahwa hal ini mungkin benar-benar menjadi suatu dasar didalam mana kesucian khususnya dapat dipergunakan, segera dia pergi ke sisi tempat tidur si pencuri.
Si pencuri, ketika dia melihat orang suci berada di sisinya, berpikir bahwa akhir (hidup)-nya pasti lebih dekat daripada rasa takutnya. Mengerahkan segala kekuatannya dia berkomat-kamit:
"Perempuan tua di ujung jalan, dia memiliki Dib-Dib terkutuk, dan telah menyambarku. Tolonglah aku, jika Anda bisa, Faqih yang mulia!"
"Anakku," kata Faqih, meski dia sendiri bingung, "Pikirkan dirimu sendiri atas penyesalan dan memohon rahmat, karena saat-saat yang tersisa mungkin benar-benar tinggal beberapa."
Dia meninggalkan si pencuri dan pergi ke pondok perempuan tua yang disebutkan. Memandang dengan tajam melalui jendela, dalam jarak tertentu dia mendengar suara rengekan sebagaimana ia menggeliat dan merasa ngeri:
"Dib-Dib busuk, kau membunuhku ... Hentikan, hentikan, Dib-Dib jahat, karena kau menguras darah kehidupanku..."
Dan dia melanjutkan untuk beberapa waktu dalam nada begitu, kadang terisak-isak dan kadang diam. Faqih sendiri sekarang mulai merasa seperti jika suatu udara dingin yang mengerikan melewatinya. Dia mulai gemetar dan tangannya mencengkeram kusen jendela, giginya gemeretuk.
Mendengar suara sedemikian, orang tua gila itu melompat dari tempat tidurnya dan menangkap Faqih yang ketakutan dengan tangannya.
"Apa yang kau kerjakan, laki-laki terhormat dan terpelajar, di tengah malam, mengintip orang baik-baik melalui jendela?" seru dia melengking.
"Baik, tetapi perempuan malang," suara si Faqih terputus-putus. "Aku mendengar engkau berbicara tentang Dib-Dib yang mengerikan, dan sekarang aku khawatir bahwa hal itu telah mencengkeram hatiku seperti mencengkeram milikmu, dan bahwa aku, secara-fisik dan spiritual, lenyap ..."
"Engkau luar biasa bodoh," lengking perempuan tua itu, "memikirkan bahwa untuk seluruh tahun-tahun tersebut, aku telah menghormatimu sebagai seorang alim dan bijak. Engkau mendengar orang berkata 'Dib-Dib' dan kau membayangkan bahwa hal itu akan membunuhmu! Lihat, nun di sudut sana, dan lihat apa Dib-Dib yang mengerikan itu sesungguhnya!"
Dan dia menunjuk kepada keran yang airnya menetes, yang mana sang Faqih segera menyadari bahwa kebocoran tersebut menimbulkan suara dib-dib-dib ...
Tetapi firasat (dari langit) memiliki daya pegas. Tidak lama kemudian dia telah merasa dirinya sendiri menjadi baik secara menakjubkan dan mampu mengatasi persoalan dirinya, dan segera kembali ke rumah pencuri, karena dia harus bekerja.
"Pergilah," gerutu si pencuri, "karena engkau telah meninggalkanku dalam keadaan membutuhkan, dan ketika melihat dengan wajah demikian tertekan menawarkan sedikit jaminan rnengenai keadaan masa depanku ... "
Si Faqih menyelanya:
"Orang hina yang tidak tahu terimakasih! Apakah kau pikir bahwa seorang lelaki yang memiliki kesalehan dan pengetahuan, akan meninggalkan suatu keadaan serupa ini tidak terselesaikan? Perhatikan, kemudian cermatilah kata-kata dan perbuatanku. Dan aku akan memperlihatkan kepadamu bagaimana aku telah bekerja tak kenal lelah, berkait dengan mandat dari langit, terhadap keselamatan dan 'penyembuhari'-mu."
Kata 'penyembuhari' dengan segera menjadi pusat perhatian pencuri dan istrinya atas kemuliaan yang mengesankan dari orang bijak tersebut.
Dia mengambil air dan mengucapkan kata-kata tertentu atasnya. Kemudian dia meminta si pencuri untuk tidak pernah mencuri lagi. Akhirnya, dia memercikkan air yang telah dipersiapkan di atas kepala pencuri dengan banyak kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata dan sikap tubuh, berakhir dengan:
"Terbanglah, Dib-Dib yang menjijikkan dan jahanam, ke tempat asal kau pertama kali datang, jangan pernah kembali mengganggu orang yang malang ini!"
Si pencuri bangun dan sembuh.
Semenjak hari itu, pencuri tersebut tidak pernah mencuri lagi. Juga tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang penyembuhan yang menakjubkan itu, karena kendatipun demikian, dia tetap tidak menyukai orang bijak tersebut dan gagasan-gagasannya. Dan si perempuan tua, lazimnya sebuah gosip, tidak menyebarkan tentang tindakan bodoh si Faqih. Perempuan tua itu akhirnya bermaksud memetik manfaat secara baik; barangkali suatu kesempatan yang tepat akan muncul.
Dan, tentu saja si Faqih... baik, si Faqih tidak bermaksud menceritakan secara rinci peristiwa tersebut. Tetapi sebagaimana kebiasaan orang, masing-masing orang yang terlibat telah bercerita menurut versi mereka sendiri-sendiri, dalam keyakinan yang sempurna sudah tentu, kepada orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa engkau dapat mengetahui 'seluruh' cerita tentang perempuan tua, pencuri, pemuka agama, dan Dib-Dib yang mengerikan.

PENCURI, PEMILIK TOKO DAN HUKUM

Seorang pencuri memasuki sebuah toko. Ketika dia berada didalam, sebuah bor yang tajam di atas sebuah papan yang ditinggalkan pemilik toko, menusuk matanya, dan membuatnya buta.
Si pencuri pergi kepada hakim, berkata: "Hukuman untuk pencurian adalah penjara, tetapi hukuman untuk suatu kelalaian yang menyebabkan rusak atau luka sebelah mata adalah sedapat mungkin ganti rugi."
"Dia telah datang untuk mencuri dariku," kata pemilik toko membela diri.
"Itu akan ditangani oleh pengadilan yang lain," kata hakim, "dan tidak berhubungan dengan kita di sini."
"Jika engkau mengambil semua milikku," kata si pencuri, "keluargaku akan menderita kelaparan sementara aku dalam penjara. Itu jelas tidak adil terhadap mereka."
"Maka aku akan memerintahkkan untuk mencopot sebelah mata pemilik toko sebagai pembalasan," kata sang Hakim.
"Tetapi jika kau melakukan itu," kata pemilik toko, "Aku akan kehilangan lebih banyak daripada si pencuri, dan hal itu tidak sebanding. Aku seorang ahli permata, dan kehilangan sebelah mata akan menghancurkan kemampuanku untuk bekerja."
"Sungguh baik," jawab sang hakim, "karena hukum harus adil, dan tanpa harus menderita lebih banyak daripada seharusnya, dan karena seluruh masyarakat bersama-sama menanggung dalam keuntungan dan kerugian dari beberapa anggotanya, bawa seorang yang hanya membutuhkan sebelah mata --seorang pemanah, misalnya -- dan ambil sebelah matanya yang lain."
Demikianlah yang terjadi.

TOLONG SAHABAT-SAHABATNYA ...

Tolong Sahabat-sahabatnya, apa pun cara berpakaian mereka! Suatu hari engkau akan mendengar: Aku telah miskin, dan engkau tidak menolong Aku. Orang-orang yang telah menolong Sahabat-sahabatku, telah menolong Aku."
Ibnu al-Arif al-Qadiri; (Kutipan dari Hadis Qudsi)

UPAH DAN PEKERJAAN

Seekor kuda bertemu seekor katak. Si kuda berkata: "Sampaikan pesan ini kepada seekor ular untukku, dan engkau dapat memiliki semua berkas-berkas yang mengelilingiku."
Si katak menjawab: "Aku mau upah, tetapi aku tidak dapat mengatakan bahwa aku dapat menyelesaikan pekerjaan itu."

TANAMAN

Pada pintu masuk rumah Abdul Qadir Gilani (al-Jilani) suatu hari terlihat setangkai bunga di dalam sebuah pot. Di bawahnya ada sebuah catatan: "Cium ini dan tebak apakah ini".
Masing-masing orang yang masuk telah diberi alat tulis dan telah diminta untuk menulis jawabannya, jika dia mau, untuk teka-teki kata tersebut.
Di akhir hari itu, Abdul Qadir membawa sebuah kotak berisi jawaban kepada seorang muridnya. Dia berkata:
"Setiap orang yang telah menjawab 'sekuntum mawar' boleh tinggal jika dia menginginkan untuk meneruskan pelajaran. Seseorang yang tidak menulis apa-apa, atau sesuatu yang lain dari 'sekuntum mawar', dipecat."
Seseorang bertanya, "Apakah tak dapat dihindarkan menggunakan cara-cara dangkal itu untuk memutuskan kecocokan bagi hal-hal bersangkutan dengan murid?"
Guru agung menjawab, "Aku tahu jawaban jawaban kalian, tetapi saya ingin memperlihatkan kepada semua yang lain, bahwa pernyataan-pernyataan yang dangkal, mengisyaratkan sifat-sifat batin." Dan dia segera setelah itu membawa kepada kelompoknya suatu daftar nama-nama dari masing-masing orang yang telah menulis 'sekuntum mawar'.
Hal ini menggambarkan suatu makna dari ungkapan, "Kewajaran merupakan mata rantai menuju Kebenaran." Apa yang telah dilihat Abdul Qadir 'di dalam' dapat diperlihatkan 'ke luar'. Dengan cara ini, dan untuk alasan ini, adalah suatu jenis tertentu dari tingkah laku yang diinginkan dari para muridnya.

PENYEBARAN BERKAH

Abdul Qadir memanggil bersama-sama semua pengikutnya di Baghdad dan berkata kepada mereka:
"Aku minta engkau tidak pernah melupakan apa yang akan aku katakan kepadamu sekarang, karena selain itu engkau akan menjadi sumber dari kesalahan besar. Aku tujukan orang-orang diantaramu yang akan tetap lebih banyak tidak peduli daripada orang lain, karena mereka Yang Lebih Tahu dan Para Pencapai tidak pernah membuat kesalahan yang akan aku gambarkan sekarang."
"Selama periode Tugas dan Pengulangan (pelajaran tertentu) banyak orang memperoleh kemampuan mempengaruhi orang lain dengan suatu pengalaman yang asing. Hal ini menyebabkan kecemasan, kegembiraan dan banyak perasaan-perasaan lain, dan mengisyaratkan suatu tahapan dari kesadaran. Hal itu bisa jadi pandangan dari para guru agung, atau pengaruh Ilahiah."
"Peran di atas 'hati' yang tidak dipersiapkan, pengalaman-pengalaman serupa itu dengan segera harus dihentikan, karena mereka tidak dapat maju kepada hubungan yang sesungguhnya dengan Ilahi sampai sesuatu yang lain terpelihara dalam diri murid."
"Pembukaan kemampuan ini sekali ditemukan oleh orang yang tidak bodoh atau mentah (tidak berpengalaman) menyebar khususnya diantara orang-orang desa dan orang-orang sederhana lainnya, sampai mereka memanjakannya secara teratur, memikirkannya untuk menjadi suatu keadaan yang sebenarnya. Ini sesungguhnya hanya sebuah tanda atas sesuatu. Apabila hal itu terjadi, hal itu harus dilaporkan, dan orang-orang yang mengalaminya hendaknya menjalani suatu periode yang tepat dari persiapan."
"Kegigihari di dalam praktek di masa lalu menjelaskan sepenuhnya kemampuan-kemampuan dari para pengikut orang-orang suci dan para Nabi, semua menipu mempercayai diri mereka sendiri menjadi penerima berkah. Orang-orang yang mencapai, berani menghadapi tidak mempengaruhi pernyataan ini sekali waktu muncul. Orang-orang yang memanjakannya mungkin tidak pernah Mencapai."
"Ikuti hanya praktek-praktek dari Guru, yang mengetahui mengapa hal-hal tersebut terjadi dan siapa yang oleh karena itu harus menyesuaikan untuk mempelajarinya."

3.  TAREKAT SUHRAWARDIYAH

Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, mengikuti disiplin Sufi kuno, Junaid al-Baghdadi, dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekat-tarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktikitas mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada diantara pecahan terbesar kelompok-kelompok Sufi.
Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap Realitas'.
Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan legenda atau fiksi. Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu, diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan pemikiranang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari.

IBNU YUSUF SI TUKANG KAYU

Pada suatu waktu, terdapat seorang tukang kayu bernama Nazhar bin Yusuf. Ia menghabiskan sebagian hidupnya selama bertahun-tahun untuk mempelajari kitab-kitab kuno yang berisi banyak pengetahuan yang sudah agak terlupakan.
Ia mempunyai pelayan setia, dan suatu hari ia berkata padanya: "Aku sekarang berhasil memperoleh pengetahuan kuno yang harus digunakan untuk menjamin keberadaanku selanjutnya. Oleh karena itu aku ingin engkau membantuku menyelesaikan proses yang akan membuatku muda lagi dan abadi."
Ketika ia menjelaskan prosesnya, si pelayan pertama kali merasa segan untuk menyelesaikannya. Si pelayan memotong-motong Nazar dan memasukkannya di dalam sebuah tong besar, diisi dengan cairan tertentu.
"Aku tidak dapat membunuhmu," ujar pelayan.
"Ya, engkau harus, karena toh aku akan mati, dan engkau akan kehilangan. Ambillah pedang ini. Jaga terus tong ini, jangan katakan siapa pun apa yang sesungguhnya engkau lakukan. Setelah duapuluh delapan hari, bukalah tongnya dan keluarkan aku. Aku akan memperoleh kembali kemudaanku."
Setelah beberapa hari, dalam kesepiannya, pelayan mulai merasa sangat tidak nyaman, dan semua jenis keraguan pun menjangkitinya. Maka ia mulai membiasakan diri dengan peran anehnya. Secara teratur orang datang ke rumah dan menanyakan majikannya, tetapi ia cuma dapat menjawab, "Sementara ini ia tidak di sini."
Akhirnya pihak berwenang datang, curiga bahwa si pelayan berbuat sesuatu pada majikannya sehubungan dengan lenyapnya dia. "Biarkan memeriksa rumah," kata mereka, "Jika kami tidak menemukan apa pun, kami akan menahanmu sampai majikanmu muncul."
Si pelayan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat itu sudah berlangsung selama duapuluh satu hari. Tetapi ia mengambil keputusan, dan berkata;
"Tinggalkan aku di sini bersama tong ini sebentar, dan kemudian aku siap ikut denganmu."
Ia pun pergi ke kamar dan membuka tutup tong.
Tiba-tiba manusia kecil, tampak lebih muda tetapi persis seperti majikannya, kendati cuma setinggi tangan, melompat keluar tong, dan berlari berputar-putar, sambil terus berucap.
"Terlalu cepat, terlalu cepat..."
Kemudian, saat pelayan masih memandang dengan terkejut, benda kecil itu lenyap di udara.
Pelayan keluar dari kamar, petugas menangkapnya. Majikannya tidak pernah terlihat lagi, kendati banyak sekali legenda tentang Nazar bin Yusuf si tukang kayu; tetapi harus kita tinggalkan untuk kesempatan lain.

GADIS YANG KEMBALI DARI KEMATIAN

Pada zaman dulu terdapat seorang gadis cantik; putri seorang pria yang baik, seorang perempuan yang kecantikan dan kehalusan gerak-geriknya tiada banding.
Ketika usianya dewasa, tiga pemuda, masing-masing menunjukkan kapasitas yang tinggi dan menjanjikan, melamarnya.
Setelah memutuskan bahwa ketiganya sebanding, sang ayah menyerahkan keputusan akhir pada putrinya.
Berbulan-bulan sudah, dan si gadis tampaknya belum juga mengambil keputusan.
Suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit. Dalam beberapa saat ia meninggal. Ketiga pemuda tersebut, bersama-sama ikut ke makam, membawa jasadnya ke pemakaman dan dikebumikan dengan kesedihan yang sangat dalam.
Pemuda pertama, menjadikan pusara sebagai rumahnya, menghabiskan malam-malamnya di sana dalam penderitaan dan perenungan, tidak dapat memahami berjalannya takdir yang membawanya pergi.
Pemuda kedua, memilih jalanan dan berkelana ke seluruh dunia mencari pengetahuan, menjadi seorang fakir.
Pemuda ketiga, menghabiskan waktunya untuk menghibur sang ayah yang kehilangan.
Sekarang, pemuda yang menjadi fakir dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat di mana terdapat seorang yang terkenal karena karya seninya yang luar biasa. Melanjutkan pencarian pengetahuan, ia kemudian berdiri di sebuah pintu, dan diterima di meja tuan rumah.
Ketika tuan rumah mengundangnya makan, ia sudah mulai menyantap hidangan ketika seorang anak kecil menangis, cucu orang bijak tersebut.
Si guru menggendong bocah dan melemparnya ke api.
Seketika si fakir melompat dan meninggalkan rumah, menangis:
"Iblis keji! Aku sudah membagi penderitaanku ke seluruh dunia, tetapi kejahatan ini melebihi semua yang pernah dicatat sejarah!"
"Jangan berpikir apa pun," ujar tuan rumah, "Untuk hal-hal sederhana akan tampak muncul secara terbalik, kalau engkau tidak memiliki pengetahuan."
Sambil berkata, ia membaca suatu mahtera dan mengacungkan sebuah emblem berbentuk aneh, bocah tersebut keluar dari api tanpa luka.
Si fakir mengingat-ingat kata-kata dan emblem tersebut, pagi berikutnya ia kembali ke pemakaman di mana kekasihnya dimakamkan.
Singkat kata, si gadis berdiri di depannya, kembali hidup sepenuhnya.
Gadis itu kembali ke ayahnya, sementara para pemuda berselisih siapa diantara mereka yang bakal dipilih.
Yang pertama berkata, 'Aku tinggal di pusara, memeliharanya dengan kesiap-siagaanku, berhubungan dengannya, menjaga kebutuhan ruhnya akan dukungan duniawi."
Yang kedua mengatakan, "Kalian berdua mengabaikan kenyataan, bahwa akulah yang sesungguhnya berkeliling dunia mencari pengetahuan, dan akhirnya menghidupkannya kembali."
Yang ketiga mengatakan, "Aku telah berduka untuknya, dan seperti seorang suami serta menantu aku tinggal di sini, menghibur ayah, membantu merawatnya."
Mereka meminta si gadis menjawab, yang kemudian dijawabnya:
"Ia yang menemukan mantera untuk mengembalikan aku, adalah seorang pengasih sesama manusia; ia yang merawat ayahku seolah anak baginya; ia yang berbaring di sisi pusaraku - ia bertindak seperti seorang kekasih. Aku akan menikahinya."

PERUMPAMAAN TUAN RUMAH DAN TAMU

Para guru seperti tuan di rumahnya sendiri. Tamu-tamunya adalah mereka yang mencoba mempelajari 'Jalan'. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak pernah di rumah tersebut sebelumnya, dan mereka hanya mempunyai pemikiran yang samar, seperti apa sebenarnya rumah tersebut. Meskipun demikian, rumah itu ada.
Ketika tamu memasuki rumah dan melihat tempat khusus untuk duduk, mereka bertanya, "Apakah ini?" Dijawab, "Ini tempat di mana kami duduk." Maka mereka duduk di kursi, dengan sedikit kesadaran tentang fungsi kursi.
Tuan rumah menjamu mereka, tetapi mereka terus bertanya, kadang-kadang tidak berhubungan. Sebagai tuan rumah yang baik, ia tidak menyalahkan mereka. Mereka ingin tahu, misalnya, di mana dan kapan mereka akan makan. Mereka tidak tahu kalau tidak seorang pun sendirian, dan pada saat itu juga ada orang lain yang memasak makanan, serta terdapat ruang lain di mana mereka akan duduk dan menikmati makanan. Karena mereka tidak dapat melihat makanan atau persiapannya, maka mereka bingung, barangkali penuh keraguan, kadang-kadang perasaannya kurang tentram.
Tuan rumah yang baik, mengetahui masalah tamunya, harus menentramkan mereka, sehingga mereka dapat menikmati makanan saat disajikan. Pada mulanya mereka segan mendekati makanan. Sebagian tamu cepat mengerti dan menghubungkan satu hal tentang rumah tersebut kepada yang lain. Mereka ini adalah orang-orang yang dapat mengkomunikasikan kepada teman mereka yang lambat. Tuan rumah, sementara itu, memberi jawaban kepada masing-masing tamu sesuai kapasitasnya memahami kesatuan dan fungsi sebuah rumah.
Namun hal itu tidaklah cukup untuk keberadaan sebuah rumah --karena harus siap menerima tamu-- maka harus ada tuan rumahnya. Seseorang harus latihan secara aktif tentang fungsi rumah, supaya orang asing yang menjadi tamu serta mereka yang menjadi tanggung jawab tuan rumah, memungkinkannya terbiasa dengan rumah tersebut. Pada awalnya, sebagian besar dari mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah tamu, dan apa makna tamu sesungguhnya; apa yang dapat mereka bawa, dan apa yang diberikan kepada mereka.
Tamu yang berpengalaman, yang telah belajar tentang rumah dan keramahan, pada akhirnya berkurang kikuknya, dan ia kemudian berada pada kedudukan untuk lebih memahami rumah dan beberapa bentuk kehidupan di dalamnya. Sementara ia tetap mencoba memahami apa rumah itu, atau mencoba mengingat aturan-aturan etika, perhatiannya terlalu banyak disita oleh faktor-faktor ini sehingga dapat meneliti, katakanlah, keindahan, nilai atau fungsi perabotan.

ILMU PERBINTANGAN

Suatu ketika, melalui ilmunya, seorang Sufi mengetahui bahwa sebuah kota akan diserang musuh. Ia mengatakannya kepada tetangga, yang menyadari bahwa ia orang yang jujur tetapi sederhana,

4.  TAREKAT NAQSYABANDIYAH

Sekolah darwis yang disebut Khajagan ('Para Guru') muncul di Asia Tengah dan berpengaruh besar terhadap perkembangan kerajaan India dan Turki. Tarekat mengembangkan banyak sekolah khusus, yang mengambil nama-nama individu. Banyak penulis menganggapnya sebagai awal dari seluruh 'mata rantai penyebaran' mistik.
Khaja Bahauddin Naqsyabandi (wafat kira-kira 1389) adalah salah seorang dari tokoh-tokoh besar sekolah ini. Setelah masanya, dikenal sebagai Rangkaian Naqsyabandi; 'Para Perancang', atau 'Para Guru Desain.'
Bahauddin menghabiskan waktu tujuh tahun sebagai kerabat istana, tujuh tahun memelihara binatang dan tujuh tahun dalam pembangunan jalan. Ia belajar di bawah bimbingan Baba as-Samasi yang mengagumkan, dan dihargai setelah kembali pada prinsip dan praktek Sufisme. Para syeikh Naqsyabandi sendiri mempunyai kewenangan untuk menuntun murid ke tarekat-tarekat darwis yang lain.
Karena mereka tidak pernah mengenakan busana aneh di depan umum, dan karena anggota mereka tidak pernah melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian, para sarjana tidak merekonstruksi sejarah tarekat, dan sering kesulitan mengidentifikasi anggota-anggotanya. Sebagian karena tradisi 'Para Guru' bekerja sepenuhnya di dalam kerangka kerja sosial dan kultur di mana mereka bertugas, penganut Naqsyabandi di Timur Tengah dan Asia Tengah memperoleh reputasi sebagai ummat Muslim yang taat.

BAGAIMANA TAREKAT DIWUJUDKAN

Tiga darwis pergi ke Perjalanan Terpanjang.
Ketika kembali, orang-orang berkata kepada mereka:
"Apa yang membantu kalian dalam menyelesaikan perjalanan, berusaha sendiri, menahan kekurangan dan menyempurnakan kepulangan?"
Yang pertama menjawab, "Kucing dan tikus; karena mengamati mereka dalam dunia yang umum mengajari aku suatu kepentingan yang seimbang antara kesunyian dan kegiatan."
Yang kedua menjawab, "Makanan; karena membuatku dapat bertahan dan memahami."
Yang ketiga menjawab, "Latihan; karena mengajari aku untuk aktif dan bersatu."
Orang bebal diantara pendengar mencoba meniru nasihat tersebut secara buta. Mereka tidak berhasil, tetapi setidaknya mereka meletakkan diri mereka sendiri, dalam realitas jika tidak dalam penampilan, ada di luar jalan kaum darwis.
Orang setengah bebal diantara pendengar mengatakan, "Kami tidak akan ngotot berusaha menyamai, kami akan mencoba menggabungkan prinsip-prinsip tersebut."
Mereka tidak berhasil. Tetapi setidaknya mereka meletakkan diri mereka sendiri di luar jalan kaum darwis, meninggalkan mereka dengan tenang; sejak mereka menganggap bahwa mereka sekarang memiliki semua ajaran.
Lalu kaum darwis berkata pada mereka yang tinggal, "Sekarang kami akan menunjukkan padamu, bagaimana menggabungkan dengan benar, rahasia-rahasia dan hal-hal yang paling umum dalam kehidupan ini yang memungkinkan mencapai Perjalanan Terpanjang."
Inilah Ajarannya:
Dalam persoalan ini, bahwa tarekat (Guru) telah terjadi.
Dalam persoalan ini, bahwa orang-orang luar dan dalam tetap bertindak.

TIGA KUNJUNGAN KE GURU

Bahauddin Naqsyabandi dikunjungi sekelompok pencari. Mereka menemukannya di halaman, dikelilingi murid, jelas kelihatan sangat bergembira.
Beberapa dari mereka yang baru datang itu berkata:
"Betapa buruknya --ini bukan cara berperilaku, apa pun dalihnya.
Mereka mencoba memprotes guru.
Lainnya mengatakan:
"Bagi kami ini kelihatan baik sekali --kami menyukai pengajaran seperti ini, dan berharap ikut ambil bagian."
Namun sebagian lain mengatakan:
"Sebagian dari kami merasa bingung dan berharap mengetahui lebih banyak mengenai teka-teki ini."
Sisanya berkata pada yang lainnya:
"Barangkali ada hikmahnya dengan semua ini, tetapi apakah kita harus menanyakannya atau tidak, kita tidak tahu."
Guru mengusir mereka semua.
Dan semuanya tersebar, melalui percakapan maupun tulisan, pendapat mereka tentang peristiwa tersebut. Bahkan mereka yang tidak ikut mengalami langsung terpengaruh pula, dan pidato serta karya mereka mencerminkan kepercayaan mereka terhadap hal tersebut.
Beberapa waktu berikutnya, mereka lewat lagi di jalan tersebut. Singgah ke tempat sang guru.
Berdiri di pintu, mereka memperhatikan bahwa di halaman, guru dan muridnya sedang duduk, sangat sopan; dalam perenungan yang dalam.
"Ini lebih baik," ujar beberapa pengunjung, "karena ia dengan jelas belajar dari protes kita."
"Ini luar biasa," ujar yang lain, "karena waktu lalu, jelas ia menguji kita."
"Ini terlalu muram,' sambung yang lain, 'karena kita akan menjumpai wajah-wajah demikian di mana-mana."
Kemudian muncul berbagai opini, suara dan sebagainya.
Sang guru, ketika waktu untuk refleksi telah usai, mengusir pengunjung-pengunjung ini.
Lama sesudahnya, sekelompok kecil kembali dan mencari penjelasan atas apa yang telah mereka alami.
Mereka mendatangi pintu gerbang, dan memandang ke halaman.
Sang guru duduk di sana, sendirian, tidak bergembira maupun meditasi. Murid-muridnya tidak terlihat lagi.
"Pada akhirnya kalian boleh mendengar keseluruhan cerita," katanya, "Karena aku sudah dapat membubarkan orang-orangku, sejak tugasku selesai."
"Ketika pertama kalian datang, kelasku sangat serius --aku sedang menerapkan perbaikan. Kedua kali kalian datang, mereka terlalu gembira-- aku sedang memperbaikinya."
"Pada saat bekerja, seseorang tidak selalu menjelaskan dirinya kepada pengunjung biasa, betapapun menariknya pengunjung tersebut, seperti yang ia kira. Ketika suatu kegiatan tengah berlangsung, yang diperhitungkan adalah kegiatan itu berjalan dengan benar. Di bawah keadaan ini, evaluasi eksternal menjadi perhatian kedua."

PENGAJARAN SATU ARAH

Bahauddin tengah duduk bersama beberapa murid ketika sejumlah pengikut mendatangi gedung pertemuan.
Asy-Syah bertanya pada mereka satu per satu, untuk mengatakan mengapa ke sana.
Yang pertama menjawab, "Kau manusia paling agung di muka bumi."
"Aku memberinya racun ketika sakit, dan ia berpikir aku orang paling agung di muka bumi," ujar asy-Syah.
Yang kedua menjawab, "Kehidupan spiritualku telah terbuka, sejak aku diperbolehkan mengikuti dirimu."
"Ia tidak menentu dan mudah sakit, dan tidak seorang pun bakal mendengarnya. Aku bersamanya, dan ketenangan yang dihasilkan disebutnya kehidupan spiritual," jawab asy-Syah.
Yang ketiga menjawab, "Kau mengerti aku, dan semua yang aku pinta adalah izinkan aku mendengar ceramahmu, untuk kebaikan jiwaku."
"Ia butuh perhatian dan mengharapkan perhatian untuknya, bahkan jika dalam bentuk kritik," ujar asy-Syah, "Ini yang ia sebut 'kebaikan untuk 'jwanya'."
Yang keempat menjawab, "Aku pergi dari satu orang ke orang lain, menjalani apa yang mereka ajarkan. Tidak berhenti sampai kau memberiku wazhifah (tugas latihan), dimana aku benar-benar merasa tercerahkan kontak denganmu."
"Latihan dari yang aku berikan pada orang ini," ujar asy-Syah:
"Adalah ajaran buatan, sama sekali tidak berhubungan dengan kehidupan 'spiritual'nya. Aku harus menunjukkan ilusinya tentang spiritualitas, sebelum aku sampai pada bagian spiritualnya yang murni, bukan sentimental."

PENERUS

Zabit ibnu al-Munawwar, guru Sufi pencapaian tinggi, wafat, meninggalkan orang-orang yang tinggal di Balkh tanpa seorang guru sejati. Dari Turkistan, Elsayar yang patut dimuliakan, laki-laki berusia hampir empat puluhan, dikirim oleh Bahauddin menjadi pembimbing di tempat tersebut.
Ketika Elsayar (berkah atas kesadarannya yang paling dalam!) tiba di Balkh dan pergi ke Khanqah, ia menemui pemimpin (Khalifah) yang tengah duduk dikelilingi muridnya, mengatur persoalan komunitas.
Ia diberi tempat di dapur. Hanya satu orang yang mengenalinya sebagai Penerus, tetapi Elsayar memintanya untuk diam.
"Di sini kita berdua adalah kelas rendah," katanya.
Satu bulan kemudian, ketika Syeikh Agung dari Khurasan mengunjungi Khanqah, ia melewati dapur dan berseru, "Teman Sejati ada di sini! Dan teman yang semu ada di mana-mana!"
Tidak seorang pun mengerti pernyataan ini sampai sebuah surat datang dari Khajagan, dialamatkan untuk Elsayar sebagai Penerus yang Ditunjuk.
Setelah itu ia diperlakukan dengan sangat.hormat. Azimzada, orang yang mengenali sang penerus, akhirnya menjadi kepala tempat ibadah.

GURU-GURU PALING LAMA

Bahauddin, dalam lamunan, membawa dirinya ke masa lalu.
Ia berkata pada sekelompok pencari yang berkunjung:
"Aku baru saja melihat, dan bersahabat dengan guru-guru di masa paling kuno, kendati mereka sudah lama wafat."
Mereka berkata padanya, "Tolong katakan pada kami, bagaimana penampakan mereka."
Katanya, "Seperti sikapmu terhadap ajaran, dimana mereka akan menganggap dirimu iblis."
"Persoalan-persoalan seperti itu, pernahkah kau melihat mereka, seharusnya kau menganggap mereka benar-benar tidak sesuai bersahabat denganmu. Janganlah bertanya tentang mereka."

MENGAPA AKU MELAKUKANNYA

Suatu hari seorang laki-laki mendatangi guru agung, Bahauddin.
Ia minta bantuan untuk masalahnya, dan bimbingan di jalan Ajaran.
Bahauddin mengatakan padanya untuk meninggalkan pelajaran spiritual, dan meninggalkan halaman saat itu juga.
Seorang pengunjung yang baik hati memprotes Bahauddin.
"Seharusnya kau menunjukkan," ujar guru.
Pada saat itu, seekor burung terbang memasuki ruangan, berputar ke sana ke mari, tidak tahu ke mana akan keluar.
Sang Sufi menunggu sampai burung itu hinggap di dekat jendela yang terbuka di ruangan tersebut. Tiba-tiba ia menepukkan tangannya.
Ketakutan, burung itu terbang langsung melalui jendela yang terbuka untuk kebebasan.
"Baginya, suara itu haruslah sesuatu yang mengejutkan, bahkan sebuah penghinaan, kau tidak setuju?" ujar Bahauddin.

PENGAJARAN TAK LANGSUNG

Seorang murid menghadiri asy-Syah Bahauddin di Bukhara. Setelah duduk dalam pertemuannya selama beberapa hari, ketua murid Bahauddin memberi tanda padanya untuk mendekati Syeikh dan berbicara.
"Aku datang," ujarnya, "dari Syeikh Ridwan. Aku harap kau akan memberiku sesuatu."
"Dari siapa?"
"Dari Syeikh Ridwan."
Bahauddin memintanya mengulangi apa yang ia katakan. Dan ia kemudian bertanya lagi padanya, dan lagi, sampai ia yakin bahwa Naqsyaband tuli dan mungkin bodoh.
Ketika kesimpang-siuran ini berlalu selama satu jam atau lebih, Bahauddin berkata:
"Aku tidak dapat mendengarmu. Aku tidak mendengar kata-kata yang kau ucapkan."
Si murid berdiri dan mulai meninggalkan tempat, sambil bergumam, "Semoga Allah mengampunimu!"
Asy-Syah tidak lagi tuli, segera menjawab, "Dan engkau, dan juga Syeikh Ridwan."

UDARA QASLIR AL-ARIFIN

Berkait dengan permintaan raja Bukhara kepada Bahauddin Naqsyabandi, untuk memberinya saran atas sebuah persoalan.
Pesannya, "Duta besar akan datang, dan aku harus bersamamu ketika ia di sini, untuk konsultasi. Tolong datanglah."
Bahauddin mengirim jawabannya.
"Aku tidak dapat datang, sejak saat aku tergantung pada udara Qaslir al-Arifin, dan tidak mempunyai alat untuk membawanya bersamaku di dalam botol penyimpanan."
Semula raja merasa bingung, kemudian jengkel. Sebagai pengganti kebutuhannya terhadap Bahauddin sebagai guru, ia memutuskan untuk memprotes sikap kurang ajar ini.
Sementara itu, kunjungan duta besar dibatalkan, dan raja tidak harus berhubungan lagi dengannya.
Suatu hari, sebulan kemudian, raja sedang duduk di ruangan ketika seorang pembunuh melompat padanya. Bahauddin Naqsyabandi, yang memasuki ruang singgasana pada saat itu, melompat ke orang tersebut dan melucuti senjatanya.
"Sebagai pengganti kekurangsopananmu, aku berhutang budi padamu, Hadrat asy-Syah," ujar raja.
"Kesopanan mereka yang tahu keberadaannya ketika seseorang membutuhkan mereka, tidak untuk duduk menunggu duta besar yang tidak jadi datang," jawab Bahauddin.

JAWABAN BAHAUDDIN

Banyak pertanyaan, satu jawaban.
Aku datang ke sebuah kota, di mana orang-orang berkerumun
Mereka berkata: "Dari mana kau datang?"
Mereka berkata: "Kemana kau pergi?"
Mereka berkata: "Dalam rombongan apa kau bepergian?"
Mereka berkata: "Apa keturunanmu?"
Mereka berkata: "Apa warisanmu?"
Mereka berkata: "Apa pusakamu?"
Mereka berkata: "Siapa yang kau pahami?"
Mereka berkata: "Siapa yang memahami dirimu?"
Mereka berkata: "Apa doktrinmu?"
Mereka berkata: "Siapa yang mempunyai seluruh doktrin?"
Mereka berkata: "Siapa yang tidak mempunyai doktrin sama sekali?"
Aku berkata pada mereka:
'Apa yang tampak banyak bagimu adalah satu;
Apa yang tampak sederhana, sebenarnya tidak;
Apa yang tampak rumit, sebenarnya mudah;
Jawaban untuk kalian semua adalah, 'Kaum Sufi'.

SUFI YANG MENYEBUT DIRINYA ANJING

Maulana Darwis, kepala Tarekat Naqsyabandiyah dan salah seorang guru besarnya, suatu hari duduk di Zawiah-nya ketika seorang pendeta yang marah, menyerobot masuk.
"Kau duduk di sana," teriaknya, "Anjing kau ini, dikelilingi murid, ditaati mereka dalam setiap keterangan! Aku di lain pihak, memanggil orang untuk mengusahakan pengampunan-Nya, melalui doa dan kecermatan, sebagaimana diperintahkan kepada kami."
Pada kata "anjing", beberapa Pencari bangkit untuk mengusir pendeta tersebut.
"Tenanglah," ujar Maulana, "karena 'anjing' sebenarnya kata-kata yang baik. Aku anjing, yang taat pada majikannya, menuntun domba dengan isyarat, penjelasan tentang keinginan Majikan kita. Seperti seekor anjing, aku, marah pada penyelundup dan pencuri. Dan aku mengibaskan ekorku dengan senang ketika teman Majikanku mendekat."
"Menggonggong, mengibas dan mencintai adalah sikap seekor anjing, kita melatih mereka; karena Majikan memiliki kita, dan tidak menggonggong serta mengibas dengan sendirinya."

MENGHARGAI PEMIKIRAN

Sadik Hamzawi ditanya:
"Bagaimana engkau dapat berhasil, atas keinginannya, guru dari Samarkand, kalau engkau dahulu cuma seorang pelayan di rumah ini?"
Katanya, "Ia mengajariku apa yang ingin ia ajarkan, dan aku mempelajarinya. Ia pernah berkata, 'Aku tidak dapat mengajar yang lainnya, murid-murid, pada tingkat yang sama, karena mereka ingin bertanya, mereka menuntut pertemuan, mereka menentukan kerangka kerja, oleh karena itu mereka mengajari diri sendiri, apa yang sudah mereka ketahui.'
Aku bertanya padanya, 'Ajari aku apa yang engkau bisa, dan katakan padaku bagaimana mempelajarinya,' begitulah, bagaimana aku menjadi penerusnya. Orang-orang menghargai suatu pemikiran bagaimana mengajar serta belajar ditempatkan. Mereka tidak dapat memiliki gagasan sekaligus pelajaran."

CERITA NAQSYABANDI

Tetapi ini kisah lama katamu --kata mereka.
Tetapi pasti ini kisah baru katamu --kata sebagian.
Katakan sekali lagi --kata mereka;
Atau, jangan katakan lagi --kata yang lain.
Tetapi aku sudah mendengar semua ini sebelumnya --kata sebagian;
Atau, tetapi ini bukan bagaimana dikisahkan sebelumnya --kata sisanya.
Dan ini, ini adalah orang-orang kita, Darwis Baba, inilah orangnya.

KALIMAT KHAJAGAN

Rudhbari: Hati ke hati adalah sarana esensial menuju rahasia jalan.
Maghribi: Belajar ada di dalam aktivitas. Belajar melalui kata-kata sendiri adalah aktikitas minor.
Khurqani: Pada waktu tertentu, lebih dapat disampaikan dengan mengalihkan perhatian daripada dengan menarik perhatian.
Al-Jurjani: Guru dan pelajaran bersama menghasilkan pengajaran.
Farmadzi: Pengalaman-pengalaman ekstrim satu-satunya cara menuju berlangsungnya tujuan belajar dengan pantas.
Hamadani: Pelayanan kemanusiaan tidak sekadar membantu memperbaiki kehidupan. Melalui sarana tersebut, pengetahuan batiniah dapat dipelihara, dipusatkan dan disebarkan.
Yasavi: Aktikitas lokal merupakan garis pokok Jalan Darwis.
Barqi: Keindahan hanyalah merupakan bentuk paling rendah dari pemahaman terhadap yang Nyata.
Andaki: Usaha bukanlah usaha tanpa zaman, makan, ikhwan (waktu, tempat, orang yang tepat).
Ghajdawani: Kita bekerja di semua tempat dan waktu. Orang-orang percaya bahwa manusia menjadi penting jika ia terkenal. Hal sebaliknya mungkin merupakan kebenaran yang sebanding.
Ahmad Shadiq: Tanda Manusia yang Mencapai adalah manakala ia tidak salah melambangkan hal-hal yang khusus, atau menerjemahkan hal-hal yang simbolis.'
Faghnavi: Ilmu kita bukan dari dunia, melainkan tentang dunia.
Rewgari: Kebodohan adalah mencari sesuatu di tempat di mana imajinasi yang terdidik berharap ditemukan. Kenyataannya, ada di mana-mana sehingga engkau dapat menyarikannya.
Ramitani: Informasi menjadi terpotong, pengetahuan tidak. Apa yang menyebabkan terpotongnya informasi adalah tradisi keilmuan.
Samasi: Manusia memikirkan banyak hal. Ia berpikir dirinya Satu, pada umumnya ia beberapa. Sampai menjadi Satu, ia tidak dapat memiliki pemikiran yang cukup tentang apa sebenarnya dirinya.
Sokhari: Kita mengirim pelajaran ke Cina, dan menjadi orang Cina, kata mereka; karena mereka tidak dapat melihat orang yang mengirimnya. Kita kirim orang ke India, dan mereka bilang bahwa ia hanyalah orang Turki.
Naqsyabandi: Ketika orang-orang berkata 'menangis,' mereka tidak bermaksud 'selalu menangis'. Ketika mereka berkata jangan 'menangis,' mereka tidak bermaksud engkau tetap menjadi badut.
Aththar: Sebuah dokumen asli mungkin mengandung tujuh dasar kebenaran. Sebuah tulisan atau ceramah yang tampak tidak berarti, mungkin memiliki kandungan kebenaran yang sama banyak.
Khamosy: Bukan masalah apakah engkau belajar dengan ketenangan, dengan ceramah, dengan usaha, dengan kepatuhan. Masalahnya, bagaimana pelaksanaannya, bukan 'sudah dilaksanakan'.
Kasygari: Jika engkau tetap bertanya: 'Mengapa si anu mengajariku masalah ini atau itu, dan bagaimana menerapkannya?' --maka engkau tidak mampu memahami jawaban yang cukup dalam.
Charkhi: Tidak masalah di mana kebenaran ada di dalam dirimu, gurumu dapat membantu menemukannya. Jika ia menerapkan hanya satu rangkaian metode kepada setiap orang, ia bukan seorang guru, apalagi gurumu.
Samarqandi (Khwaja Ahrar): Untuk setiap tipu daya terdapat realitas yang palsu.
Al-Lahi: Kita tidak hidup di Timur atau Barat; kita tidak belajar di Utara, juga tidak mengajar di Selatan. Kita tidak terikat di jalan ini, tetapi kita mungkin terpaksa berbicara di jalan ini.
Al-Bukhari: Jalan yang mungkin dilewati tetesan air. Mungkin saja dilalui ketentuan-ketentuan yang kompleks.
Zahid: Ketika engkau melihat Sufi sedang belajar atau mengajar sesuatu yang tampaknya di luar bidang spiritualitas, engkau harus tahu bahwa terdapat spiritualitas zaman.
Darwis: Manakala ada waktu untuk keheningan; di masa persahabatan, persahabatan; di tempat usaha, usaha. Di waktu dan tempat segala sesuatu, segala sesuatu.
Samarqandi [Amini(k) I]: Berlalu dari waktu dan tempat menuju ke tanpa batas waktu dan tempat, ke dunia yang lain. Di sanalah asal-usul kita.
Simaqi: Jika engkau mengambil apa yang relatif menjadi apa yang absolut, engkau mungkin kehilangan. Jangan ambil apa pun, daripada berisiko.
Sirhindi: Jangan hanya berbicara tentang Empat Tarekat, atau tentang Tujuhpuluh Dua jalan, atau tentang 'Jalan sebanyak jiwa Manusia'. Bicaralah tentang jalan dan pencapaian. Semuanya lebih rendah daripada hal itu.
Ma'sum: Esensi (Dzat) terwujud hanya dalam pemahaman.
Arif: Barangkali berkembang secara independen. Orang-orang itu disebut daravish (para Darwis) bukanlah seperti apa yang engkau pikirkan. Oleh karena itu, pikirkan yang Sejati. Adalah sesuatu seperti apa yang engkau pikirkan.
Badauni: Engkau tidak dapat menghancurkan kami jika engkau menentang kami. Tetapi engkau dapat membuat sesuatu sulit bagi kami, kendati engkau menganggap membantu kami.
Jan-i-Janan: Manusia dapat mengambil bagian pada yang Abadi. Ia tidak dapat melakukannya dengan berpikir ia dapat memikirkan hal tersebut.
Dehlavi: Kita menghabiskan ruangan di suatu tempat. Jangan memberi tanda untuk menandai tempat. Cukup ambillah material yang menunjukkan tempat, sewaktu masih ada di sana.
Qandahari: Engkau mendengar kata-kataku. Dengarkan juga, bahwa ada kata-kata lain selain milikku. Bukan berarti mendengar dengan telinga fisik. Karena engkau hanya melihat aku, engkau mengira tidak ada Sufisme selain dariku. Engkau di sini untuk belajar, bukan untuk mengumpulkan informasi sejarah.
Jan-Fishari: Engkau mungkin mengikuti satu tarekat. Sadarilah bahwa itu membimbing ke Lautan. Jangan sampai keliru tarekat untuk ke Laut.

MU'JIZAT DAN MUSLIHAT

Suatu ketika Bahauddin menerima seorang Qalandar yang menawarkan diri melakukan keajaiban, sebagai bukti bahwa ia mewakili guru mistik paling agung.
Asy-Syah berkata:
"Kami di sini di Bukhara adalah komunitas yang unik, yang ditakdirkan untuk tidak menghasilkan atau membenarkan hal-hal khusus yang paling kecil, dengan peristiwa-peristiwa luar biasa yang disebut mu'jizat (keajaiban). Tetapi bernilai bagimu untuk menunjukkan di depan seluruh perkumpulan kaum darwis, dan semua yang datang menemui kami."
Maka waktu pertunjukan pun diatur untuk penampilan si Qalandar asing. Sepanjang hari ia menunjukkan keajaiban satu demi satu; ia membawa kematian menuju kehidupan, ia berjalan di atas air, ia membuat kepala yang terputus berbicara dan keajaiban-keajaiban lain.
Warga Bukhara gempar. Sebagian mengatakan bahwa ia pasti murid setan, karena mereka tidak mau menerima cara hidupnya atau mempercayainya sebagai kekuatan yang bermanfaat. Sebagian pendukung asy-Syah menyatakan diri mereka puas, "Matahari baru telah terbit", dan mereka berusaha mempersiapkan tempat ibadahnya. Sebagian murid baru asy-Syah memintanya menunjukkan keajaiban yang sama, untuk menunjukkan pada mereka bahwa ia mampu.
Bahauddin tidak berbuat apa pun selama tiga hari. Maka, di depan banyak orang, ia mulai menunjukkan apa yang dapat disebut keajaiban. Satu per satu, orang-orang melihat sesuatu yang sulit dipercaya. Mereka melihat, mendengar dan menyentuh hal yang bahkan tidak dapat dibayangkan tentang mu'jizat orang-orang suci sepanjang masa.
Maka Bahauddin, satu per satu, menunjukkan pada mereka, bagaimana muslihat yang dilakukan, dan bahwa mereka telah terpedaya.
"Kalian yang mencari permainan sulap -- ikuti jalan permainan sulap," katanya, "karena aku mengerjakan yang lebih serius."

PERTANGGUNGJAWABAN

Suatu malam, seorang pencuri yang berusaha memanjat jendela sebuah rumah yang hendak ia curi, terjatuh karena kusen jendela patah, membentur tanah dan mematahkan kakinya.
Ia pergi ke pengadilan menuntut pemilik rumah. Katanya:
"Tuntutlah tukang kayu yang memasangnya."
Tukang kayu menjawab:
"Tukang batu tidak membuat lubang yang cukup."
Ketika tukang batu dipanggil, ia berkata:
"Kesalahanku disebabkan oleh perempuan cantik yang melintas ketika aku sedang mengerjakan jendela."
Perempuan tersebut ditemukan, katanya:
"Saat itu aku mengenakan baju yang bagus. Biasanya, tidak seorang pun memandangku. Itu kesalahan bajunya, yang dicelup dalam garis-garis aneka warna."
"Sekarang kita memiliki orang yang berbuat kejahatan," ujar hakim, "panggil orang yang mencelupnya, dan ia harus bertanggung jawab atas kerusakan kaki pencuri."
Ketika mereka menemukan pencelupnya, ia berbalik ke suami perempuan tersebut. Begitulah bahwa ia - pencuri itu sendiri.

KEPALSUAN

Suatu hari seorang laki-laki pergi ke guru Sufi dan menjelaskan bagaimana guru yang salah menentukan latihan-latihan untuk pengikutnya.
"Orang tersebut jelas seorang penipu. Ia meminta muridnya untuk 'tidak berpikir apa pun'. Mudah mengatakan, yang karena mengesankan banyak orang. Tetapi mustahil untuk tidak berpikir apa pun."
Guru berkata padanya:
"Mengapa engkau datang menemuiku?"
"Untuk menunjukkan kemustahilan orang ini, dan juga mendiskusikan mistisisme."
"Tidak sekadar mencari dukungan atas keputusanmu, bahwa orang ini adalah seorang penipu?"
"Tidak, aku sudah tahu itu."
"Tidak untuk menunjukkan pada kami yang duduk di sini bahwa engkau lebih tahu daripada orang biasa, orang yang mudah tertipu?"
"Tidak, sebenarnya aku ingin engkau memberiku petunjuk."
"Baiklah. Petunjuk paling baik yang dapat kuberikan padamu adalah saran -- jangan berpikir apa pun."
Orang ini segera mengundurkan diri dari pertemuan tersebut, percaya bahwa sang guru seorang penipu.
Tetapi seorang asing, yang ketinggalan permulaan peristiwa tersebut, dan memasuki ruangan tepat pada saat guru mengatakan:
"Petunjuk paling baik yang dapat kuberikan padamu adalah jangan berpikir apa pun," ia sangat terkesan.
"Tidak memikirkan apa pun; sebuah konsep yang luhur!" katanya pada diri sendiri.
Dan ia pergi setelah acara hari itu, tidak mendengar apa pun yang membantah pemikiran tentang tidak berpikir apa pun.
Hari berikutnya salah seorang murid bertanya pada guru, siapa diantara dua orang tersebut yang benar.
"Tidak ada," katanya, "Mereka masih harus belajar bahwa ketamakan mereka adalah selubung, rintangan. Jawaban mereka tidak dalam satu kata, satu kunjungan, satu solusi mudah. Hanya melalui kontak berkelanjutan dengan ajaran yang diserap orang-orang, sedikit demi sedikit, yang kemudian terakumulasi secara berangsur-angsur menuju sebuah pemahaman akan kebenaran. Maka pencari menjadi penemu."
"Guru Rumi berkata, 'Dua orang datang padamu, satu memimpikan Surga, lainnya Neraka. Mereka bertanya, manakah yang nyata. Apa jawabannya?' Jawabannya adalah menghadiri ceramah guru sampai engkau berada dalam keadaan serasi."

PELAJARAN DAN KAFILAH

Syeikh Rewgari dikunjungi oleh orang yang mengaku sudah lama dan benar-benar diterima sebagai murid.
Syeikh berkata kepadanya tentang kehidupannya dan persoalannya, dan kemudian menyuruhnya pergi, sambil mengatakan, "Jawabanmu akan dikirim kepadamu pada waktunya."
Kemudian syeikh memanggil salah seorang murid seniornya, dan berkata, "Pergilah ke rumah si Fulan (calon murid) dan tanpa menyebut namaku. Tawari ia pekerjaan yang aman dan menguntungkan di kafilah dagangmu."
Segera jawaban datang dari calon murid kepada syeikh.
"Aku mohon maaf karena tidak menunggu Anda, sejak keberuntungan yang diberikan kepadaku, posisi yang bagus, oleh salah seorang pedagang terbesar di kota ini, dan aku harus mencurahkan seluruh waktuku untuk pekerjaan ini, demi kepentingan keluargaku."
Syeikh Rewgari pada beberapa kesempatan dengan tepat mengetahui bahwa pengunjung yang datang padanya, hanya karena mereka menderita kekecewaan dalam hidup. Ini bukan contoh yang langka tentang tindakannya tersebut.

LATIHAN BATINIAH

Setiap Manusia Sempurna, perasaannya sama dengan yang lain. Maksudnya, dengan tepat membiasakan diri melalui kekuatan Sekolah, seorang murid dapat berkomunikasi dengan Yang Maha Agung, seperti berkomunikasi dengan sesama mereka, melintasi waktu dan tempat.
Kita telah memperbarui substansi tradisi para Pendahulu. Kebanyakan diantara kaum darwis yang setia tidak melakukan hal ini, dan kita harus meninggalkan mereka pada apa yang ingin mereka lakukan. Jangan berselisih dengan mereka. 'Engkau pada Jalanmu, dan aku pada Jalanku.'
Tugas dan kegiatan Tarekat membentuk satu keseluruhan; Kebenaran, cara pengajaran dan peserta membentuk satu tangan, di mana orang bebal mungkin hanya melihat ketidaksamaan jari-jemari, bukan kombinasi tangan itu sendiri.
(Bahauddin Naqsyabandi)

TENTANG AGAMAMU

Di seluruh kepustakaan darwis engkau akan mendapati kami mengatakan berulang-ulang, bahwa kami tidak memperhatikan agamamu atau bahkan dengan kekurangannya. Bagaimana dapat hal ini disatukan dengan kenyataan bahwa penganut menganggap diri mereka sendiri yang terpilih?
Perbaikan manusia adalah tujuan, dan pengajaran batiniah seluruh keyakinan bertujuan demikian. Dalam usaha menyempurnakannya, selalu terdapat tradisi yang diteruskan olah penerus para ahli, yang memilih calon untuk diberi pengetahuan ini.
Diantara orang-orang, semua jenis ajaran ini telah diteruskan. Karena dedikasi kita pada esensi, kita harus, dalam jalan Darwis, mengumpulkan orang-orang yang tidak memperhatikan hal-hal eksternal, dan terus dijaga kemurnian, secara rahasia, kapasitas kita untuk melanjutkan suksesi. Dalam dogma agama kaum Yahudi, Kristen, Zoroaster, Hindu dan kaum literalis Islam, hal yang murni ini telah hilang.
Kita kembalikan semua prinsip utama ini ke seluruh agama tersebut, dan inilah mengapa engkau akan melihat banyak penganut Yahudi, Kristen dan lainnya diantara pengikutku. Kaum Yahudi mengatakan bahwa mereka Yahudi murni, demikian juga penganut Kristen.
Hanya ketika engkau mengetahui Faktor Tertinggi, maka engkau akan mengetahui situasi yang sebenarnya tentang agama saat ini, dan tentang ketidakpercayaan itu sendiri. Dan ketidakpercayaan sendiri merupakan agama dengan bentuk kepercayaannya sendiri.
(Ahmad Yasavi)

ISTANA PENCERAHAN
(Alasan-alasan bagi Penegakan Sebuah Tarekat)

Jalan (Tarekat) para Guru memperoleh substansinya dalam suksesi yang terus menerus dari waktu ke waktu paling awal. Mengandung hubungannya secara paralel, dengan guru-guru lama dan guru-guru kontemporer, melalui komunikasi langsung yang terjadi.
Saat ini banyak orang luar dibingungkan dengan fakta, bahwa terdapat perbedaan aliran (madzhab) dan formulasi di dalam Tarekat kami. Mereka semakin bingung karena, kendati pengikut satu aliran menghargai, memuja dan mengikuti satu guru dan metodenya, mereka mungkin pula bergabung dengan yang lain pada saat yang sama atau berbeda.
Alasannya, tidak jauh mencari, jika engkau tahu bagaimana mencarinya. Jawabannya, ada di aforisme kuno kami, 'Bicaralah pada Siapa pun, Sesuai dengan Permahamannya.'
Tugas guru adalah mengajar. Dalam mengajar ia harus mengingat akan kecenderungan dan pemikiran-pemikiran tertentu yang ada pada pengikutnya. Misalnya, ia harus menggunakan bahasa Bukhara kepada orang Bukhara, dan bahasa Baghdad bila di Baghdad.
Jika ia mengetahui apa yang ia ajarkan, ia menyusun bentuk luar sarana mengajarnya, seperti membangun bentuk fisik sekolah, sesuai dengannya. Juga keterlibatan adalah sifat dasar dan deskripsi para murid, dan kemampuan mereka.
Ambillah contoh dalam perkumpulan musik. Kita tidak mengikutinya atau menggunakan musik. Ini karena untuk waktu dan kedudukan kita, lebih banyak bahayanya daripada kebaikan. Musik, didengar dengan cara yang benar, meningkatkan pendekatan kepada Kesadaran. Tetapi akan membahayakan orang-orang yang tidak cukup siap, atau tipe yang tepat, untuk mendengar dan memainkannya.
Mereka yang tidak mengetahui ini menerima musik sebagai sesuatu yang sakral. Perasaan yang mereka alami selagi memperturutkannya, dengan salah mereka mengagungkannya. Kenyataannya, mereka menggunakannya untuk tujuan-tujuan lebih rendah, mengaduk-aduk sentimen, emosi yang tidak mempunyai dasar untuk kemajuan lebih jauh.
Kaum darwis ikut serta pada Tarekat paling sesuai dengan sifat dasar batiniah mereka. Mereka tetap bersama guru mereka sampai ia berkembang sejauh mungkin. Setelah itu, mungkin mereka pergi atau dikirim ke guru lain, agar mengambil bagian dalam latihan-latihan khusus yang digunakan dalam satu cara, sebagian cara lain. Sebagian dipertahankan, karena mereka tidak menerapkannya di tempat ini atau saat ini. Hampir sama dengan semua aliran lain. Itulah alasan bahwa di sini engkau akan menemukan guru-guru yang mempunyai jubah Izin untuk mengikutkan murid dari semua Tarekat, tetapi siapa yang bekerja dengan komunitas ini sesuai dengan kebutuhannya, berdasar pada ilmu asli di mana semua bentuk lainnya didasarkan.
Aliran kita didirikan berdasar otoritas pendahulu kita, yang dapat dibuktikan dan tanpa cela di dalam suksesi terus menerus, serta tercatat dari asal-usul spiritual. Bagaimanapun, sedikit yang engkau ketahui, betapa kecilnya anggapan-anggapan eksternal (yang memuaskanmu melalui reputasi moral kami) dalam perbandingan dengan Kebenaran Pengalaman fundamental, yang merupakan kekuatan warisan kami yang tidak terlihat.
(Bahauddin Naqsyabandi)

BAGIAN KEEMPAT: DIANTARA GURU BESAR

PERTEMUAN DENGAN KHIDR

Khidr adalah 'pemandu gaib' kaum Sufi, dan ia dipercaya sebagai Penuntun tanpa nama bagi Musa a.s. di dalam al-Qur'an. 'Orang Berbaju Hijau' ini sering dihubungkan sebagai 'Orang Yahudi' dan dalam legenda disamakan dengan tokoh-tokoh seperti St. George dan Elijah. Dongeng ini --atau laporan-- adalah karakteristik dari fungsi supranatural yang dihubungkan pada Khidr, baik dalam cerita rakyat maupun diantara guru-guru darwis.
Suatu ketika, saat berdiri di tepi sungai Oxus, aku melihat seorang pria tercebur. Pria lainnya, berbusana darwis, berlari menolongnya, tetapi dia sendiri terseret ke dalam air. Tiba-tiba aku melihat pria ketiga, berpakaian jubah berkilauan, hijau bercahaya, melemparkan diri ke air. Tetapi saat ia menyentuh permukaan air, bentuknya tampak berubah; ia bukan lagi seorang manusia, melainkan sebatang kayu. Dua orang lain berusaha meraihnya, dan bersama-sama mereka mencapai tepi.
Sulit untuk mempercayai apa yang telah kulihat, aku mengikuti dari kejauhan, menggunakan semak-semak yang tumbuh di sana sebagai pelindung. Dua pria menarik diri terengah-engah di tepian sungai; batang kayu tersebut terus hanyut. Aku mengawasinya, sampai jauh lepas dari pandangan, dan tersangkut di pinggir, dan pria berjubah hijau, basah kuyup, menarik diri ke pinggir. Air yang membasahinya mulai menetes; sebelum aku mencapainya, ia sudah hampir kering.
Aku menjatuhkan diri di depannya, menangis: "Anda pasti Khidr yang Hadir, Orang Berjubah Hijau, Guru Para Suci. Berkati aku, agar dapat mencapai." Aku takut menyentuh jubahnya, karena tampak menjadi seperti api hijau. Dia berkata; "Engkau sudah terlalu banyak melihat. Mengertilah bahwa aku datang dari dunia lain, dan aku tanpa mereka ketahui melindungi orang-orang yang telah melakukan pelayanan. Engkau mungkin murid Sayed Imdadullah, tetapi engkau belum cukup dewasa untuk mengetahui apa yang kami lakukan demi Allah."
Ketika aku mendongak, ia sudah lenyap, dan yang dapat aku dengar adalah suara gemuruh di udara.
Setelah kembali dari Khotan, aku melihat orang yang sama. Ia tengah berbaring di atas kasur jerami di sebuah tempat peristirahatan dekat Peshawar. aku berkata pada diriku sendiri, "Bila waktu lalu aku masih mentah, maka sekarang sudah dewasa."
Aku memegang jubahnya, yang ternyata sangat biasa --kendati di baliknya aku melihat sesuatu kilau hijau.
"Anda pasti Khidr," kataku padanya, "Tetapi aku harus tahu bagaimana orang yang tampak biasa seperti Anda menunjukkan keajaiban-keajaiban ... dan mengapa. Jelaskan keahlian Anda padaku, agar aku dapat melakukannya pula."
Ia tertawa, "Engkau tidak sabar, temanku! Waktu lalu engkau terlalu keras kepala --dan sekarang masih keras kepala. Pergilah, ceritakan pada siapa pun yang engkau jumpai bahwa engkau telah bertemu Khidr Ilyas; mereka akan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa, dan semakin bersikeras bahwa engkau benar, mereka akan semakin mengikatmu."
Kemudian ia mengambil sebuah batu kecil. Aku menatapnya -- dan mendapatkan diriku lumpuh berubah seperti batu, sampai ia mengambil tas-pelananya dan berlalu.
Ketika aku ceritakan kisah ini, orang-orang tertawa atau menganggapku tukang cerita, dan memberiku hadiah.

HASAN AL-BASHRI

Ketika ia ditanya: "Apakah Islam, dan siapakah ummat Muslim?" ia menjawab: "Islam ada di dalam buku, dan muslim ada di pusara."

APA YANG SESUNGGUHNYA DIKETAHUI MANUSIA

Manusia menganggap, secara khayal, bahwa mereka mengetahui Kebenaran dan pemahaman Ilahiyah. Kenyataannya, mereka tidak tahu apa-apa.
(Al-Jurjani)

SUFYAN ATS-TSAURI

Seorang pria dalam mimpinya berjumpa dengan Sufi yang dihormati karena perbuatan baiknya. "Aku diberi penghargaan karena menyingkirkan kulit buah di jalan, yang seseorang dapat terpeleset olehnya," ujar si Sufi.
Ketika hal ini dilaporkan kepada Sufyan ats-Tsauri, berkata; "Betapa beruntungnya ia tidak dihukum untuk setiap peristiwa dimana ia beramal dan merasa senang atas perbuatan itu."
(Al-Ghazali)

DOSA

Dosa menentang Allah adalah satu hal; tetapi dosa pada sesama manusia adalah lebih buruk.
(Sufyan ats-Tsauri)

MANUSIA HARUS DALAM KEADAAN BENAR

Uwais al-Qarni berkata pada beberapa pengunjung:
"Apakah engkau mencari Allah? Jika demikian, mengapa engkau datang kepadaku?"
Para pengunjung hanya berpikir bahwa mereka memang mencari Allah. Kehadiran mereka dan emanasi (pancaran) mereka terbuka.
"Jika engkau tidak demikian," lanjut Uwais, "kendaraan apa yang mengangkut dirimu denganku?"
Karena mereka para cendekiawan dan emosionalis, mereka tidak dapat memahaminya.

BAYAZID AL-BISTHAMI

Seorang Majusi pemuja api ditanya, mengapa ia tidak menjadi Muslim.
Ia menjawab:
"Jika maksudmu bahwa aku harus menjadi orang sebaik Bayazid, aku tidak berani. Bagaimanapun, jika maksudmu aku harus menjadi orang sejelek engkau, aku tidak sudi."

KELAS

Kelas-kelas yang lebih rendah pada masyarakat adalah mereka yang mempergemuk diri sendiri dalam kehidupan atas nama agama.
(Ibnu al-Mubarak)

NAMA-NAMA

Engkau menyebutku orang Kristen, untuk membuatku marah dan membuat dirimu sendiri merasa senang. Lainnya menyebut diri mereka orang Kristen, untuk membuat diri mereka sendiri merasakan emosi yang lain. Baiklah jika kita berurusan dengan kata-kata yang menyenangkan, aku akan menyebutmu penyembah setan. Itu akan memberimu suatu agitasi yang akan menyenangkan dirimu untuk beberapa waktu.
(Zabardast Khan)

BAYAZID AL-BISTHAMI

Seorang pria religius yang tulus, murid Bayazid, suatu hari berkata padanya:
"Aku terkejut bahwa seseorang yang menerima Allah tidak harus hadir di masjid untuk shalat."
Bayazid menjawab:
"Aku, di lain pihak, terkejut bahwa siapa pun yang mengetahui Allah dapat memuja dan tidak kehilangan akal sehatnya, menjalankan shalatnya yang tidak sempurna."

MELAYANI

Aku tidak akan melayani Allah seperti seorang buruh, dalam pengharapan akan upahku.
(Rabi'ah al-Adawiyah)

MENJADI SEORANG BERIMAN

Engkau mungkin melihat dirimu sendiri menjadi seorang beriman, bahkan bila engkau adalah penganut kemusyrikan.
Tetapi engkau tidak dapat benar-benar percaya pada sesuatu sampai engkau menyadari proses di mana engkau berada pada posisimu.
Sebelum engkau melakukan ini, engkau harus siap pada dalil (postulat), bahwa semua keyakinanmu mungkin salah, bahwa apa yang engkau anggap keyakinan mungkin hanya sejenis prasangka yang disebabkan oleh sekitarmu --termasuk warisan leluhurmu, yang engkau mungkin memiliki keterikatan perasaan padanya.
Keyakinan sejati milik kerajaan pengetahuan sejati. Hingga engkau memiliki pengetahuan, keyakinan adalah gabungan opini semata, bagaimanapun hal itu mungkin tampak bagimu. Gabungan opini melayani kehidupan biasa. Keyakinan hakiki dimungkinkan oleh pembelajaran yang lebih tinggi.
(Diatributkan pada Ali)

PANDAI BESI DARI NISYAPUR

Abu Hafsh sang pandai besi dari Nisyapur menunjukkan tanda-tanda anugerah yang aneh melalui kekuatan perhatiannya, dari awal ia menjadi murid. Ia diterima sebagai penganut Syeikh Bawardi, dan kembali ke bengkel melanjutkan kerjanya. Ketika pikirannya terpusat, ia menarik sepotong besi membara dari tempaan dengan tangan telanjang. Kendati ia tidak merasa panas, pembantunya pingsan melihat pemandangan yang belum pernah terjadi ini.
Ketika ia menjadi Syeikh Agung kaum Sufi di Khurasan, tercatat bahwa ia tidak berbicara bahasa Arab dan menggunakan penerjemah ketika berbicara dengan pengunjung Arab. Namun, ketika ia mengunjungi Sufi agung di Baghdad, ia berbicara dengan bahasa demikian bagus sehingga kemurnian bicaranya tidak tertandingi.
Ketika Syeikh Baghdad memintanya untuk mengatakan pada mereka arti kemurahan hati, ia menjawab, "Aku akan mendengar penjelasan yang lain lebih dulu."
Guru al-Junaid kemudian berkata, "Kemurahan hati adalah tidak menyamakan kemurahan hati dengan dirimu sendiri, dan tidak mempertimbangkannya."
Abu Hafsh berkomentar, "Perkataan Syeikh sangat bagus. Tetapi aku merasa bahwa kemurahan hati berarti melakukan keadilan tanpa menghendaki keadilan."
Al-Junaid berkata pada yang lain, "Berdirilah kalian semua! Karena Abu Hafsh melebihi Adham dan seluruh bangsanya."
Abu Hafsh pernah berkata, "Aku meninggalkan kerja, dan kemudian kembali. Lalu kerja meninggalkanku, dan aku tidak pernah kembali."
(Hujwiri: The Revelation of the Veiled)

ASY-SYIBLI DAN AL-JUNAID

Abu Bakr ibnu Dulaf ibnu Jahdar ('asy-Syibli'), dan Abul Qasim al-Junaid, si 'Merak Kaum Terpelajar', adalah dua guru Sufi awal. Mereka berdua hidup dan mengajar lebih dari seribu tahun yang lalu. Kisah tentang masa belajar asy-Syibli di bawah al-Junaid, diberikan di sini, diambil dari The Revelation of the Veiled, salah satu dari buku-buku penting dalam bidangnya. al-Junaid sendiri memperoleh spiritualitasnya melalui pengaruh Ibrahim ibnu Adham ('Ibnu Adhem' dalam puisi Leigh Hunt), ia sebagaimana Budha, adalah seorang pangeran yang turun tahta mengikuti tarekat (Jalan), dan meninggal pada abad kedelapan.
Asy-Syibli, anggota istana yang angkuh, pergi ke al-Junaid, mencari pengetahuan sejati. Katanya, "Aku dengar bahwa engkau mempunyai karunia pengetahuan. Berikan, atau juallah padaku."
Al-Junaid berkata, "Aku tidak dapat menjualnya padamu, karena engkau tidak mempunyai harganya. Aku tidak memberikan padamu, karena yang akan kau miliki terlalu murah. Engkau harus membenamkan diri ke dalam air, seperti aku, supaya memperoleh mutiara."
"Apa yang harus kulakukan?" tanya asy-Syibli.
"Pergilah dan jadilah penjual belerang."
Setahun berlalu, al-Junaid berkata padanya, "Engkau maju sebagai pedagang. Sekarang menjadi darwis, jangan jadi apa pun selain mengemis."
Asy-Syibli menghabiskan satu tahun mengemis di jalanan Baghdad, tanpa keberhasilan. Ia kembali ke al-Junaid, dan sang Guru berkata kepadanya:
"Bagi ummat manusia, kau sekarang ini bukan apa-apa. Biarkan mereka bukan apa-apa bagimu. Dulu engkau adalah gubernur. Kembalilah sekarang ke propinsi itu dan cari setiap orang yang dulu kau tindas. Mintalah maaf pada mereka." Ia pergi, menemukan mereka semua kecuali seorang, dan mendapatkan pengampunan mereka.
Sekembalinya asy-Syibli, al-Junaid berkata bahwa ia masih merasa dirinya penting. Ia menjalani tahun berikutnya dengan mengemis. Uang yang diperoleh, setiap senja dibawa ke Guru, dan diberikan kepada orang miskin. Asy-Syibli sendiri tidak mendapat makanan sampai pagi berikutnya.
Ia diterima sebagai murid. Setahun sudah berlalu, menjalani sebagai pelayan bagi murid lain, ia merasa menjadi orang paling rendah dari seluruh makhluk.
Ia menggunakan ilustrasi perbedaan antara kaum Sufi dan orang yang tidak dapat diperbaiki lagi, dengan mengatakan hal-hal yang tidak dapat dipahami masyarakat luas.
Suatu hari, karena bicaranya tidak jelas, ia telah diolok-olok sebagai orang gila di masyarakat, oleh para pengumpat. Dia berkata:
Bagi pikiranmu, aku gila.
Bagi pikiranku, engkau semua bijak.
Maka aku berdoa untuk meningkatkan kegilaanku
Dan meningkatkan kebijakanmu
'Kegilaanku' dari kekuatan Cinta;
Kebijakanmu dari kekuatan ketidaksadaran.

GHULAM HAIDAR DARI KASHMIR

Mendengarkan suatu perdebatan diantara murid-muridnya, mengenai pentingnya ketaatan dengan sangat teliti terhadap hukum keagamaan, sebagai sarana penerangan, Ghulam Haidar memberi perintah, atas suatu alasan, agar mengumpulkan orang-orang berikut dan dibawa ke hadapannya;
Seorang Yahudi, seorang Kristen, seorang Zoroaster, seorang pendeta Hindu, seorang Sikh, seorang Budha, seorang Farangi ('Frank' atau Kristen), seorang Syiah, seorang Sunni, seorang penyembah berhala, dan lainnya. Terakhir, termasuk pedagang, pekerja, petani, pendeta dan pramuniaga, tukang roti dan berbagai tipe perempuan.
Selama tiga tahun murid-muridnya mengumpulkan orang-orang ini di satu tempat secara bersamaan, tidak memberitahu mereka bahwa kehadiran mereka diminta oleh guru. Dalam usaha tersebut, mereka menyebarkan rumor, tentang harta karun di Kashmir, dijadikan pedagang, dikirim ke tempat jauh untuk menjadi guru pribadi serta pelayan. Akhirnya, semua terkumpul. Ketika diberitahu bahwa sudah ada, Ghulam Haidar menyuruh mereka agar orang-orang tersebut diundang makan di Gedung Kuliahnya, Zawiya.
Ketika semua selesai makan, Pir (Ghulam Haidar) menunjukkan kepada tamu yang sebagian besar adalah orang-orang asing yang tidak mengikuti ajarannya. Juga hadir semua murid, yang telah diberitahu tidak boleh ikut ambil bagian dalam acara tersebut, kecuali menonton.
Ghulam Haidar berbicara dalam beberapa bahasa, menjelaskan perlunya bagi manusia untuk mengabdikan dirinya pada usaha, dan menguasai misteri yang menjadi hak asasinya, tanpa memperhatikan prasangkanya.
Tanpa kecuali, orang-orang tersebut berhasrat mengikuti Pir, dan rasa saling benci mereka hilang. Dan tamu-tamu tersebut tersebar, bahwa guru dikenal sebagai 'Sepotong Roti'; mereka 'Adonan yang dibuat Kashmir Pir', tanpa menghiraukan prasangka dasar mereka.
Setelah pertemuan ini, Haidar berkata: "Adonan adalah adonan," dan "satu adonan tidak lebih baik dari yang lainnya."

JANGAN MAKAN BATU

Seorang pemburu berjalan menembus hutan, dan ia melihat sebuah papan pemberitahuan yang dibacanya: 'Dilarang Makan Batu'.
Keingintahuannya timbul, dan ia mengikuti jalan setapak melewati tanda tersebut sampai tiba di sebuah gua, di pintu masuk terdapat seorang Sufi sedang duduk.
Sufi berkata padanya:
"Jawaban untuk pertanyaanmu adalah bahwa engkau tidak pernah melihat sebuah pemberitahuan larangan makan batu, karena memang tidak dibutuhkan siapa pun. Tidak makan batu bisa disebut kebiasaan umum."
"Hanya apabila manusia mampu menghindari kebiasaan lain yang sama, bahkan lebih destruktif daripada makan batu, ia akan bisa melebihi keadaannya yang menyedihkan pada saat ini."

MENGAPA ANJING TIDAK DAPAT MINUM

Asy-Syibli ditanya:
"Siapa yang membimbingmu di jalan?"
Ia berkata, "Seekor anjing. Suatu hari aku melihatnya hampir mati kehausan, berdiri di tepi air. Setiap kali melihat bayangannya di air, ia ketakutan dan mundur, karena dikiranya itu anjing lain. Akhirnya, karena sangat membutuhkan, ia mengusir rasa takutnya dan melompat ke air; dan 'anjing lain' itu pun lenyap."
Anjing tersebut menemukan bahwa rintangan, yang ternyata dirinya sendiri, penghalang antara dirinya dan apa yang ia cari, mencair.
"Dalam cara yang sama, rintanganku sendiri lenyap, ketika aku tahu bahwa itu adalah apa yang kuambil sebagai milikku sendiri. Dan jalanku pertama kali ditunjukkan padaku melalui perilaku seekor anjing."

PERAGAAN LATIHAN

Suatu hari, orang yang jahat mengundang Osman al-Hiri untuk makan bersamanya. Ketika Syeikh datang, orang tersebut mengusirnya. Tetapi ketika sudah pergi beberapa langkah, ia memanggilnya kembali.
Hal ini terjadi lebih dari tigapuluh kali, sampai orang lain, tidak sabar melihat kesabaran dan kelembutan sang Sufi, segera berlutut mohon ampun.
"Engkau tidak mengerti," ujar al-Hiri, "Apa yang kulakukan tidak lebih dari yang dilakukan anjing terlatih. Kalau engkau memanggilnya, ia datang; ketika engkau mengusirnya, ia pergi. Perilaku ini bukan ciri Sufi, dan tidak sulit dilakukan oleh siapa pun."

APA YANG DIUCAPKAN SETAN

Pada suatu ketika terdapatlah seorang darwis. Saat duduk merenung, ia memperhatikan bahwa terdapat semacam setan di dekatnya.
Si darwis berkata, "Mengapa engkau duduk di sana, tidak berbuat jahat?"
Setan mendongakkan kepala dengan letih, "Sejak para ahli dan calon guru di tarekat semakin bertambah, tidak ada lagi yang dapat kulakukan."

EMPAT SYEIKH DAN KHALIFAH

Khalifah Manshur memutuskan untuk mengangkat salah satu dari empat Syeikh Sufi Agung, menjadi Hakim Agung di Kerajaan. Mereka dipanggil ke Istana -- Abu Hanifah, Sufyan ats-Tsauri, Misar dan Syuraih -- tetapi di jalanan mereka sudah membuat rencana.
Abu Hanifah, salah seorang dari Empat Doktor Utama Ilmu Hukum, sebagaimana dia sekarang disebut, berkata: "Aku akan lari dari kedudukan tersebut dengan pengelakan. Misar akan berpura-pura gila. Sufyan akan melarikan diri; dan aku perhitungkan bahwa Syuraih yang akan menjadi Hakim."
Sufyan segera pergi dan menghilang, melarikan diri menjadi terhukum karena tidak setia. Tiga orang yang lainnya masuk dan mendatangi Khalifah.
Pertama, Manshur berkata pada Abu Hanifah, "Engkau akan menjadi Hakim."
Abu Hanifah menjawab, "Wahai Pemimpin Ummat, aku tidak bisa, aku bukan orang Arab; oleh karena itu aku tidak mungkin diterima oleh orang-orang Arab."
Khalifah berkata, "Ini tidak berkaitan dengan darah. Kita perlu pelajaran, dan engkau guru paling dihormati saat ini."
Abu Hanifah bersikeras, "Jika kata-kataku benar, aku tidak dapat menjadi Hakim. Dan jika mereka salah, aku tidak pantas untuk kedudukan itu, dan karena itu aku tidak memenuhi syarat."
Maka Abu Hanifah menjelaskan maksudnya, dan dibebaskan.
Misar, calon kedua yang merasa segan, mendekati Pemimpin Ummat dan menyentuh tangannya, menangis:
"Apakah engkau baik-baik, engkau dan si kecil dan ternakmu?"
"Bawa dia," teriak Khalifah, "Karena jelas ia gila."
Hanya tinggal Syuraih, dan mengaku sakit. Tetapi Manshur menyuruhnya menjalani pengobatan, dan menjadikannya Hakim.

MASALAH KEHORMATAN

Seorang Sufi pengembara, ditemukan di padang pasir, dibawa ke tenda kepala suku Badui yang liar.
"Kau mata-mata musuh kami, dan karena itu kami akan membunuhmu," ujar kepala suku.
"Aku tidak bersalah," jawab Sufi.
"Kau lihat pedang ini?" tanya Sufi, menggambar pedang. "Sebelum kau dapat mendekatiku, akan kubunuh salah satu dari orang-orangmu di sini. Jika kulakukan; kau akan memiliki hak yang sah untuk membalas kematiannya. Sementara melakukan itu, aku akan menyelamatkan kehormatanmu, yang saat ini dalam bahaya karena ternoda oleh darah seorang Sufi."

FUDHAIL ORANG JALANAN DAN ANAKNYA

Fudhail ibnu Ayyadh, dulunya adalah orang gelandangan. Setelah berubah ke kehidupan religius, ia merasa bahwa dirinya menyembah Allah di jalan yang benar dan membayar perbuatan jahatnya, karena itu ia mencari semua korban dan mengganti kerugian mereka. Suatu hari, ia merasakan pengalaman aneh. Ia meletakkan anaknya di lututnya dan menciumnya. "Apakah engkau menyayangiku?" tanya si anak, "Ya, tentu saja," jawab Fudhail. "Tetapi bukankah engkau juga menyayangi Allah, seperti yang sering engkau katakan padaku?" "Ya, aku yakin demikian," jawab si ayah.
"Tetapi bagaimana, engkau dapat dengan satu hati mencintai dua kekasih?"
Sejak saat itu Fudhail menyadari bahwa apa yang dicintai, sesungguhnya hanyalah sentimentalitas, dan bahwa ia harus menemukan bentuk cinta yang lebih tinggi.
Peristiwa tersebut adalah merupakan asal perkataannya:
"Apa yang secara umum dianggap sebagai pencapaian ummat manusia paling tinggi atau mulia, sesungguhnya adalah tingkatan paling rendah dari hal-hal tinggi yang mungkin dicapai bagi ummat manusia."

MASALAH KEDERMAWANAN

Seorang murid, memberi hormat kepada Sufi, dengan penuh ingin tahu ia bertanya, "Mengapa tigapuluh bagal Herat yang amat bagus ada di halaman Anda?"
Sang Guru menjawab, "Mereka untukmu."
Murid senang sekali mendengar bahwa mereka semua untuknya, kendati demikian ia bertanya, "Aku harus membayar tentunya?"
"Harganya," ujar guru, "mungkin lebih dari yang dapat kau bayar dengan dirimu sendiri. Tetapi syaratnya, jangan mengatakan pada siapa pun bahwa aku memberimu bagal. Aku di sini bukan untuk dikenal sebagai 'orang baik' diantara orang lain karena perbuatan demikian. Pada umumnya orang berpikir bahwa sesuatu 'baik' yang akibat dan asalnya tidak dapat mereka mengerti."
"Tidak ada yang lebih kecil daripada hargamu," jawab murid. Ia tuntun bagal-bagal tersebut dengan gembira, berbicara pada dirinya sendiri, "Guruku sesungguhnya menguntungkan diriku. Ini manifestasi luar dari suatu berkah bagian dalam."
Senja tiba, dan dalam beberapa saat murid tersebut sudah ditangkap patroli malam. Salah seorang dari mereka bicara pada yang lain, "Kita tuduh saja orang ini atas kejahatan tertentu yang tidak dapat kita pecahkan. Kita dapat menduga bahwa ia membeli bagal-bagal ini dari keuntungannya mencuri, jika ia tidak dapat mempertanggungjawabkan kemilikan mereka. Ia mungkin bersalah, tengah dalam pengobatan dan miskin. Sebagian dari kita pernah melihatnya sebelumnya, dan percaya bahwa ia mempunyai teman dengan karakter rneragukan."
Dibawa ke depan pengadilan sumir, si murid pertama-tama menolak menjawab berbagai pertanyaan tentang asal-mula bagal tersebut. Hakim yang memeriksa memerintahkan agar ia dimasukkan ke tempat interogasi.
Sementara itu, murid yang lain mendatangi guru, yang mengirim mereka, secara berantai, mengikuti nasib dari murid pertama.
Mereka melaporkan, dari waktu ke waktu, "Ia menolak bicara," dan, "Ia semakin lemah -- mereka menyiksanya."
Akhirnya Sufi berdiri dan tergopoh-gopoh menuju pengadilan.
Ia bersaksi hahwa dirinya yang memberi bagal-bagal kepada orang tersebut,. karenanya si tahanan dibebaskan. Kemudian ia menunjuk pengadilan, muridnya dan publik, yang bingung atas peristiwa tersebut:
"Reputasi kedermawanan mengandung tiga kejahatan; ia dapat merusak manusia yang mempunyai reputasi ini; dapat membahayakan manusia yang memuja kedermawanan jika ia menirunya secara bebal; dapat mengikis siapa pun yang menerima kedermawanan jika ia tahu pemberinya. Seharusnya tidak ada kewajiban apa-apa. Itulah mengapa Sufi berkewajiban melatih kedermawanan dengan kerahasiaan yang lengkap.
Bentuk kedermawanan paling tinggi yang dikenal orang awam sebanding dengan tingkat paling rendah kedermawanan sejati. Semula diadakan sebagai cara mengenalkan orang pada kebebasan. Kemudian menjadi berhala dan kutukan."

ORANG YANG BERUNTUNG

Al-Mahdi Abbassi mengemukakan pendapat yang dapat dibuktikan bahwa, apakah orang-orang mencoba membantu seseorang atau tidak sesuatu yang ada pada seseorang dapat menggagalkan sebuah tujuan tersebut.
Beberapa orang keberatan dengan teori ini, ia menjanjikan sebuah demonstrasi. Ketika setiap orang lupa peristiwa tersebut, al-Mahdi menyuruh seorang pria meletakkan sekarung emas di tengah jembatan. Pria lain diminta membawa orang berhutang yang tidak beruntung ke salah satu ujung jembatan dan menyuruhnya menyeberang.
Abbassi dan saksi-saksinya berdiri di ujung jembatan yang lain. Ketika orang itu pergi ke ujung lain, Abbassi bertanya padanya, "Apa yang kau lihat di tengah jembatan?"
"Tidak ada,", jawabnya.
"Bagaimana bisa demikian?"
"Segera setelah aku mulai menyeberangi jembatan, pikiran yang ada padaku adalah bahwa barangkali menyenangkan menyeberang dengan mata tertutup. Dan kulakukan."

BUNGA DAN BATU

Ketika guru agung dan syuhada Manshur al-Hallaj berada di tengah kerumunan, dihukum karena kemurtadan dan bid'ah, ia tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan saat tangannya dipotong di depan umum.
Ketika kerumunan orang melempar batu yang menyebabkan luka parah, ia tenang saja. Salah seorang temannya, seorang guru Sufi, mendekatinya dan memberinya -- bunga.
Manshur berteriak seolah dalam siksaan.
Ia melakukan ini untuk menunjukkan bahwa ia tidak dapat disakiti oleh perbuatan orang-orang yang mengira mereka berbuat benar. Tetapi hanya sentuhan dari orang yang tahu, seperti dia, bahwa dirinya dihukum dan dituduh dengan tidak adil, jauh lebih menyakitkan baginya dari siksaan apa pun.
Manshur dan teman Sufinya, tidak berdaya kendati mereka ada di depan tirani seperti itu, teringat akan pelajaran tersebut. Sementara penganiaya-penganiaya mereka hampir terlupakan.
Saat sekarat, Manshur berkata, "Orang-orang di dunia ini mencoba berbuat baik. Aku anjurkan engkau mencari sesuatu di mana bagian paling kecilnya lebih berarti daripada semua kebaikan; pengetahuan tentang kebenaran -- pengetahuan sejati."

HANBAL DAN PEMIKIRAN YANG TERKONDISI

Ahmad ibnu Hanbal adalah pendiri salah satu dari empat madzhab hukum yang besar, dan sahabat beberapa Guru Sufi awal. Di masa tua dan lemahnya, sebuah kelompok bid'ah di Baghdad merampas kekuasaan dan mencoba menyingkirkan dirinya, yang dari sudut pandang mereka dianggap sebagai kebenaran.
Imam Ahmad menolak, maka ia diberi seribu cambukan dan disiksa. Sebelum mati, dan memang meninggal segera setelah disiksa, ia ditanya apa yang ia pikirkan tentang pembunuh-pembunuhnya.
Katanya, "Aku hanya dapat mengatakan bahwa mereka memukulku karena mereka percaya bahwa mereka benar dan aku salah. Bagaimana aku dapat menuntut keadilan terhadap mereka yang percaya bahwa mereka benar?"

ORANG PERCAYA APA YANG DIKIRA BENAR

Ajaran, sebagaimana kebiasaannya, sepanjang urusan kehidupan secara umum. Syeikh Abu Thahir al-Harami mengendarai keledainya ke pasar, seorang murid mengikuti di belakang.
Di sisinya, seseorang berteriak, "Lihat, ini orang kafir kuno!"
Sang pengikut al-Harami, timbul amarahnya, berteriak pada tukang fitnah tersebut. Sebelum pertikaian semakin sengit, Sufi menenangkan muridnya, berkata, "Jika engkau menghentikan pertengkaran ini, aku akan menunjukkan padamu bagaimana engkau dapat melarikan diri dari persoalan seperti ini."
Mereka pergi bersama ke rumah Syeikh. Lantas Syeikh menyuruh pengikutnya membawakan sekotak surat: "Lihatlah ini. Semua surat ini ditujukan padaku. Tetapi mereka menulis istilah yang berbeda. Ini seseorang menyebutku 'Syeikh Islam', kemudian, 'Guru Mulia'. Lainnya mengatakan aku 'Orang Bijak dari Altar Kembar'. Dan sebutan-sebutan lainnya.
Amatilah bagaimana masing-masing sebutanku sesuai dengan anggapan mereka. Tetapi aku tidak satu pun seperti apa yang ia pikirkan demikian. Demikian itulah yang baru saja dilakukan orang malang di pasar tadi. Dan engkau menolaknya. Mengapa engkau berbuat demikian -- sudah menjadi aturan umum dalam kehidupan?"

ARAH MANA YANG BENAR?

Seorang bijak yang dihormati secara luas, menjadi irrasional dalam mengajukan fakta-fakta dan argumentasi. Diputuskan untuk mengujinya, sehingga yang berwenang di negara tersebut dapat menyatakan apakah ia membahayakan tatanan masyarakat atau tidak.
Pada hari pengujian, ia berparade melewati ruang pengadilan menunggang seekor keledai, menghadap ke belakang keledai. Ketika saatnya berbicara untuk dirinya sendiri, ia berkata pada hakim:
"Saat Anda melihatku tadi, ke arah mana aku menghadap?"
Hakim menjawab, "Menghadap ke arah yang salah."
"Anda menggambarkan maksudku," jawabnya, "karena aku telah menghadap ke arah yang benar, dari sudut pandangku. Keledainyalah yang menghadap ke arah yang salah."

SANG GURU

Berkaitan dengan guru Sufi, bahwa di masa mudanya, ia ingin mendekatkan diri pada guru yang tengah mengajar. Maka ia mencari guru, dan minta menjadi muridnya.
Guru berkata, "Kau belum siap."
Karena anak muda itu terus bersikeras, guru mengatakan, "Baiklah, aku akan mengajari engkau sesuatu. Aku akan pergi haji ke Mekkah. Ikutlah bersamaku."
Si murid sangat gembira.
"Karena kita bepergian bersama," ujar guru, "yang satu harus memimpin, lainnya patuh. Pilih peranmu."
"Aku akan mengikuti, Anda memimpin," jawab murid.
"Jika kau tahu bagaimana mengikuti," ujar guru.
Perjalanan dimulai. Saat mereka istirahat semalam di padang pasir Hijaz, mulailah hujan. Guru berdiri dan memegang penutup untuk murid, melindunginya.
"Tetapi ini yang seharusnya kulakukan untuk Anda," ujar si murid.
'Aku perintahkan kau untuk membiarkan aku melindungimu," ujar guru.
Saat tengah hari, anak muda berkata, "Sekarang hari baru. Biarkan aku jadi pemimpin, dan Anda mengikutiku." Guru setuju.
"Sekarang aku akan mengumpulkan ranting kayu, untuk membuat api," kata anak muda.
"Kau tidak boleh melakukan itu, aku yang akan mengumpulkannya," jawab guru.
"Aku perintahkan Anda duduk di sana sementara aku mengumpulkan ranting kayu," ujar si anak muda.
"Kau tidak boleh melakukan ini," jawab guru, "karena ini tidak sesuai dengan persyaratan pengikut membiarkan dirinya dilayani oleh pemimpin."
Maka pada setiap kesempatan, Guru menunjukkan pada murid, apa sesungguhnya arti murid, melalui demonstrasi. Mereka berpisah di pintu gerbang Kota Suci. Menemui guru selanjutnya, anak muda itu tidak dapat menemukannya.
"Itulah yang harus kau pelajari," ujar orang lebih tua darinya, "adalah sesuatu tentang sikap dasar hubungan murid."
Murid harus tahu bagaimana mematuhi, bukan semata ia harus taat. Pertanyaan apakah menjadi murid atau tidak, datang setelah seseorang tahu apa sesungguhnya murid. Orang-orang menghabiskan waktu mereka bertanya-tanya apakah mereka harus menjadi murid -- atau yang lainnya. Sejak asumsi mereka (bahwa mereka dapat menjadi murid jika mengharapkannya) tidaklah benar, mereka hidup di dunia yang salah, dunia kaum intelektual. Orang-orang seperti itu tidak mempelajari pelajaran pertama.

HILALI DARI SAMARKAND

Hilali, ditemani lima muridnya, melakukan perjalanan jauh melintasi Asia Tengah. Dari waktu ke waktu, Hilali membuat rombongannya bertindak dalam cara beragam. Inilah beberapa petualangan mereka:
Ketika mereka mencapai Balkh dan utusan dari penduduk kota datang menyambut Guru, Hilali berkata kepada Yusuf Lang, "Kau jadilah Guru." Yusuf pun diterima dan dihormati. Laporan-laporan menyebar tentang keajaiban yang terjadi hanya dengan tinggal di bawah atap yang sama seperti orang-orang sakit. "Inilah apa yang orang-orang pikir mengenai kedarwisan, dan apa yang kita tahu tidaklah demikian," ujar Hilali.
Di Surkhab, rombongan memasuki kota yang semua penduduk berpakaian sama, tidak seorang pun berjalan di depan yang lain. "Manakah Guru Agung?" tanya pemimpin kota. "Akulah ia," jawab Hilali. Tiba-tiba mereka mundur sambil berseru, "Kami mengetahuinya melalui Cahaya Matanya."
"Ambil pelajaran dari ini," ujar Hilali kepada rombongannya.
Ketika memasuki Qandahar mereka diberi banyak makanan oleh Pemimpin Sardar, semua duduk melingkar. Hilali memberi perintah bahwa ia harus diperlakukan seperti murid, dan Jafar Akhundzada diperlakukan seperti Guru. Tetapi Pemimpin Sardar berkata, "Bahwasanya, rombongan ini bersinar dengan cahaya spiritual, dan apa pun yang kau katakan tentangnya, aku menganggapnya sebagai Qutub, Pusat Daya Tarik Zaman."
Semua menghormati Hilali, yang terpaksa memperkenalkan diri, Sardar meskipun penguasa, juga mempunyai kapasitas merasakan apa yang tidak dirasakan orang lain.

KUTUKAN ORANG BADUI

Suatu hari, di Oasis Kufah, seorang suku Badui yang kasar melangkahi Hasan, cucu Nabi Muhammad saw, dan mencacinya, ayahnya dan ibunya.
Hasan berkata, "Orang Badui, apakah kau perlu bantuan? Apa masalahmu?"
Tetapi si Badui, tanpa memperhatikan sama sekali, terus berteriak dan menyumpah. Hasan membawa uang dan memberikannya pada orang tersebut, dan bicara padanya lagi:
"Orang Badui, maafkan! Hanya ini yang ada di rumah ini; tetapi aku berkata, bahwa jika kami mempunyai yang lain, akan kuberikan padamu, tanpa syarat."
Ketika mendengar kata-kata ini, si Badui tertegun dan menangis, "Aku bersaksi bahwa kau benar-benar cucu Nabi. Karena aku datang ke sini untuk menguji apakah silsilahmu dan sikapmu sesuai satu dengan yang lainnya."

MENGAPA DARWIS DI ISTANA

Salah satu perintah Hadrat ibnu al-Khafif di Syiraz adalah: "Seharusnya Sufi tidak mendatangi penguasa, atau datang dengan senang hati jika diundang olehnya."
Oleh karena itu, merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan bagi dua orang calon Sufi yang tiba di rumahnya (Ibnu al-Khafif), saat mereka bercerita bahwa ia berada di istana raja.
Mereka berubah pikiran tentang kesucian sang Guru dan memutuskan berjalan di kota sebagai pengganti penghormatan mereka padanya.
Mengunjungi sebuah toko, mereka dengan tidak merasa berdosa terlibat dalam suatu pertengkaran, karena dituduh mencuri dan diseret di depan pengadilan raja.
Diyakinkan oleh penjaga toko bahwa keduanya bersalah, kerajaan memerintahkan agar mereka segera dibunuh, sebagai pelajaran bagi yang lain.
Ibnu al-Khafif, masih di pengadilan istana, menengahi dan hidup mereka diselamatkan.
"Mungkin sudah wajar bagimu berpikir bahwa tidak seharusnya aku ada di istana," ujar guru kepada keduanya, "tetapi setidaknya pelajarilah bahwa seorang Sufi melakukan hal-hal yang tak terduga karena alasan-alasan yang tidak kelihatan tetapi cukup beralasan."


KEHARUSAN MENGAJAR

Bisyr ibnu Harits ditanya mengapa ia tidak mengajar.
"Aku berhenti mengajar karena aku menemukan bahwa diriku memiliki hasrat mengajar. Jika keharusan (kewajiban) ini berlalu, aku akan mengajar atas kehendakku sendiri."

WAKTU BELAJAR

Guru dari Ascalon jarang sekali berbicara kepada muridnya. Jika bicara, mereka dikuasai oleh gagasan-gagasannya.
"Bolehkah kami mendapatkan pelajaran pada saat dimana kami dapat mengikutinya dengan baik?" tanya mereka, "karena pada waktu Anda bicara sebagian dari kami mendapat tugas keluarga dan tidak selalu dapat hadir."
"Kau harus mencari orang lain yang melakukan itu," jawabnya. "Karena mengingat aku hanya mengajar ketika aku tidak merasakan dorongan untuk mengajar, di luar ada beberapa yang dapat mengajar sesuai dengan siapa yang hadir pada saat yang tepat. Yaitu yang merasakan dorongan untuk mengajar, dan akibatnya hanya perlu membiasakan diri pada apa yang mereka katakan pada pendengar."

JIKA AKU MINTA DAN MEREKA MENOLAK ...

Seorang darwis ditanya, "Mengapa engkau tidak minta sesuatu pada orang-orang, sehingga engkau memiliki makanan?" Jawabnya, "Jika aku minta pada mereka dan mereka menolakku, ada bahaya yang akan mereka derita. Nabi pernah berkata bahwa jika orang yang sangat membutuhkan meminta, mereka yang menolak untuk memberinya akan merana."

BAGAIMANA KAU SEHARUSNYA BERPIKIR TENTANG AKU

Seorang murid mendatangi Ma'ruf al-Karkhi dan berkata:
"Aku berbicara pada orang-orang tentang Anda. Orang Yahudi mengatakan bahwa Anda beragamaYahudi; orang Kristen menganggap Anda sebagai salah satu pendeta mereka; orang Muslim bersikeras bahwa Anda adalah yang paling mulia dari seluruh ummat Muslim."
Ma'ruf menjawab:
"Inilah apa yang dikatakan ummat manusia di Baghdad. Ketika aku di Jerusalem, orang Yahudi mengatakan bahwa aku orang Kristen, yang Muslim menganggapku Yahudi, dan yang Kristen menganggapku Muslim."
"Lalu, apa yang harus kami pikirkan tentang Anda?" tanyanya.
"Sebagian tidak memahami dan mereka memujaku. Lainnya tidak demikian, maka mereka mencaci aku. Itulah apa yang harus aku katakan. Kau harus berpikir tentang aku sebagai seseorang yang mengatakan ini."

MEMUJA ORANG SUCI

Seorang Syeikh Sufi ditanya oleh seorang pengunjung:
"Adakah nilai dalam memuja orang suci?"
Ia menjawab, "Itu tidak masuk akal dan dilarang oleh Islam." Si penanya pun pergi, ia puas.
Seorang murid yang hadir berkata, "Tetapi jawaban Anda tidak mencakup maksud pertanyaan tadi."
Syeikh berkata padanya, "Penanya tadi berada pada tahap syari'at (agama konvensionalis). Caranya bertanya menunjukkan bahwa ada penentraman hati yang ia inginkan, dan ia mencarinya dariku, seseorang yang ia dengar sebagai sumber yang dapat dipercaya.
Bagaimanapun, terdapat jenis hubungan yang lain dengan orang suci, lebih dari sekadar pemujaan. Mengunjungi makam mereka terdapat kebaikan. Tetapi kebaikan ini hanya berlaku untuk mereka yang dapat menerimanya. Orang tadi bukan salah satu dari mereka, jadi aspek lain dari pertanyaannya tidak ada.
Seseorang yang bulan lalu bertanya tentang pembuktian fakta, bahwa 'obat yang ditulis melalui meditasi di tempat suci, sepenuhnya ditimbulkan oleh aspirasi, bukan orang suci'. Aku setuju dengannya. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk pemikiran yang lebih kompleks; jadi, dengan kata lain, ini mungkin sebagai kebenaran pada beberapa peristiwa, keseluruhannya pada peristiwa lain, dan sebagainya.
Sudah menjadi ciri khas mereka yang buta, mereka dapat melihat hanya persoalan tertentu. Orang-orang suci adalah manusia, mengunjungi tempat suci bagi sebagian merupakan ikatan 'pemujaan orang suci', memuja orang suci itu bodoh. Oleh karena itu tidak ada keuntungan dalam pemujaan orang suci.
Satu dalam seribu, barangkali, yang mengunjungi tempat suci mengetahui dalam mata batinnya, mengapa ia di sana dan apa kebaikan alamiah yang ia peroleh. Sudah wajar kalau semua peziarah membayangkan bahwa mereka 'beriman' dan karena itu mereka semua menjalankan sesuatu yang sama. Tentu saja mereka tidak demikian. Pernahkah engkau mencoba menunjukkan orang yang salah jalan, bahwa pandangannya sempit? Secara fisik, ia mungkin mendengarkan. Tetapi untuk kepentingan harga dirinya ia akan menolak apa yang engkau maksudkan, jika tidak apa yang engkau katakan."

MUHAMMAD SHAH, MURSYID DARI TURKISTAN

Muhammad Shah, Mursyid (Pembimbing) dari Turkistan, adalah guru pada abad kesembilanbelas yang mengambil contoh-contohnya dari 'sari' (kandangan batiniah sejati) tindakan dan kehidupan biasa. Di bawah ini cerita khas dari metode-metodenya.
Muhammad Shah mengambil sekelompok dari Halaqah ('lingkaran keilmuan')-nya untuk melihat pemandangan tertentu, salah satunya adalah sebuah menara tinggi di pinggir sungai. "Ini dibangun oleh orang-orang yang gigih," katanya.
Kemudian ia mengajak mereka melihat sekelompok peziarah Brahma berjalan ke sungai suci Jumna. "Mereka adalah orang-orang yang gigih," katanya. Di lain hari, ia mengajak orang-orangnya melihat sebuah kafilah yang datang melalui padang pasir pembuangan dari Cina. "Mereka orang-orang yang gigih," katanya.
Akhirnya ia memerintah mereka pergi ke Tibet guna memperhatikan peziarah-peziarah mengukur jarak mereka di sepanjang jalan, melakukan perjalanan suci. "Mereka adalah orang-orang yang gigih," ia berkata demikian ketika mereka kembali.
Setelah beberapa bulan, ia menyuruh mereka memperhatikan hakim menguji-coba kasus, mengamati upaya-upaya hakim, energi para saksi, aspirasi penuntut, usaha tertuduh. "Dalam semua ini, engkau melihat laki-laki dan perempuan yang gigih," katanya.
"Di mana-mana manusia tekun atau gigih. Bidang yang ditekuni adalah apa yang ia hargai. Mereka dapat memperoleh hasil panen atau menuai hasil dan menggunakannya. Jika, di lain pihak, selama ketekunan, mereka diperdaya oleh sesuatu yang ditekuninya, mereka tidak dapat memanfaatkan latihan perjuangan dari ketekunan atau kegigihan. Semua yang terjadi pada mereka adalah bahwa mereka menjadi terlatih dalam sifat tak mudah menyerah."

MENGAPA DARWIS MENYEMBUNYIKAN DIRI

Ibnu ar-Rumi bertanya padanya:
"Bagaimana dan mengapa kaum darwis bersembunyi? Apakah dilakukan melalui penyamaran? Adakah sesuatu di dalam dirinya yang ia tutupi?"
Guru menjawab:
"Hal itu mungkin dilakukan dengan banyak cara. Sebagian menulis puisi cinta, dan orang berpikir bahwa maksudnya adalah cinta biasa. Kaum darwis mungkin menyembunyikan kedudukan sebenarnya dalam tarekat dengan menerima panggilan. Ada para penulis, dan sebagian seperti Baba Farid, adalah pedagang. Lainnya mengikuti berbagai kegiatan fisik (lahiriah) yang berbeda.
Hal ini mungkin dilakukan demi kepentingan menjaga kedangkalan, demi pertahanan terhadap sikap tidak berperasaan tajam atau tidak sungguh-sungguh. Sebagian dengan sengaja berbuat sedemikian rupa di mana mungkin masyarakat tidak menyetujui.
Oleh karena itu Nabi bersabda, 'Allah menyembunyikan Orang-orang yang Berpengetahuan Mulia.'
Sebuah cara (muslihat) mungkin diterima oleh para pengikut tarekat untuk mendapatkan kedamaian, ketika barangkali mereka dengan cara lain terhalang atau terganggu."
Kemudian Guru bersyair:
Pengetahuan -- yang sesungguhnya, sebagaimana mereka sembunyi mereka mencari.
Penampilan yang berbeda daripada mereka, bagi orang biasa;
Di dalam cahaya batin mereka mengembara, membuat keajaiban terjadi.
Namun mereka yang sesungguhnya dikenal, tidak untuk siapapun.
(Manaqib al-Arifin)

DOA UNTUK ORANG MATI

Sufyan ats-Tsauri mendengar ada pemakaman, dan ia mengikuti keranda, berdoa di pinggir makam.
Setelah itu, orang-orang mulai membicarakan kebaikan almarhum.
"Seharusnya aku tidak berdoa untuk orang ini," ujar Sufyan, "karena ketika engkau mendengar orang berbicara baik tentang dirinya, pada umumnya karena ia seorang munafik, diketahui atau tidak. Jika seseorang bukan munafik, selalu ada banyak orang yang tidak membicarakan kebaikan tentang dirinya (si mati)."

ATS-TSAURI DALAM PERENUNGAN

Asy-Syibli yang Agung mengunjungi ats-Tsauri yang terkenal. Sang guru (ats-Tsauri) tengah duduk diam hingga tidak seujung rambut pun bergerak.
Asy-Syibli bertanya, "Di mana Anda belajar duduk diam seperti itu?."
Ats-Tsauri menjawab, "Dari seekor kucing. Ia tengah mengintai seekor tikus dengan konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada yang engkau lihat dalam diriku."

HASUTAN ANEH

Sekali waktu Sahl Abdullah memasuki suatu situasi hasutan sengit, dengan perwujudan fisik, selama pertemuan keagamaan.
Ibnu Salim berkata, "Situasi apa ini?"
Sahl berkata, "Ini bukanlah, seperti yang engkau bayangkan, kekuatan yang memasuki diriku. Sebaliknya, oleh karena kelemahanku."
Lainnya yang hadir menegaskan, "Jika itu kelemahan, apakah kekuatan?"
"Kekuatan," ujar Sahl, "adalah ketika sesuatu sepertinya masuk, dan pikiran serta tubuh menyatakan tidak sama sekali."

KELEDAI

Suatu ketika Sahl dalam perjalanan bersama Ibrahim ibnu Adham, dan jatuh sakit. Ia menceritakan bahwa Ibrahim menjual semua yang dimilikinya untuk membiayai yang sakit. Manakala Sahl meminta makanan lezat, Ibrahim menjual keledainya dan kemudian membeli makanan untuknya.
Ketika ia sehat kembali, Sahl bertanya pada Ibrahim, "Di mana keledainya, untuk tungganganku?"
"Akulah ia," jawab Ibrahim, "naiklah di pundakku." Dan ia menggendong Sahl di sisa perjalanan tersebut.

IBNU SALIM

Banyak orang berkumpul di depan rumah Ibnu Salim, dan ia diminta berbicara pada mereka dengan kata-kata, "Murid-muridmu ada di sini."
Ia menjawab, "Mereka ini bukan murid-muridku -- tetapi murid pengunjungku. Muridku cuma sedikit."

TANGGUNG JAWAB GURU

Haji Bektash menunjuk Nuruddin Chaqmaq sebagai Khalifahnya di utara jauh. Pada saat itu Syeikh Chaqmaq sudah mempunyai banyak murid, karena ia seorang darwis yang menarik perhatian beberapa lingkaran pengikut, melalui dedikasinya serta bacaan-bacaan guru-guru kuno. Selain itu, ia berhubungan dekat dengan lebih dari satu guru.
Haji memberinya ajaran yang pada permukaannya sangat berlainan dengan kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran-pemikiran tradisional, yang sudah terbiasa bagi murid-muridnya.
Chaqmaq mencoba menghindari tanggung jawabnya dengan menyerahkan pengikutnya kepada Haji. Tetapi Haji Bektash menolak, dan berkata pada Chaqmaq, "Hanya dengan bertindak sebagai saluran dariku kepada orang-orangmu, engkau sendiri akan berubah."
Chaqmaq khawatir bahwa ajaran barunya ini akan mengganggu otoritasnya, "Bila engkau mengajar hanya melalui otoritas, engkau sama sekali tidak mengajar," ujar Haji Bektash. Beberapa murid Chaqmaq kemudian datang mengeluh pada Haji Bektash, bahwa guru mereka berperilaku eksentrik. "Kami tidak lagi dapat memiliki kenyamanan beribadah seperti biasanya," kata mereka. "Inilah sebenarnya yang kuinginkan terjadi," ujar Haji.
Murid-murid lainnya khawatir, bahwa Haji Bektash terpengaruh oleh Chaqmaq dan akan mempengaruhi mereka dengan cara yang sama. Hal ini dilaporkan kepada Haji. Katanya, "Mereka melihat sesuatu yang baik terjadi pada diri Chaqmaq tetapi mereka berpikir itu adalah buruk. Ini adalah suatu demam yang harus dipadamkan sendiri."
Empat tahun berlalu, sebelum, sepenuhnya melalui perumpamaan Haji Bektash, murid-murid Chaqmaq menyadari bahwa Bektash telah memiliki hal-hal lain yang dikerjakan daripada 'menangkap kuda pincang'. Bektash berkata, "Itu adalah rasa harga dirimu tentang dirimu sendiri yang telah membuatmu membayangkan bahwa engkau adalah sesuatu, di mana siapa pun akan menyusahkan dirinya sendiri untuk memperbudak."

PERMATA

Seorang pemuda mendatangi Dzun-Nun dan berkata bahwa Kaum Sufi salah, dan hal-hal lain yang berkaitan.
Dzun-Nun si orang Mesir melepas cincin di jarinya kemudian memberikan padanya. "Bawa ini ke kios di pasar dan lihat apakah engkau dapat memperoleh sekeping emas untuk ini," katanya.
Tidak seorang pun di pasar yang menawar lebih dari sekeping perak untuk cincin tersebut.
Pemuda itu membawanya kembali.
"Sekarang," kata Dzun-Nun, "bawa cincin ini ke tukang permata yang sebenarnya dan lihat apa yang akan ia bayarkan."
Tukang permata menawar seribu keping emas untuk permata itu. Si pemuda sangat terpesona.
"Sekarang," kata Dzun-Nun, "pengetahuanmu tentang kaum Sufi sebesar pengetahuan pemilik kios tentang permata. Jika engkau ingin menaksir permata, jadilah tukang permata."
"Siapa pun mendengarkan sesuatu yang tidak senonoh adalah kaki tangan siapa saja yang berbicara tidak senonoh."
(Asy-Syafai)

BAYAZID AL-BISTHAMI

Bayazid bertemu seekor anjing, ia menarik jubahnya dari anjing tersebut agar tidak mengotori.
Si anjing, dalam bahasa manusia berkata:
"Jika aku kering, tidak perlu lagi menghindariku. Jika aku basah, engkau dapat mencuci jubahmu. Tetapi kebendaanmu padaku tidak pernah dapat dicuci."
Bayazid berkata:
"Wahai anjing yang mendapat pencerahan, kemarilah dan tinggallah bersamaku sebentar."
Anjing menjawab:
"Itu tidak mungkin, karena dunia menggunakan diriku sebagai julukan (ejekan), dan engkau dihormati dunia sebagai suri-teladan."
Bayazid berseru:
"Aduh! Aku tidak layak hidup dengan suatu makhluk yang dianggap oleh seluruh dunia sebagai makhluk yang rendah; bagaimana aku dapat mendekati Kebenaran, menghargainya sebagai yang Tertinggi dari semuanya?"
Saat ditanya, "Apakah menjadi Sufi itu?" Bayazid menjawab,
"Melepaskan kenyamanan dan mencoba berusaha. Itulah praktek Sufi."

BERHALA

Seseorang berkata pada Uwais al-Qarni, bahwa seorang darwis duduk di pusara, berpakaian terbungkus dan menangis.
Uwais berkata:
"Katakan padanya bahwa metode itu bisa jadi berhala; ia harus mementingkan praktek, karena itu rintangan."

UANG

Uwais al-Qarni ditawari sejumlah uang, ia mengatakan:
"Aku tidak butuh itu, sebab aku sudah punya sebuah koin."
Lainnya berkata:
"Berapa lama engkau akan menghabiskannya? -- itu tidak berarti."
Uwais menjawab:
"Aku jamin bahwa aku akan hidup lebih lama daripada jumlah tersebut, dan aku akan menerima pemberianmu."
"Jangan sesali masa lalu dan jangan khawatirkan masa depan."
(Dzun-Nun al-Mishri)
Orang terpelajar yang mempunyai banyak teman mungkin seorang penipu, sebab jika ia mengatakan kebenaran pada mereka, mungkin mereka tidak lagi menjadi temannya.
(Sufyan ats-Tsauri)
Al-Junaid berbicara pada pengunjung sekitar sepuluh orang. Ia selalu berhenti bicara jika jumlah mereka terus bertambah, dan pendengarnya tidak pernah berubah dari duapuluh orang.
Ketika kita berbicara, kita berhati-hati agar tidak salah dalam tata bahasa. Bagaimanapun, ketika kita bertindak, kita membuat kesalahan dan tidak menggapai apa yang seharusnya menjadi tujuan kita.
(Ibrahim ibnu Adham)

DESA YANG MENYENANGKAN

Mereka berkata, "Desa ini menyenangkan!"
Tetapi yang lebih menggembirakan tetaplah hati orang yang dapat mengatakan, "Aku tidak merasa senang dengan desa yang menyenangkan."
(Yahya Razi)

ESENSI, PERILAKU DAN PERISTIWA

Sufisme adalah perilaku. Pada masing-masing waktu perilakunya. Bagi setiap tempat adalah perilaku. Pada setiap keadaan adalah perilaku.
Siapa pun yang mengikuti perilaku masing-masing peristiwa mencapai tujuan manusia.
Siapa pun yang tidak mengamati peraturan perilaku, jauh dari mentalitas Kedekatan (taqarrub).
(Abu Hafsh)

MANUSIA SEMPURNA

Pemandu unta mempunyai rencana; dan unta mempunyai rencana sendiri.
Pemikiran terorganisir dapat berpikir dengan baik.
Pemikiran Manusia Sempurna dapat eksis dengan baik.
(Rasul Shah)
Keberadaan lilin tidak untuk menerangi dirinya sendiri.
(Nawab Jan-Fishari Khan)
Adalah sebuah pernyataan yang besar, menyebut diri sendiri seorang Sufi. Ingat, bagaimanapun juga aku tidak menyebut diriku demikian.
(Hadrat Abul Hasan Khirqani)
Apabila engkau tidak belajar Pengetahuan Langit,
Sementara engkau tidak menginjakkan kaki di dalam 'Kedai',
Karena engkau tidak tahu keuntungan dan kerugianmu;
Bagaimana engkau akan mencapai Para Sahabat? --
Terus, terus!
(Baba Tahir Uryan)

PERJALANAN, DENGAN DAN TANPA KENDARAAN

Jika engkau menempatkan dirimu ke laut, tanpa seorang pemandu, hal itu penuh bahaya, karena unsur kesalahan-kesalahan manusia yang muncul dari dalam dirinya sendiri, untuk sesuatu yang sedang muncul dari tempat lain.
Di lain pihak, jika engkau bepergian di atas laut di dalam sebuah kapal, hal ini membahayakan, karena terdapat bahaya dari alat perlengkapan pada kendaraan tersebut.
Dalam satu hal, akhir tidak diketahui, dan tidak ada petunjuk.
Dalam hal lain, kekayaan menjadi tujuan, dan tidak ada kedatangan.
(Niffari)
Amatilah bahwa hal-hal yang dianggap benar saat ini, adalah dianggap tidak mungkin kemarin. Sesuatu yang dianggap salah hari ini, adalah sesuatu yang akan dipandang benar esoknya.
(Hudzaifah)
Kesalahan-kesalahan sering menyenangkan bagi pemikiran mereka yang mengikutinya.
(Ibnu Abbas)
Ketika ditanya mengapa ia tidak membetulkan shalat orang lain, Ma'ruf al-Karkhi berkata:
"Seorang darwis bebas mengajar hanya setelah ia menyelesaikan pelayanannya sendiri."
"Sesungguhnya, beberapa bentuk yang dinamakan pengetahuan pada kenyataannya adalah kebodohan, dan beberapa bentuk yang dianggap sebagai kepandaian (kefasihan berbicara), kenyataannya adalah ketidaklogisan."
(Nabi Muhammad saw.)
Ali menunjukkan hatinya dan berkata:
"Di sini aku mempunyai pengetahuan yang cukup, tetapi aku tidak dapat menemukan siapa pun untuk mempercayakannya. Ada banyak sekali manusia, tetapi mereka terlalu cepat menjadi bingung atau putus asa. Betapa aku rindu pelajar sejati"
Jika aku bersalah; tidak masalah bagi masa depanmu.
Tetapi jika aku benar; semua penting bagi masa depanmu.
(Khalifah Ali)

MEREKA YANG MEMUJA WUJUD LAHIR

Jika Muslim mengetahui apa berhala itu,
Ia akan tahu bahwa terdapat agama dalam kemusyrikan.
Jika musyrik tahu apa agama itu,
Ia akan tahu ke mana kesesatannya.
Ia tidak melihat apa pun dalam berhala kecuali sebuah benda ciptaan yang nyata;
Inilah mengapa ia, dalam hukum Islam, adalah kafir.
(Syabistari)

PEMUJAAN

Ummat manusia mengalami tiga tahap:
Pertama, ia memuja apa pun: laki-laki, perempuan, uang, anak-anak, bumi dan batu.
Kemudian, ketika ia berkembang sedikit lebih maju, menyembah Allah.
Akhirnya, ia tidak mengatakan, "Aku menyembah Allah," juga tidak mengatakan, "Aku tidak menyembah Allah."
Ia telah melampaui dua tahap pertama menuju yang terakhir.
(Ar-Rumi)

ASKETISME

Pertama adalah pengetahuan. Kemudian adalah asketisme. Selanjutnya adalah pengetahuan yang datang, setelah asketisme.
Batas 'orang yang mengetahui' adalah bernilai atau seimbang dengan seratus ribu para asketis.
(Ar-Rumi)

KEKASIH

Seseorang menuju pintu Sang Kekasih dan mengetuknya. Sebuah suara bertanya, "Siapa di sana?'
Ia menjawab, "Aku."
Suara tersebut berkata, "Tidak ada kamar di sini untukku dan engkau." Pintu pun tertutup.
Setelah setahun terasing dan menyendiri, ia kembali ke pintu Sang Kekasih. Dia mengetuk.
Suara dari dalam bertanya, "Siapa di sana?"
Orang itu menjawab, "Ini Engkau."
Pintu pun terbuka untuknya.
(Ar-Rumi)

KEHAMPAAN

Setiap orang di dunia pada umumnya tidur. Agama mereka agama dunia yang lazim -- adalah kehampaan, sama sekali bukan agama.
(Sanai, Hadiqah)

KELAPARAN

Orang-orang puas dengan diri mereka sendiri disebabkan oleh kelaparan mereka akan sesuatu yang lain. Oleh karena itu mereka lapar. Mereka yang kembali dari perbuatan salah, mereka adalah orang-orang yang shalat; bukan mereka yang semata tampak sujud ketika sedang shalat. Shalat adalah suatu kegiatan.
(Sanai, Hadiqah)

DZAT ALLAH

Tidak ada pemikiran manusia yang dapat mencapai sesuatu yang tidak dimengerti tentang bentuk Dzat yang disebut Allah.
(Sanai, Hadiqah)

BERDOA UNTUK DIRI SENDIRI

Sa'ad bin Waqqash adalah sahabat Nabi saw. Di masa-masa terakhirnya ia menjadi buta dan tinggal di Mekkah, di mana ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang meminta berkahnya. Ia tidak memberkati siapa pun, kecuali mereka yang menemukan jalannya diperlancar.
Abdullah'bin Sa'ad mengisahkan:
"Aku pergi menemuinya, dan ia baik padaku serta memberkatiku. Karena aku hanya seorang anak yang ingin tahu, aku bertanya kepadanya, 'Doamu untuk orang lain tampaknya selalu dikabulkan. Lantas mengapa Anda tidak berdoa agar kebutaanmu disembuhkan?'
Orang tersebut menjawab, 'Tunduk pada Kehendak Allah jauh lebih baik daripada kesenangan pribadi karena dapat melihat'."

PERASAAN

Sekali waktu, ketika Bisyr menjadi seorang murid Sufi yang masih tergantung sepenuhnya atas kesenangan orang-orang, dia berada di pulau Abadan. Di sana dia bertemu seorang yang malang. Dia sedang menderita penyakit kusta, buta, dan tergeletak di tanah tanpa seorang pun di dekatnya.
Bisyr mendekatinya dan mengangkat kepalanya dari lututnya, berbicara beberapa patah kata atas pemulihan keyakinan dan perikemanusiaan, merasa berduka dan kasihan.
Si penderita kusta kemudian berteriak, "Siapa orang asing yang ke sini, berdiri diantara aku dan Tuhanku? Dengan atau tanpa tubuhku, aku memiliki cinta bagi-Nya."
Bisyr menceritakan panjang lebar bahwa pelajaran ini telah tinggal dengannya sepanjang hari-harinya.
Masyghul berkata, "Cerita ini hanya dapat dimengerti oleh mereka yang menyadari betapa orang yang menderita kusta telah dihalangi Bisyr dari kemanjaan perasaan halusnya sendiri dan merusak dirinya sendiri, melalui perubahan menjadi apakah perikemanusiaan menyebutnya 'orang baik'. 'Baik' adalah apa yang engkau kerjakan dengan sukarela, dan tidak dalam dorongan dari nafsu untuk kesenangan yang dipikirkan oleh orang-orang lain atas nama ummat manusia atau kemanusiaan."
(Bisyr ibnu al-Harits)

JUBAH TAMBALAN

SeorangYahudi dari Damaskus yang membaca Kitab Suci (al-Qur'an), suatu hari menemukan secara kebetulan nama Nabi Muhammad saw. tertulis di dalamnya. Tidak suka dengan hal itu, dia mengubah nama tersebut. Tetapi hari berikutnya dia menemukannya lagi. Lagi-lagi dia membuangnya, tetapi pada hari berikutnya nama tersebut muncul lagi.
Dia berpikir:
"Barangkali ini merupakan suatu tanda bahwa seorang utusan yang sesungguhnya telah datang. Aku akan bepergian ke arah selatan ke Madinah."
Dan dia dengan segera memulai, tanpa memperlambat lagi hingga mencapai kota Nabi saw.
Ketika dia tiba di sana, tanpa diketahui seorang pun, dia telah berada di dekat masjid Nabawi, ketika sahabat Anas r.a. tiba. Dia berkata kepada Anas, "Sahabat, bawa aku kepada Nabi."
Anas r.a. membawanya masuk ke dalam masjid yang telah penuh orang dalam kesedihan yang dalam. Abu Bakar r.a. sang pengganti tengah duduk di sana memimpin sahabat-sahabat. Orang Yahudi tersebut menghampirinya, menyangka dia pasti Muhammad saw dan berkata, "Wahai utusan pilihan Tuhan, seorang tua yang telah tersesat telah datang untuk memanjatkan kedamaian atasmu."
Mendengar sebutan atas Nabi saw dipergunakan oleh orang tersebut, semua orang yang hadir tiba-tiba menangis berurai air mata. Orang asing tersebut bingung atas apa yang dilakukan. Dia berkata:
"Aku orang asing dan seorang Yahudi, dan aku tidak menyadari upacara agama mengenai penyerahan kepada Kehendak Allah (Islam). Apakah aku telah berkata sesuatu tak menyenangkan? Haruskah aku tinggal diam? Atau apakah ini perayaan ritual? Mengapa kalian menangis? Jika hal ini merupakan upacara, aku tidak pernah mendengar tentang hal ini."
Sahabat Umar r.a. berkata kepadanya:
"Kami tidak menangis karena sesuatu yang telah Anda lakukan. Tetapi Anda harus mendengar, orang yang malang, bahwa hal ini terjadi tidak lebih dari seminggu sejak Rasul wafat. Ketika kami mendengar namanya, duka cita menguasai hati kami kembali."
Segera setelah mendengar hal ini, orang tua tersebut menyobek pakaiannya dalam kesedihan yang dalam. Ketika sudah sedikit agak pulih, dia berkata:
"Lakukan satu kebaikan hati untukku. Biarkan aku memiliki setidaknya sebuah jubah milik Nabi. Kalau aku tidak dapat bertemu dengan beliau, setidaknya biarkan aku memiliki jubah beliau."
Umar r.a. menjawab, "Hanya Ummi Zahrah yang dapat memberi kita salah satu dari jubah beliau."
Ali r.a. berkata:
"Tetapi dia tidak akan mengijinkan seseorang datang mendekatinya." Tetapi mereka pergi ke rumah Ummi Zahrah dan mengetuk pintunya, serta menjelaskan apa yang mereka inginkan.
Ummi Zahrah menjawab:
"Sesungguhnya Rasulullah saw telah berkata dengan jujur, ketika beliau mengatakan tidak lama sebelum beliau wafat, 'Seorang pelancong yang cinta kepadaku dan seorang yang baik akan datang ke rumah ini. Dia tidak akan melihatku. Oleh karena itu berilah dia jubah tambalan ini seolah dariku. Dan demi aku, perlakukan dia dengan bijak, beri salam'."
Orang Yahudi tersebut mengenakan jubah untuknya sendiri dan memeluk Islam. Meminta diantar ke makam Rasulullah saw. Sesampainya di makam, dia telah menghembuskan nafas terakhir.
(Aththar: Ilahi-Nama)

DOA SA'DI

Berikan untukku apa yang layak menurut-Mu,
Dan bukan apa yang layak menurutku.
(Sa'di: Gulistan)

MELIHAT

Gedung-gedung dan sekolah-sekolah teologi, serta kuliah kaum terpelajar, lingkaran-lingkaran keilmuan (halaqah) dan biara-biara -- Apa gunanya semua itu apabila di sana tidak ada pengetahuan dan tidak ada mata yang melihat?
(Hafizh)

WAJAH KAUM DARWIS

Wujud tujuan yang diminta oleh para raja dalam doanya Adalah penampakan dari cermin (yang memberikan gambaran sebenarnya) wajah dari seorang darwis.
(Hafizh)

BAGIAN KELIMA: CERITA-CERITA AJARAN

PENDAHULUAN

Cerita-cerita yang mengandung ajaran ini, dikenal dalam masyarakat dan dalam bentuk bagian dari kegiatan luar (fisik) para darwis. Dimaksudkan untuk meletakkan dasar dari pengetahuan tentang Sufisme dan metode-metode penalaran (berpikir) yang khas tersebut. Jarang sekali digunakan untuk tujuan-tujuan didaktis.
'Dimensi batiniah' dari cerita-cerita ajaran, bagaimanapun, dipertahankan untuk membuat mereka mampu membuka pikiran, sesuai dengan tahap perkembangan murid, ke tahap-tahap perkembangan yang makin signifikan.
Teori ini adalah bahwa 'orang mungkin bekerja atas dasar yang berbeda terhadap materi yang sama', yang tidak lazim bagi orang banyak, yang cenderung lebih suka mengatakan bahwa cerita mempunyai satu pesan, satu manfaat.

ORANG DERMAWAN

Alkisah ada seorang yang sangat kaya dan murah hati (dermawan) di Bukhara. Karena memiliki tingkatan yang tinggi dalam hirarki yang tak tampak, dia dikenal sebagai Pemimpin Dunia. Dia telah membuat suatu persyaratan mengenai pemberian dermanya. Setiap hari ia memberi emas kepada satu kategori orang-orang dalam masyarakat --seperti orang sakit, janda, dan sebagainya. Tetapi tidak satu pun diberikan kepada orang yang menuntut ('membuka mulutnya').
Tidak semua orang dapat bertahan untuk 'menutup mulut'.
Suatu hari, giliran para pengacara yang mendapatkan bagian mereka untuk menerima hadiah. Salah seorang diantara mereka tidak dapat mengendalikan diri dan meminta lebih banyak.
Tidak satu pun yang diberikan kepadanya.
Bagaimanapun, ini bukan akhir dari usahanya. Hari berikutnya, saat orang-orang cacat dibantu oleh sang Dermawan, maka ia (si Pengacara) berpura-pura bahwa lengannya patah.
Tetapi sang Dermawan mengetahuinya, dan dia pun tidak mendapatkan apa-apa.
Hari berikutnya, ia berpura-pura, dalam samaran lain, 'menutupi' wajahnya, sesuai dengan orang-orang dari kategori lain. Namun ia dikenali lagi dan diusir.
Lagi dan lagi, pengacara itu tak henti-hentinya mencoba, bahkan menyamar menjadi seorang perempuan; dan lagi-lagi tanpa hasil.
Akhirnya, pengacara tersebut menemukan seorang penggali kubur dan meminta agar menutup dirinya dengan papan. "Ketika sang Dermawan melewatinya, mungkin ia akan mengira bahwa ini adalah jenazah. Dia mungkin akan melemparkan beberapa keping uang ke 'kubur'-ku, dan aku akan memberimu sebagian!"
Rencana itu dilaksanakan. Sepotong emas dari tangan sang Dermawan jatuh di atas jenazah. Si pengacara menangkapnya, takut kalau-kalau penggali kubur itu akan mengambilnya lebih dulu. Kemudian ia berbicara pada sang Dermawan; "Engkau telah menolakku atas hadiahmu. Lihat Bagaimana aku mendapatkannya!"
"Tidak ada satu pun yang dapat kau miliki dariku," jawab sang Dermawan, "hingga engkau mati. Inilah makna dari sebuah ungkapan bijak: 'Manusia harus mati sebelum kematiannya.' Hadiah ini datang setelah 'kematian' bukan sebelumnya. Dan 'kematian' ini, bahkan, tidak mungkin tanpa bantuan."

PERUSAKAN SEBUAH KOTA

Seorang Sufi suatu saat berseru, di dalam keadaan lengang: "Aku akan menjadi sebab kerusakan kota ini."
Orang-orang telah mengira dia gila, atau sekadar mencoba menakut-nakuti masyarakat. Mereka tidak mengganggunya. Mereka juga tidak sedikit pun menaruh perhatian dengan apa yang dia katakan. Bagaimanapun, ia hanya seorang yang lemah dan tidak memiliki suatu kedudukan sosial.
Suatu hari, sang Sufi memanjat sebuah pohon dan jatuh. Tubuhnya menimpa dan mematahkan dinding waduk di bawahnya. Banjir yang diakibatkan oleh pecahnya dinding waduk tersebut, telah merusakkan dan menenggelamkan kota.
Hanya setelah peristiwa tersebut, ketika tubuhnya ditemukan, kata-katanya diingat orang.

KUDA AJAIB

Seorang raja mempunyai dua putra. Si sulung, membantu masyarakat dengan bekerja demi mereka, dalam cara yang mereka pahami. Sedang putra kedua, disebut 'Pemalas' karena ia seorang pemimpi, sejauh yang dapat dilihat orang.
Putra pertama mendapat penghargaan tinggi di negerinya. Anak kedua, memperoleh kuda kayu dari tukang kayu dan menaikinya. Namun kuda kayu tersebut adalah kuda ajaib. Membawa penunggangnya, kalau ia bersungguh-sungguh, sesuai keinginan hatinya.
Menuruti hasrat hatinya, suatu hari sang pangeran muda menghilang bersama kuda ajaibnya. Ia menghilang dalam waktu yang lama. Setelah mengalami banyak petualangan, ia kembali bersama putri cantik dari Negeri Cahaya. Ayahnya sangat gembira karena ia kembali dengan selamat, serta mendengarkan cerita tentang kuda ajaib.
Kuda tersebut dibuat, disediakan untuk siapa pun yang menginginkannya. Tetapi sebagian besar orang lebih suka memanfaatkan yang nyata, yang telah dibuktikan dengan tindakan oleh pangeran pertama kepada mereka, karena bagi mereka kuda kayu tersebut tampak seperti mainan. Mereka tidak menangkap atau mengerti di luar (melampaui) penampilan fisik kuda tersebut, yang memang tidak mengesankan -- hanya seperti mainan.
Ketika raja mangkat, 'pangeran yang suka bermain dengan mainan kanak-kanak' tersebut, karena harapan ayahnya, menjadi raja. Tetapi masyarakat pada umumnya membenci atau memandang rendah padanya. Mereka lebih suka pada kegembiraan, dan tertarik pada penemuan serta kegiatan praktis sang pangeran pertama.
Kalau tidak mendengar pangeran 'pemalas', kita tidak akan mengerti di luar penampilan fisik kuda kayu tersebut, baik dia mendapatkan seorang putri dari Negeri Cahaya atau tidak. Bahkan jika kita menyukai kuda, bukanlah bentuk luarnya yang dapat membantu kita bepergian hingga ke tujuan kita.

AYUNAN

Seorang anak lahir, dan sang ayah pergi ke tukang kayu memintanya untuk membuatkan sebuah ayunan untuknya.
Tukang kayu mengatakan agar ia kembali dalam seminggu untuk mengumpulkannya.
Tetapi ketika ia kembali, ternyata pesanannya belum selesai.
Laki-laki tersebut kembali minggu demi minggu dan tetap saja ayunan yang dipesannya belum juga terlihat.
Akhirnya si anak tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa. Pada gilirannya ia menikah dan istrinya melahirkan seorang anak.
Ayahnya berkata padanya, "Pergilah menemui tukang kayu dan tanyakan kepadanya, apakah ayunan yang kupesan untukmu dulu sudah siap."
Maka laki-laki muda itu pergi ke toko tukang kayu dan mengingatkannya tentang ayunan (pesanan ayahnya) tersebut.
"Ini kesempatan bagimu," katanya, "untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Aku sekarang mempunyai seorang anak laki-laki, dan ayunan itu cocok untuknya."
"Pergilah!" ujar tukang kayu, "Aku menolak didesak-desak dalam pekerjaanku hanya karena engkau dan keluargamu dihantui pikiran oleh apa yang mereka inginkan!"

TIGA ORANG TULI DAN DARWIS BISU

Pada suatu ketika, hidup seorang penggembala miskin. Setiap hari ia membawa domba-domba ke bukit mencari rumput segar, memandangi desa di mana ia tinggal dengan keluarganya. Ia tuli, tetapi hal itu tidak menjadi masalah baginya. Suatu hari, istrinya lupa mengirim bungkusan makan siangnya; juga tidak menyuruh anak mereka untuk membawakannya, sebagaimana berlalunya waktu, kiriman itu tetap terlupakan, bahkan saat matahari sudah di atas kepala.
"Aku akan pulang dan mengambilnya," pikir si penggembala. "Aku tidak dapat tinggal di sini sepanjang waktu sampai matahari turun tanpa sepotong makanan." Tiba-tiba ia memperhatikan seorang pemotong rumput di tepi bukit. Ia menghampirinya dan berkata, "Saudaraku, tolong jaga domba-domba ini dan awasi jangan sampai tersesat atau berkeliaran, karena istriku begitu bodoh melupakan makan siangku, dan aku harus kembali ke desa untuk itu." Pemotong rumput itu juga tuli, dan ia tidak mendengar satu kata pun yang diucapkan, dan sama sekali salah paham terhadap maksud si penggembala.
Jawabnya, "Mengapa aku harus memberimu rumput yang kupotong untuk binatang piaraanku sendiri? Aku mempunyai seekor sapi dan dua ekor kambing di rumah, dan aku harus pergi jauh dan luas demi mencari makanan untuknya. Tidak, tinggalkan aku. Aku tidak berurusan dengan orang sepertimu, ingin mengambil milikku yang cuma sedikit."
Dan ia menggerakkan tangannya dalam sikap mengejek, tertawa kasar. Si penggembala tidak mendengar apa yang dikatakan, dan menjawab, "Oh, terima kasih, teman baik, atas kesediaanmu. Aku akan sesegera mungkin kembali. Semoga keselamatan dan berkah atas dirimu, engkau telah meringankan pikiranku." Ia berlari ke desa menuju pondok sederhananya. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam, dirawat oleh para istri tetangga. Ia mengambil bungkusan makanan dan berlari kembali ke bukit. Dia menghitung domba-dombanya dengan cermat, dan semuanya masih lengkap.
Si pemotong rumput masih sibuk dengan pekerjaannya, dan si penggembala itu berkata pada dirinya sendiri, "Mengapa, betapa luar biasa pribadi pemotong rumput yang dapat dipercaya ini! Ia sudah menjaga domba-dombaku agar tidak terpencar, dan tidak mengharapkan terima kasih untuk pelayanan tersebut! Aku akan memberinya domba pincang ini yang semula memang akan kusembelih. Hal itu akan menjadi makanan lezat baginya dan keluarganya nanti malam." Maka sambil memanggul domba pincang di atas bahunya, dia berlari menuruni bukit serta berteriak, "Hai, saudaraku, ini hadiah dariku, karena engkau telah menjaga domba-dombaku selama aku pergi. Istriku yang malang menderita demam, dan itu menjelaskan semuanya. Pangganglah domba ini untuk makan malam nanti; lihat, ia mempunyai kaki yang pincang dan memang akan kusembelih!"
Tetapi di lain pihak si pemotong rumput tidak mendengar kata-katanya dan berteriak marah, "Penggembala busuk! Aku tidak pernah melihat apa yang telah terjadi selama kau pergi, bagaimana aku dapat bertanggung jawab atas kaki pincang dombamu! Aku sibuk memotong rumput, dan tidak tahu bagaimana hal itu terjadi! Pergilah, atau aku akan memukulmu!"
Si penggembala itu amat heran melihat sikap marah orang tersebut, tetapi ia tidak dapat mendengar apa yang dikatakannya, maka ia memanggil seorang yang tengah melintas menunggang seekor kuda yang bagus. "Tuan yang mulia, aku mohon katakan padaku apa yang diucapkan pemotong rumput ini. Aku mengalami tuli, dan tidak tahu mengapa ia menolak pemberianku berupa seekor domba, dengan kekesalan seperti itu!'
Si pengembala dan pemotong rumput mulai berteriak pada musafir tersebut, yang kemudian turun dari kudanya dan menghampiri mereka. Sang musafir yang ternyata adalah pencuri kuda dan sama tulinya, ia pun tidak mendengar apa yang mereka berdua katakan. Ia tersesat dan bermaksud bertanya di mana dirinya berada saat itu. Tetapi ketika melihat sikap mengancam dari kedua orang tersebut, ia berkata, "Benar saudara, aku telah mencuri kuda. Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku, karena aku cepat tergoda dan telah bertindak tanpa berpikir!"
"Aku tidak tahu apa-apa terhadap pincangnya domba ini!" teriak pemotong rumput.
"Suruh ia mengatakan kepadaku, mengapa menolak pemberianku," desak si pengembala, "aku hanya ingin memberikannya sebagai penghargaan!"
"Aku mengaku mengambil kuda," ujar pencuri "tetapi aku tuli, dan aku tidak tahu siapa diantara kalian pemilik kuda ini."
Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorang darwis tua, berjalan sepanjang jalan berdebu ke arah menuju desa. Si pemotong rumput lari menghampirinya, menarik jubahnya dan berkata:
"Darwis yang mulia, aku orang tuli yang tidak dapat mengerti ujung pangkal dari apa yang dibicarakan dua orang ini. Aku mohon dengan kebijaksanaan Anda, adili dan jelaskan apa yang mereka teriakkan masing-masing."
Namun si darwis itu bisu dan tidak dapat menjawab, tetapi ia mendatangi mereka dan memandangi ketiga orang tuli tersebut dengan penuh selidik, yang sekarang telah menghentikan pembicaraan mereka.
Ia memandangi demikian lama dan dengan tajam, satu per satu, hingga mereka mulai merasa tidak enak. Mata hitamnya yang berkilau menusuk ke dalam mata mereka, mencari kebenaran tentang persoalan tersebut, mencoba mendapatkan petunjuk pada situasi itu. Tetapi masing-masing mulai merasa takut kalau-kalau ia akan menyihir mereka, atau mengendalikan kemauan mereka. Tiba-tiba si pencuri meloncat ke atas kuda dan melarikannya dengan kencang sekali. Begitu pula dengan si penggembala, segera mengumpulkan ternaknya dan menggiring jauh ke atas bukit. Si pemotong rumput, tidak berani menatap mata si darwis, mengemasi rumputnya ke dalam kantong dan mengangkatnya di atas bahu, berjalan menuruni bukit menuju rumahnya.
Darwis itu melanjutkan perjalanannya, berpikir sendiri bahwa kata-kata kadang merupakan bentuk komunikasi yang tidak berguna, bahwa orang mungkin lebih baik tidak pernah mengucapkannya!

SITI FATIMAH DAN BINATANG

Terdapatlah seorang gadis kecil yang tumbuh berkembang bersama orangtuanya, semua di dalam hutan. Suatu hari ia menemukan ayah dan ibunya meninggal, dan dia harus menjaga dirinya sendiri. Orangtuanya meninggalkan Mihrab, sebuah ornamen ukiran yang aneh seperti kusen jendela, yang terus tergantung di dinding pondok.
"Sekarang aku sendirian," ujar Fatimah, "dan harus bertahan di hutan yang hanya didiami binatang ini, akan lebih baik jika aku dapat berbicara dan mengerti bahasa mereka."
Maka ia menghabiskan hari-hari baiknya dengan menyebut keinginannya ke kusen di dinding, "Mihrab, berilah aku kekuatan untuk memahami dan berbicara dengan binatang."
Setelah cukup lama, tiba-tiba ia merasa bahwa dirinya dapat berbicara dengan burung, binatang-binatang lain bahkan ikan. Maka ia pergi ke dalam hutan untuk mencobanya.
Segera ia menuju ke kolam. Di atas air ada sejenis lalat kolam, melompat-lompat di permukaan dan tidak pernah masuk ke air. Bermacam ikan berenang di dalamnya, dan menempel di dasar kolam terdapat banyak siput.
Fatimah berkata untuk memulai percakapan, "Lalat, mengapa kau tidak masuk ke air?"
"Untuk apa, menganggap hal itu mungkin, padahal tidak?" tanya lalat.
"Karena kau akan aman dari burung-burung yang akan menyambar dan memakanmu."
"Bukankah aku belum dimangsanya?" jawab lalat.
Dan itu akhir percakapan.
Kemudian Fatimah berbicara pada ikan, "Wahai, ikan," katanya menembus air, "mengapa kau tidak berusaha keluar dari air, sedikit demi sedikit? Kudengar ada beberapa jenis ikan yang dapat melakukannya."
"Sama sekali tidak mungkin," ujar ikan, "tidak ada satu pun yang melakukan itu dan bertahan hidup. Kami dibesarkan untuk percaya bahwa itu adalah suatu dosa serta bahaya yang mematikan." Ikan itu kembali menyelam ke bayangan, tidak mau mendengar omong-kosong tersebut.
Lalu Fatimah menegur siput, "Hai, siput, kau dapat merayap keluar dari air dan mendapatkan daun-daunan segar untuk dimakan. Aku telah mendengar bahwa ada siput-siput yang dapat benar-benar melakukannya."
"Sebuah pertanyaan paling baik dijawab dengan pertanyaan apabila seekor siput yang bijak mendengarnya," ujar siput.
"Barangkali akan cukup baik jika engkau bersedia mengatakan padaku, mengapa engkau demikian tertarik dengan kesejahteraanku? Orang harus menjaga diri mereka sendiri."
"Baiklah," ujar Fatimah, "Aku menganggapnya karena jika seseorang dapat lebih memperhatikan orang lain, ia ingin membantunya mencapai puncak-puncak yang lebih tinggi."
"Tampaknya hal itu merupakan suatu gagasan yang asing bagiku," jawab siput, dan merayap ke bawah sebuah batu menjauhi jarak pendengaran.
Fatimah menyerah pada lalat, ikan dan siput, dan berkelana ke dalam hutan, mencari (sesuatu) yang lain untuk diajak bicara. Ia merasa bahwa dirinya harus menjadi orang yang bermanfaat untuk seseorang. Bagaimanapun, ia lebih banyak memiliki pengetahuan daripada penghuni hutan ini. Seekor burung misalnya, dapat diperingatkan agar menyimpan makanan untuk musim dingin, atau bersarang di dekat kehangatan pondok, sehingga tidak perlu ada kematian sia-sia. Tetapi ia tidak melihat seekor burung pun.
Sebagai gantinya, ia bertemu secara tidak sengaja dengan pondok seorang pembuat arang. Dia seorang laki-laki tua dan duduk di depan pintunya, membakar kayu untuk arang yang akan dibawanya ke pasar.
Fatimah, senang bertemu dengan manusia lain -- satu-satunya orang lain yang telah ditemuinya selain kedua orangtuanya -- segera berlari menghampirinya. Dia menceritakan pengalamannya hari itu.
"Jangan khawatir tentang hal itu, Anakku," ujar laki-laki tua yang baik tersebut, "Itulah hal-hal yang mana seorang manusia harus belajar, dan hal-hal itu berpengaruh sangat penting bagi kehidupan masa depannya."
"Hal-hal untuk dipelajari?" ujar Fatimah, "Dan apakah yang seharusnya aku inginkan dengan hal-hal untuk dipelajari itu, berdoa? Hal-hal itu hanya akan, sangat mungkin, mengubah sikap hidup dan cara berpikirku." Dan seperti lalat, ikan dan siput, ia pergi menjauhi si pembakar arang.
Fatimah, putri Waliah, telah menghabiskan waktu tigapuluh tahun berikutnya seperti halnya lalat, ikan dan siput sebelum ia mempelajari sesuatu sama sekali.

MUSA DAN PENGGEMBALA

Ini adalah penjelasan dari sebuah kutipan pendek yang penting dari Matsnawi, karya ar-Rumi, yang telah disampaikan oleh Khawja Fida'i dari Kars, dalam Meditations on the Couplet of Our Master Jalaludin ar-Rumi.
Menggambarkan perhatian terhadap tingkat-tingkat perbedaan pengertian dan pemahaman manusia, menegaskan bahwa manusia dapat mencapainya hanya melalui tataran (ruang lingkup) asosiasi yang dapat ia pikirkan.
Sebagian dari tugas setiap guru Sufi, bagaimanapun, adalah mempersiapkan murid-muridnya untuk persepsi (daya tangkap) 'paralelisme' yang lebih tinggi. Oleh karena itulah, dianggap sangat tidak benar hanya menekankan kemanfaatan-kemanfaatan materi atas Sufisme semata dalam sudut pandang (term) konvensional seluruhnya. Karenanya, Sufisme tidak dipresentasikan oleh guru-guru Sufi sebagai sebuah terapi atau obat untuk penyakit duniawi manusia.
Tidak ada manusia yang dapat memahami melebihi kapasitas pemikiran seluruhnya untuk mengerti; dan karena alasan ini dengan tepat dikatakan, "Berbicaralah kepada setiap orang sesuai dengan pemahaman (orang yang diajak bicara). " (Dianggap berasal dari Hadis Nabi Muhammad saw). Sebagaimana masing-masing manusia dapat mengetahui (menyadari), karenanya ia akan beruntung. Jika laki-laki atau perempuan hanya berada pada tingkat pemikiran yang rendah, maka akan mencari dan mendapat kepuasan melalui persepsi rendahnya.
Dikisahkan bahwa Musa a.s. memanggil seorang penggembala sederhana, pengumpat Tuhan, karena dia mendengar laki-laki miskin itu sedang menawarkan diri untuk menyisir rambut Tuhan, mencuci jubah-Nya, dan mencium tangan-Nya.
Tuhan memperingatkan Musa, secara tidak langsung mengajarnya dari pengalaman ini, bahwa penggembala itu tidak memiliki intelegensi atau pengalaman untuk memahami atau menyadari bahwa Musa a. s. berbicara mengenai Ketuhanan yang tidak berbadan, "Oleh karena itu, engkau harus menyeru penyembah-penyembah-Ku sedekat yang mereka mampu. Terdapat perubahan secara bertahap pada semua manusia; masing-masing akan menyadari (diketahui) apa yang d


TOPI AJAIB

Di negeri yang tidak dapat kita lihat (ghaib), tetapi sesungguhnya lebih nyata daripada kenyataan, hiduplah seorang bocah laki-laki, namanya Kasjan. Kakak laki-lakinya, Jankas, adalah seorang pekerja keras dan cerdas. Tetapi Kasjan, bukanlah pekerja keras juga bukan pemalas, tidak cerdas juga tidak bodoh, tetapi ia mencurahkan dirinya pada setiap masalah, sebisa mungkin.
Dua bersaudara ini, tidak seorang pun yang tampak membuat kemajuan berarti (besar) di Negeri Ghaib, memutuskan untuk mencari keberuntungan mereka bersama-sama. Suatu siang, mereka pergi meninggalkan rumah mereka, dan tidak lama sebelum senja memisahkan mereka, dan -- mengenai Jankas kita akan segera mengetahui. Kasjan tiba-tiba secara tidak sengaja menjumpai sebuah perselisihan. Tiga laki-laki sedang berdebat, tampaknya tentang barang yang tergeletak di atas tanah. Mereka menjelaskan persoalan mereka kepada Kasjan. Ayah mereka telah meninggal dunia dan mewariskan sebuah topi berbentuk kerucut, Kulah ajaib, sebuah permadani terbang dan sebuah tongkat yang membuat permadani itu terbang jika dipukulkan. Masing-masing menginginkan semua barang tersebut, atau setidaknya menjadi pemilik yang pertama atas barang tersebut. Alasan mereka (masing-masing), adalah bahwa mereka dikatakan sebagai anak tertua, kedua dan bungsu, dan atas perhitungan tersebut, masing-masing menuntut prioritas.
"Mereka semua tidak layak," pikir Kasjan, tetapi ia menawarkan untuk menjadi penengah antara mereka. Ia menyuruh mereka semua mundur 40 langkah dan kemudian berbalik. Sebelum mereka menyelesaikan instruksi ini, ia mengenakan Kulah di kepalanya, mengambil permadani dan memukulnya dengan tongkat. "Permadani," perintahnya, "bawalah aku ke mana pun saudaraku Jankas berada!"
Tidak berapa lama sebelum itu, kakaknya, Jankas telah disambar seekor burung Anqa raksasa, yang menyembunyikannya di menara masjid di Khurasan. Karena pada saat itu Kasjan berpikir, bahwa Jankas pasti setidaknya telah menjadi seorang pangeran, si permadani mendengar pikiran tersebut, dan terbang sangat cepat -- menuju pesanggrahan istana raja di kota Balkh, Khurasan.
Sang raja, yang telah melihatnya turun, seketika keluar tampak berseri-seri dan berkata, "Barangkali ini pemuda yang diramal akan menolong putriku dan tidak menginginkannya."
Kasjan menghormat pada sang raja, dan mengatakan bahwa ia sedang mencari saudaranya, Jankas. "Sebelum kau melakukan itu," kata sang raja, 'Aku ingin kau membantuku dengan peralatan khususmu serta ketajaman pikiranmu." Sang putri, selalu menghilang setiap malam dan kembali keesokan harinya, tidak ada yang tahu bagaimana ini terjadi. Hal ini sudah diramalkan dan telah terjadi. Kasjan setuju untuk menolong, yang kemudian disarankan bahwa dia hendaknya mengawasi sang putri di sisi tempat tidurnya.
Malam itu, melalui mata setengah tertutup, ia melihat sang putri memeriksa apakah ia (Kasjan) sudah benar-benar tidur. Kemudian mengambil jarum dan menusukkannya ke kaki Kasjan, tetapi ia tidak bergerak karena memang sudah menantikan hal semacam itu terjadi. "Aku sudah siap," kata sang putri, seketika muncul sosok ghaib yang mengerikan dan menggendong sang putri di bahunya, lalu mereka terbang bersama menembus langit-langit, tanpa meninggalkan bekas.
Sambil menggosok-gosok mata, Kasjan segera mengenakan topi Kulah-nya, duduk di atas permadani, memukulnya dengan berseru, "Bawa aku ke mana tuan putri pergi!"
Muncullah suara ribut dan menderu, dan Kasjan menemukan dirinya berada di Negeri Ghaib di atas Negeri Ghaib. Di sana terdapat sang putri ditemani sosok ruh mengerikan. Mereka berjalan menembus hutan pepohonan dan bebatuan yang indah. Kasjan mematahkan sebuah pohon permata jade dengan buah-buah berlian. Kemudian mereka berjalan melintasi kebun tanaman yang tidak dikenal, keindahannya tiada tara. Kasjan menaruh beberapa benih di dalam kantong. Akhirnya, mereka berdiri di sisi danau dengan alang-alang pedang berkilauan. "Inilah pedang-pedang yang dapat membunuh ruh seperti aku," ujar ruh tersebut kepada sang putri, "tetapi hanya orang yang bernama Kasjan yang dapat melakukannya, karena sudah diramalkan."
Mendengar ini, Kasjan segera melangkah maju, mengambil sebilah dari hamparan 'pedang' alang-alang tersebut, lalu memenggal kepala ruh tersebut. Ia menarik sang putri dan mendudukkannya di atas permadani. Mereka langsung kembali ke istana Raja Balkh, di Khurasan.
Kasjan membawa sang putri ke depan raja, membangunkan raja dari tidurnya, dengan hati-hati. "Yang Mulia," katanya, "ini putri Anda, hamba telah menyelamatkannya dari cengkeraman setan dengan cara tertentu." Ia menceritakan semua yang telah terjadi pada mereka, mengeluarkan butiran batu permata dan benih sebagai bukti. Setelah dibebaskan, Kasjan hendak dinikahkan dengan sang putri. Tetapi, Kasjan minta izin dulu untuk pergi beberapa saat, terbang di atas permadani mencari saudaranya, Jankas.
Jankas tengah tidur dalam sebuah kafilah, karena ia hanya dapat memperoleh pekerjaan sebagai guru di seminari, upahnya sangat rendah. Ketika mereka ke istana, sang putri tiba-tiba jatuh cinta melihat kegagahan Jankas, dan memutuskan ingin menikahinya sebagai pengganti Kasjan.
"Hal ini tepat seperti yang aku harapkan," ujar Kasjan dan sang raja bersamaan. Setelah itu mereka hidup bahagia selamanya; kerajaan dikendalikan Jankas dan permaisurinya, sementara raja Balkh dan Kasjan pergi bersama-sama, dengan permadani terbang menuju Negeri Ghaib di atas Negeri Ghaib yang sekarang menjadi sekutu kerajaan.

RAJA DAN SERIGALA

Seorang raja memutuskan untuk menjinakkan seekor serigala, dijadikan binatang piaraan. Keinginannya ini didasarkan atas ketidaktahuan serta kebutuhannya untuk diakui atau dipuji orang lain -- suatu sebab umum dari banyak masalah di dunia.
Dia mengambil anak serigala dari induknya sesaat setelah dia dilahirkan, dan dibesarkan diantara anjing-anjing jinak.
Ketika serigala tersebut sudah dewasa dia dibawa kepada raja dan untuk beberapa hari ia berperilaku seperti anjing. Orang-orang yang menyaksikan hal ini terpesona, dan menyangka bahwa raja adalah seorang yang sakti. Mereka bertindak sesuai keyakinan tersebut, menjadikan raja sebagai penasihat mereka dalam segala hal. Dan menghubungkan suatu kekuatan besar kepadanya. Raja sendiri juga percaya bahwa keajaiban telah terjadi.
Suatu hari, ketika ia pergi berburu, raja mendengar gerombolan serigala mendekat. Saat mereka mendekat, serigala jinak piaraan sang raja tersebut melompat, memperlihatkan taring-taringnya, serta berlari menyambut kawanan serigala liar. Dalam sesaat, serigala tersebut telah pergi, kembali kepada teman-teman alamiahnya.
Inilah sumber peribahasa: "Anak serigala akan selalu jadi serigala, sekalipun dibesarkan diantara manusia."

PEMBURU SEMANGKA

Pada suatu ketika terdapat seorang laki-laki tersesat dan negerinya ke sebuah dunia yang dikenal sebagai Negeri Orang Bodoh. Ia segera menyaksikan sejumlah orang lari ketakutan dari ladang, tempat mereka mendapatkan gandum. "Ada makhluk aneh di ladang itu!" kata mereka kepadanya. Ia melihat sebuah semangka.
Ia menawarkan diri untuk membunuh 'makhluk aneh' tersebut. Ketika ia memotong semangka tersebut dan tangkainya, kemudian mengambil sepotong dan memakannya, orang-orang justru menjadi makin takut padanya daripada terhadap semangka tadi. Mereka mengusirnya dengan garpu rumput, berteriak, "Ia akan membunuh kita selanjutnya, jika kita tidak membuangnya!"
Hal ini terus terjadi, bahwa di lain waktu, lain orang juga tersesat di Negeri Orang Bodoh, dan hal yang sama terjadi pula padanya. Sebaliknya, alih-alih menawarkan membantu mengatasi 'makhluk aneh' itu, ia setuju dengan mereka, bahwa benda itu pasti berbahaya. Maka sambil berjingkat menjauhinya, ia memperoleh kepercayaan orang-orang bodoh itu. Ia melewatkan waktu yang lama bersama mereka di rumah mereka, sampai ia berhasil mengajari mereka sedikit demi sedikit, kenyataan dasar yang memungkinkan mereka tidak hanya hilang rasa takutnya terhadap buah semangka, tetapi bahkan mengelolanya sendiri.

PADUKA YANG MULIA

Melalui serangkaian kesalahpahaman dan kebetulan, Mullah Nashruddin menemukan dirinya pada suatu hari di dalam gedung pertemuan Kaisar Persia.
Shahinshah dikelilingi oleh para bangsawan yang egois, para gubernur propinsi, anggota istana dan berbagai penjilat. Masing-masing mendesak raja agar ditetapkan sebagai kepala kedutaan besar yang segera dikirim ke India.
Kesabaran raja sudah habis, ia mengangkat kepalanya dan orang-orang yang memaksakan kehendaknya tersebut, maka secara spiritual memohon pertolongan dari langit, siapa yang seharusnya dipilih. Matanya bercahaya pada Mullah Nashruddin.
"Orang ini akan menjadi duta besar," dia mengumumkan, "maka sekarang tinggalkan aku dalam ketenangan."
Nashruddin diberi busana bagus, peti besar penuh dengan batu mirah (ruby), berlian, jamrud, dan karya-karya seni yang tak ternilai dipercayakan kepadanya; hadiah dari Shahinshah untuk Mogul Agung.
Para anggota istana ternyata tidak puas. Untuk sementara mereka bersatu atas penghinaan terhadap tuntutan ini, dan memutuskan menjatuhkan Mullah. Pertama, mereka memasuki tempat tinggalnya dan mencuri permata, kemudian dibagi rata diantara mereka sendiri, menggantinya dengan tanah agar tetap berat. Lalu mereka memanggil Nashruddin, bermaksud menjatuhkannya dengan memberinya masalah, dan berusaha mencemarkan majikan mereka.
"Selamat, Nashruddin yang agung," kata mereka, "Sumber kebijakan, Merak Dunia yang memiliki semua esensi kebajikan. Oleh karena itu, kami memanggilmu. Ada beberapa hal yang mungkin dapat kami sarankan kepadamu, yaitu etika dan perilaku seorang utusan diplomatik."
"Aku akan merasa terbantu jika kalian mau mengatakannya," ujar Nashruddin.
"Baiklah," kata pimpinan intrik tersebut, "Hal pertama, engkau harus sederhana, untuk menunjukkan betapa sederhananya dirimu. Engkau tidak boleh sedikit pun menunjukkan diri sebagai orang penting. Saat sampai di India, engkau harus memasuki masjid sebanyak engkau bisa, dan mintalah derma untuk dirimu sendiri. Kedua, engkau harus menjawab etika istana di Negeri di mana engkau diutus. Ini artinya, bahwa engkau akan menyebut Mogul Agung sebagai Bulan Purnama."
"Tetapi itu bukankah julukan Kaisar Persia?"
"Tidak di India."
Maka Nashruddin pun dikirim. Kaisar Persia berpesan kepadanya saat berangkat, "Hati-hatilah, Nashruddin. Turutilah etika yang berlaku di sana. Karena Mogul adalah kaisar yang perkasa dan kita harus mengesankannya tanpa penghinaan."
"Aku sudah siap Yang Mulia," ujar Nashruddin.
Setelah memasuki wilayah India, Nashruddin segera memasuki masjid dan naik ke mimbar, "Wahai ummat!" serunya, "lihat diriku mewakili Bayangan Allah di Bumi! Poros lingkaran Bumi! Keluarkan uangmu, karena aku mengadakan derma."
Hal ini dia ulang di setiap masjid yang dapat ditemukan, semua jalan dari Baluchistan hingga kekaisaran Delhi. Nashruddin telah mengumpulkan uang banyak. "Gunakan itu," ujar penasihat yang lalu, "untuk apa pun yang engkau inginkan. Karena itu hasil keikhlasan dan pemberian berdasar perasaan, penggunaannya akan menciptakan permintaannya sendiri."
Sebenarnya, yang mereka inginkan terjadi pada Mullah adalah, ia mendapat ejekan saat mengumpulkan uang dengan sikap 'memalukan' tersebut. "Orang suci harus hidup dari kesucian mereka," ujar Nashruddin dari masjid ke masjid. "Aku tidak menilainya dan mengharapkannya. Bagi kalian, uang adalah sesuatu yang ditimbun, setelah dicari. Kalian dapat menukarnya dengan barang. Bagiku, uang adalah bagian dari suatu alat. Aku mewakili kekuatan alam dari pertumbuhan perasaan, pemberian dan pengeluaran."
Sekarang, sebagaimana kita semua tahu, kebaikan sering beralih dari kejahatan yang nyata, dan sebaliknya. Mereka yang berpikir bahwa Nashruddin hanya menghubungkan isi sakunya sendiri tidak menyumbang. Karena beberapa alasan, pertemuan mereka tidak berhasil. Mereka yang percaya dan memberikan uangnya, secara misterius menjadi kaya. Tetapi kita harus kembali kepada cerita kita.
Duduk di atas Singgasana Merak, di Delhi, kaisar mempelajari laporan yang dibawa kurir setiap hari, menggambarkan perkembangan duta besar Persia. Pertama, ia tidak terlalu memperhatikan. Kemudian dipanggilnya semua anggota dewan.
"Saudara sekalian," katanya, "Nashruddin ini pasti orang suci atau orang yang mendapat petunjuk. Siapa yang pernah mendengar, seseorang melanggar prinsip bahwa orang yang mencari uang tanpa alasan masuk akal, kalau tidak menempatkan pemahaman salah pada niat seseorang?"
"Semoga bayangan Anda tidak berkurang," jawab mereka, "Wahai perpanjangan seluruh kebijakan yang tak terhingga; kami setuju. Jika terdapat orang-orang seperti ini di Persia, kita harus waspada, karena pengaruh moral mereka melebihi pandangan materialistis kita, sudah sangat jelas."
Lalu seorang pesuruh tiba dari Persia, dengan surat rahasia dari mata-mata Mogul di istana, melapor, "Mullah Nashruddin bukan pejabat di Persia. Ia dipilih secara acak untuk menjadi duta besar. Kami tidak dapat mengerti alasannya, karena Shahinshah tidak punya pilihan lagi."
Mogul memanggil semua dewan, "Burung Surga yang tiada bandingnya!" katanya kepada mereka, "timbul pemikiran pada diriku. Kaisar Persia memilih orang secara acak untuk mewakili seluruh bangsanya. Ini mungkin berarti ia sangat yakin terhadap kualitas rakyatnya, bahwa baginya, siapa pun memenuhi syatat untuk melakukan tugas sulit sebagai duta besar ke istana Delhi! Ini menunjukkan derajat pencapaian sempurna, pelatihan kekuatan intuisi yang sempurna secara mengagumkan pada mereka, kita harus mempertimbangkan kembali keinginan kita untuk menyerbu Persia; karena orang-orang seperti itu dapat dengan mudah menelan senjata kita. Masyarakat mereka diatur atas dasar yang berbeda dari kita."
"Anda benar -- Prajurit Terbaik di Perbatasan," ujar para bangsawan India.
Akhirnya Nashruddin tiba di Delhi. Ia menunggang keledai tua, diikuti pengawalnya, dan diberati oleh kantong-kantong uang yang ia kumpulkan dari masjid-masjid. Peti permata diangkat di atas seekor gajah, sesuai dengan ukuran dan beratnya.
Nashruddin ditemui pimpinan upacara penyambutan di pintu gerbang Delhi. Kaisar duduk bersama para punggawanya di halaman istana yang luas sekali, Gedung Resepsi Duta Besar. Ruang dalamnya ditata sedemikian rupa dengan pintu masuk yang rendah. Sehingga, para duta besar selalu harus turun dari kuda mereka dan memasuki Paseban Agung dengan jalan kaki, memberi kesan sebagai para pemohon. Hanya orang-orang yang sederajat dapat berkendaraaan ke dalam istana.
Belum pernah sebelumnya seorang duta besar datang menaiki seekor keledai, dan oleh karena itu tidak ada yang menghentikan Nashruddin, menderap langsung melewati pintu dan tiba di Mimbar Kaisar.
Raja India dan para punggawa istananya saling berpandangan penuh arti, atas peristiwa itu. Nashruddin dengan gembira turun, menyebut raja sebagai sang Bulan Purnama dan menyebut peti permatanya untuk diberikan.
Ketika peti tersebut dibuka, dan yang ada adalah tanah, sejenak suasana hening.
"Aku lebih baik tidak berkata apa-apa," pikir Nashruddin, "karena tidak ada kata-kata yang dapat diucapkan untuk meredakan keadaan ini." Maka ia pun tetap diam.
Mogul berbisik kepada menterinya, "Apa arti ini semua?" Apakah ini penghinaan untuk kedudukan tertinggi?"
Tidak dapat mempercayai hal ini, sang menteri berpikir dengan keras. Kemudian dia memberikan penafsiran.
"Ini adalah tindakan simbolis, Yang Mulia," dia berbisik, "Duta Besar bermaksud bahwa dia mengakui Anda sebagai Penguasa Bumi. Bukankah dia menyebut Anda sang Bulan Purnama?"
Mogul tenang, "Kami puas dengan penunjukan Shahinshah Persia, karena kami tidak membutuhkan kekayaan, dan kami menghargai kehalusan metafisis dari pesan ini."
"Aku telah disuruh untuk mengatakan," kata Nashruddin mengingat 'esensi ungkapan penawaran upeti' yang telah diberikan oleh para pengintrik dari Persia, bahwa "hanya ini semua yang kami miliki Yang Mulia."
"Itu artinya Persia tidak akan menyerahkan satu ons pun dari tanahnya untuk kita," bisik penafsir ramalan kepada raja.
"Beritahu penguasamu, bahwa kami mengerti," senyum sang Mogul, "Tetapi ada satu hal lain, jika aku sang Bulan Purnama, lalu apakah sebutan kaisar Persia?"
"Dia adalah sang Bulan Sabit," kata Nashruddin secara spontan.
"Sang Bulan Purnama lebih dewasa dan memberikan cahayanya lebih banyak daripada bulan sabit, yang merupakan yuniornya," bisik ahli perbintangan istana kepada Mogul.
"Kami puas," ujar sang raja India, "Engkau boleh kembali ke Persia, dan katakan kepada sang Bulan Sabit, bahwa sang Bulan Pumama menghormatinya."
Mata-mata Persia di Istana Delhi segera mengirim laporan lengkap atas perubahan ini kepada Shahinshah. Mereka menambahkan bahwa Kaisar Mogul telah merasa sangat terkesan, dan takut untuk merencanakan perang melawan orang-orang Persia karena tindakan-tindakan Nashruddin.
Ketika dia kembali pulang, Shahinshah menerima Mullah Nashruddin dalam undangan resmi yang lengkap.
"Aku lebih daripada sekadar puas, sahabat Nashruddin," katanya, "atas hasil dari metode-metode ortodoksmu yang tidak lazim. Negara kita telah selamat dan ini berarti bahwa mereka tidak akan berusaha menghitung permata atau pungutan di masjid-masjid. Engkau akan dikenal dengan julukan khusus Safir -- Utusan.",
"Tetapi Yang Mulia," bisik penasihat, "Orang ini bersalah atas pengkhianatan yang besar, jika tidak lebih banyak! Kita punya bukti sempurna bahwa dia menggunakan salah satu julukan Anda kepada Kaisar India, karena mengubah kesetiaannya dan membawa salah satu gelar Anda yang hebat menjadi nama aib."
"Ya!" bentak Shahinshah, "guru pernah berkata bijak, pada setiap kesempurnaan di sana ada ketidaksempurnaan.' Nashruddin, mengapa engkau menyebutku dengan Bulan Sabit?"
"Aku tidak tahu mengenai protokol," jawab Nashruddin, "Tetapi aku tahu bahwa Bulan Purnama adalah tentang berkurangnya kekuasaan, dan Bulan Baru (Sabit), tetap tumbuh dengan kemenangan terbesar di depannya."
Suasana hati kaisar berubah, "Tangkap Anwar, sang Penasihat Agung!" dia berteriak, "Mullah, aku menawarimu kedudukan Penasihat Agung!"
"Apa?" tanya Nashruddin, "Dapatkah aku menerima setelah tahu dengan mataku sendiri apa yang terjadi pada pendahuluku?"
Dan apa yang terjadi pada permata dan harta benda yang ditukar oleh para anggota istana yang jahat? Hal itu lain cerita, karena Nashruddin yang tidak ada bandingnya berkata, "Hanya anak-anak dan orang bodoh yang mencari sebab dan akibat di dalam cerita yang sama."

TIDAK HANYA TERTAWA PADA SI BODOH

Pada suatu ketika terdapat seorang bodoh yang disuruh membeli gandum dan garam. Dia mengambil sebuah piring untuk membawa belanjaannya.
"Pastikan," kata orang yang menyuruhnya, "jangan mencampur keduanya. Aku ingin keduanya dipisah."
Ketika pemilik toko memenuhi piring dengan tepung dan menakar garam, si bodoh berkata: "Jangan mencampurnya dengan tepung, sini aku tunjukkan di mana meletakkannya."
Dan dia membalik piring, guna meletakkan garam pada

BAGIAN KEENAM: TEMA-TEMA PERENUNGAN DIRI

PENDAHULUAN

Tema Perenungan Diri dipilih dari ucapan-ucapan dan tulisan Sufi agung, karena dilakukan oleh guru Sufi untuk memuat materi yang paling sesuai bagi pembelajaran individual. Penggunaan sekundernya adalah untuk tamu, setelah dipahami dengan baik oleh murid.

MENJADI SUFI

Menjadi seorang Sufi adalah menyisihkan apa yang ada di kepalamu - kebenaran, khayalan, prasangka, pengondisian dan menghadapi apa yang mungkin terjadi padamu.
(Abu Said)

APA YANG HARUS DATANG

Bagi mereka yang mencari Kebenaran dalam agama yang lazim:
Hingga perguruan tinggi dan menara masjid telah didaki,
Karya suci kita ini tidak akan selesai.
Sampai keyakinan menjadi pengingkaran
Dan pengingkaran menjadi keyakinan
Tetap tidak akan ada penganut sejati.
(Abu Said)

MEMUJA

Wahai Tuhan!
Jika aku menyembah-Mu karena takut akan Neraka, masukkan aku ke dalam Neraka.
Jika aku menyembah-Mu karena menginginkan Surga, tutuplah pintu Surga bagiku.
(Rabi'ah al-Adawiyah)

PINTU

Salih dari Qazwin mengajar murid-muridnya:
"Siapa pun yang mengetuk pintu terus-menerus, akan terbuka untuknya."
Rabi'ah, suatu hari mendengar hal ini berkata:
"Berapa lama yang akan kau katakan, 'akan terbuka'? Pintu itu tidak pernah tertutup."

SEPERTI MENYEBUT KEKASIH

Hasan dari Basrah mengunjungi Rabi'ah. Ia tengah duduk diantara beberapa ekor binatang.
Saat Hasan mendekat, binatang-binatang tersebut berlarian semua.
"Mengapa mereka demikian?"
Jawab Rabi'ah, "Engkau makan daging, dan semua yang kumakan hanyalah roti kering."

BUAH DAN TUMBUHAN BERDURI

Bagi keledai, tumbuhan berduri adalah buah yang lezat. Keledai memakan tumbuhan berduri. Mereka tetap seekor keledai.
(Habib al-Ajami)

KETIKA IBNU SINA BERTEMU ABU SAID

Ketika seorang Filosuf dan Sufi bertemu, Ibnu Sina berkata:
"Apa yang aku tahu, ia melihat."
Abu Said menegaskan:
"Apa yang aku lihat, ia tahu."

PANGGILAN SUFI

Jawablah Panggilan Sufi, sebaik yang kau dapat, di dunia ini, dengan hati penuh cinta dan kejujuran. Maka engkau benar-benar selamat di dunia ini dan seluruh dunia yang lain.
(Salik Hamzawi)

ROTI

Jika engkau menjamu seorang darwis, ingat bahwa roti kering sudah cukup baginya.
(Harits al-Muhasibi)

KEUNTUNGAN

Paling banyak diantara manusia tidak tahu apa yang ada di dalam ketertarikan mereka untuk mengetahui. Mereka tidak menyukai apa yang pada akhirnya akan menguntungkan mereka.
(An-Nasafi)

SUDUT PANDANG

Bagi pendosa dan orang jahat aku ini setan; Tetapi bagi orang baik -- aku orang yang dermawan.
(Mirza Khan, Anshari)

GURU, PELAJARAN, PEMIKIRAN

Guru berbicara mengenai ajaran.
Guru sejati mempelajari murid mereka sebaik-baiknya.
Yang terpenting, guru seharusnya belajar.
(Musa Kazim)

PELAYANAN DAN KEGURUAN

Ia yang tidak tahu tentang pelayanan, tidak tahu tentang 'keguruan'.
(Tirmidzi)

PENGERTIAN DAN PENJELASAN

Bagi yang memiliki pengertian (kesadaran), hanya sebuah isyarat sudah cukup.
Bagi yang tidak benar-benar memperhatikan, seribu penjelasan tidak cukup.
(Haji Bektash)

BAGI CALON DARWIS

Hatiku dibingungkan dunia dan apa yang ada di dalamnya.
Di dalam hatiku tidak ada apa-apa kecuali Sahabat.
Jika aroma dari kebun mawar Kesatuan datang padaku
Hatiku, seperti kuncup mawar, akan melepas kelopak luarnya.
Bicaralah kepada sang Pertapa dalam kesendiriannya dan katakan:
Karena di pinggir ceruk sembahyang kita, adalah seperti garis lengkung pada alis mata.
Tidak ada perbedaan nyata antara Ka'bah dan rumah berhala
-- Di mana pun engkau melihat, persamaannya adalah Dia.
Menjadi seorang darwis tidaklah seperti jenggot dan kepalanya:
Jalan kaum darwis ada di dalam kepastian tindakan kualitatif.
Seorang darwis mungkin dengan mudah mencukur kepalanya tanpa penyesalan.
Tetapi ia adalah seorang darwis, seperti Hafizh, yang mengorbankan kepalanya.
(Khwaja Hafizh asy-Syirazi)

AJARAN SUFI

Ajaran Sufi adalah kebenaran tanpa bentuk.
(Ibnu al-Jalali)

MENJADI APA YANG SESEORANG DAPAT MENJADI

Menjadi Sufi adalah menjadi apa yang engkau dapat menjadi, dan tidak mencoba untuk mengejarnya pada tahap yang salah, ilusi.
Menjadi sadar terhadap apa yang mungkin bagimu, dan tidak berpikir bahwa engkau sadar terhadap apa yang tidak engkau perhatikan.
Sufisme adalah ilmu mendiamkan apa yang harus didiamkan, dan memperhatikan (waspada) apa yang harus diperhatikan (diwaspadai), tidak berpikir bahwa engkau dapat diam atau waspada di mana engkau tidak dapat, atau bahwa engkau perlu melakukan ketika engkau tidak membutuhkan.
Mengikuti jalan Darwis adalah mengikuti Kesatuan yang tersembunyi, meskipun, dan tidak dengan perantaraan mengakui akan perbedaan.
Memperhitungkan cara yang ada dalam perbedaan, tanpa memikirkan bahwa bentuk luar kemajemukan adalah penting di dalamnya.
Pendekatan dengan mempelajari faktor-faktor pengetahuan bagaimana untuk belajar; tidak dengan berusaha memperoleh pengetahuan tanpa praktek yang benar dalam mendekatinya.
Engkau lebih dekat menjadi Sufi dengan menyadari bahwa kebiasaan dan prasangka, merupakan hal yang esensial hanya pada beberapa bidang; tidak dengan membentuk kebiasaan dan menilai dengan menggunakan prasangka yang tidak sesuai.
Engkau harus menyadari ketidakberartianmu sebagai arti dirimu; tidak mencari perasaan berarti itu sendiri.
Orang yang sederhana (merendahkan diri) seperti ini, karena mereka memang harus demikian; dan yang terburuk dari semua laki-laki maupun perempuan adalah mereka yang menjalankan kerendahan hati untuk tujuan kebanggaan, bukan sebagai sarana perjalanan.
Metode Sufisme adalah selalu menerima sebuah nilai, kapan dan di mana nilainya, dan dengan siapa bernilainya, bukan meniru karena terpesona, atau menyalin karena kesukaan meniru.
Keberhasilan seseorang meningkatkan dirinya lebih tinggi, datang melalui usaha yang benar dan metode yang benar, bukan sekadar dengan berkonsentrasi pada cita-cita yang benar atau pada kata-kata orang lain yang ditujukan ke orang lain.
Sebagai jebakan yang terletak pada elemen rendah dalam dirimu, saat seorang manusia, sebuah buku, upacara, organisasi, metode, penampakan, secara langsung atau dengan nasihat untuk memiliki sesuatu yang dapat dipakai semua, atau dengan kuat menarik perhatianmu kendati tidak secara benar.
(Sayed Imam Ali Shah)

KEBAIKAN DAN KEJAHATAN

'Dzat' adalah kebaikan yang sempurna.
Jika terdapat sedikit kejahatan, hal itu bukanlah 'Dzat'.
(Syabistari)

OBAT

Obatmu ada dalam dirimu, dan engkau tidak mengamatinya.
Penyakitmu dari dirimu sendiri, dan engkau tidak mencatatnya.
(Hadhrat Ali)

DUNIA

Dunia tidak memiliki arti kecuali sebuah pertunjukan;
Dari ujung ke ujung keadaannya adalah olah raga dan permainan.
(Syabistari, Gulshan-i-Raz)

PETUNJUK

Bila gurumu terlalu memberi petunjuk; celup saja sajadahmu dengan anggur. --
Pencari hendaknya tidak mengabaikan terhadap cara-cara dari tahapan-tahapan (maqam).
(Hafizh)

KEPUSTAKAAN SUFI

Ada tiga cara menyajikan sesuatu:
Pertama, menyajikan segala sesuatu.
Kedua, menyajikan apa yang diinginkan orang.
Ketiga, menyajikan apa yang akan melayani mereka dengan baik.
 
Bila engkau menyajikan segala sesuatu, hasilnya mungkin menjemukan.
Bila engkau menyajikan apa yang diinginkan orang, mungkin akan mencekik mereka.
Bila engkau menyajikan apa yang akan melayani mereka dengan baik, paling buruk adalah, kesalahpahaman, mereka mungkin menentangmu. Tetapi bila engkau harus melayani mereka, apa pun penampakannya, engkau sudah melayani mereka, dan engkau juga harus beruntung, apa pun penampakannya.
(Ajmal dari Badakhshan)

PENELITIAN

Hanya burung yang memahami buku pelajaran tentang mawar:
Karena tidak setiap pembaca mengetahui makna sesungguhnya dari halaman yang dibacanya.
Wahai, engkau yang akan belajar bagian cinta dari buku pengetahuan -- aku khawatir bahwa engkau tidak tahu bagaimana memahaminya melalui penelitian.
(Hafizh)

KEBISUAN

Ia mengambil lidah dari mereka yang menyebar rahasia,
Sehingga mereka tidak lagi dapat membicarakan rahasia raja.
(Nizhami)

MUTIARA

Apa yang diketahui orang awam tentang nilai mutiara yang tidak terhingga?
Hafizh (pelindung), memberi cita rasa unik hanya pada orang-orang (yang) terpilih.
(Hafizh)

KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN

Siapa pun yang memperoleh pengetahuan, sedikit apa pun, tentu bahagia. Siapa pun yang diambil dari dirinya, tentu sedih.
(Ibnu Idris asy-Syafai)

KEBAIKAN RIIL

Lebih baik daripada sesuatu yang engkau anggap kebaikan, adalah dengan orang-orang yang benar-benar baik.
Lebih buruk daripada berbuat sesuatu yang jahat, adalah bersama dengan orang-orang jahat.
(Bayazid)

KEMATIAN

Tidurlah dengan mengingat kematian, dan bangun dengan pikiran bahwa engkau tidak akan hidup lama.
(Uwais al-Qarni)

MENGOMENTARI PERTAPA

Ia telah mematangkan dirinya di atas gunung
Maka ia tidak mempunyai Pekerjaan yang harus dilakukan.
Seseorang harus berada di pasar
Sementara tetap bekerja dengan Kenyataan sejati.
(Sahl)

DELAPAN SIFAT KAUM SUFI

Dalam ajaran Sufi, delapan sifat harus dilatih. Kaum Sufi memiliki:
Kemurahan hati seperti Ibrahim a.s.;
Penerimaan yang tak bersisa sedikit pun dari Ismail a.s.;
Kesabaran, sebagaimana dimiliki Ya'kub a.s.;
Kemampuan berkomunikasi dengan simbolisme, seperti halnya Zakaria a.s.;
Pemisahan dari para pendukungnya sendiri, sebagaimana halnya Yahya a.s.;
Jubah wool seperti mantel gembala Musa a.s.;
Pengembaraan, seperti perjalanan Isa a.s.;
Kerendah-hatian, seperti jiwa dari kerendahan hati Muhammad saw.
(Junaid al-Baghdadi)

KE MANA PERGINYA

Aku melihat seorang anak membawa cahaya.
Aku bertanya dari mana ia membawanya.
Ia memadamkannya, dan berkata:
"Sekarang katakan padaku, ke mana perginya."
(Hasan al-Bashri)

DAYA TARIK

Orang-orang yang sama, merasakan suatu daya tarik-menarik. Hal yang menarik terhadap hal-hal yang bertentangan adalah satu hal lain. Tetapi orang-orang yang sama sering keliru oleh kepurapuraan orang yang tidak disukai. Sebagai contoh, seseorang haus akan cinta, lainnya sangat rakus untuk mencintai. Hal yang tidak diketahui atau pemikir lahiriah akan segera membayangkan dan menyatakan, bahwa ini berlawanan. Sebaliknya, tentu saja, adalah kebenaran. Faktor umumnya adalah rakus. Mereka (keduanya) adalah orang-orang yang rakus (tamak).
Orang terkenal dan pengikutnya kadang sama. Satunya ingin memberikan perhatiannya, satunya menarik perhatian. Keduanya terbelenggu oleh obsesi pikiran dengan perhatian mereka terbang bersama-sama, 'merpati dengan merpati, elang dengan elang'.
(Simabi)

KEKAYAAN

Tujuan pengetahuan. Jika engkau menjadi miskin, maka hal itu akan menjadi kekayaan bagimu; jika engkau menjadi kaya (maka) hal itu akan memperindah dirimu.
(Az-Zubeir ibnu Abi Bakr)

KEDISIPLINAN

Bersama seorang Penunjuk jalan engkau mungkin menjadi Manusia sejati.
Tanpa seorang Penunjuk jalan engkau akan tetap Binatang.
Jika engkau masih dapat berkata, "Aku tidak dapat tunduk pada siapa pun." --Engkau masih tidak berharga untuk jalan.
Tetapi jika engkau berkata, "Aku berharap patuh," dengan cara yang salah --Jalan tidak pernah menemukan dirimu, dan engkau tersesat.
(Zulfikar ibnu Jangi)

AKU

Pengetahuan dimulai dari:
"Apakah aku?" sampai: "Aku tidak tahu apakah aku."
Untuk antara, "Barangkali aku tidak" dan "Aku akan menemukan diriku"; untuk antara "Aku-akan menemukan diriku" dan 'Aku", sampai "Aku adalah apa yang aku ketahui menjadi apa diriku", untuk "Aku".
(Abu Hasan asy-Syadzili)

PERUBAHAN KECIL

Saat orang mengemis, ia berpikir bahwa sedikit perubahan adalah keberuntungan. Padahal bukan. Untuk naik lebih tinggi dari kepengemisan, ia harus naik di atas perubahan kecil, sekalipun ia menggunakannya sebagai alat. Penggunaan sebagai sebuah akhir, maka akan menjadi akhir.
(Ibnu Iqbal)

APA YANG MEMELIHARA DIRIMU

Pengetahuan lebih baik daripada kekayaan. Engkau harus memelihara kekayaan; sedangkan pengetahuan memelihara dirimu.
(Ali)

KERUSAKAN

Tiga hal dalam kehidupan ini merupakan kerusakan:
Marah, tamak dan keangkuhan.
(Nabi Muhammad saw.)

SEBUAH CATATAN: BEBERAPA TEMA PERENUNGAN

Tentang Pelayanan

Pelayanan adalah menjalankan tugas tanpa keengganan atau kesenangan. Kepatuhan bukan seorang budak yang diperas dan bukan pula orang yang mencari ganjaran. Orang-orang akan keluar darinya. Jika mereka menyisihkan kesenangan tugas dan juga keengganan terhadap tugas, mereka berada pada kedudukan tempat yang menguntungkan dari makna lain dalam pelayanan. Inilah yang memurnikan (memperbaiki) daya tanggap (pengertian) mereka.

Tentang Pencarian

Mencari kebenaran adalah tahap pertama terhadap penemuan. Setelah pencarian mencapai kesadaran bahwa Kebenaran juga mencari sang Pencarinya sendiri. Tahap ketiga adalah orang yang di dalam mana sang Sufi belajar jalan (pencapaian), adalah apabila pelajaran mencapai suatu tahap khusus; apabila si Pencari menyadari bahwa ia sedang memperoleh pengetahuan dalam suatu tatanan di luar 'pencarian' dan 'penemuan' atau 'dicari'.

Tentang Usaha

Usaha dan bekerja memiliki banyak perbedaan bentuk. Satu alasan karena kebiasaan dari seorang Pembimbing adalah bahwa dia mengetahui ketika membimbingnya. Dia juga tahu jenis usaha dan kerja yang masing-masing pribadi (orang) harus lakukan. Hanya orang tidak menyadari kesalahan suatu kerja untuk kerja yang bermanfaat, atau usaha tambahan pada suatu waktu yang mereka harapkan, sekalipun usaha kecil, pada waktu yang benar (tepat).

Tentang Pemujaan yang Berlebihan

'Pemujaan' adalah apabila perhatian ditetapkan atas beberapa orang perantara atau sesuatu pada suatu saat, dan oleh seorang manakala hal ini tidak akan terjadi. Inilah kesalahan kendaraan (sarana) bagi penumpang (isi). Kebiasaan-kebiasaan paling banyak adalah, dengan sengaja atau sebaliknya, mendukung pemujaan. Inilah alasan bahwa kaum Sufi mampu meminta perhatian yang terus-menerus terhadap seorang penasihat untuk mengarahkan perhatian mereka sesuai kemungkinan-kemungkinan terjadinya pemujaan berlebihan.

Tentang Murid

Dalam jalan Darwis 'murid' adalah suatu persyaratan (kebutuhan) yang mendasar. Tetapi pemilahan harus dibuat antara orang-orang yang hanya membayangkan bahwa mereka (seolah) akan menjadi murid -- mereka yang haus (tamak) yang muncul tersembunyi -- dan mereka yang benar-benar dapat menjadi murid, serta di mana dan kapan tahap ini dapat terjadi secara menguntungkan.

Tentang Guru

Cara di mana seorang guru mengajar sering tidak dapat dimengerti, bagi para murid. Ini adalah umum, karena mereka mencoba memahami karya-karya (pekerjaan-pekerjaan) mengenai sesuatu, manakala dalam kenyataannya mereka sangat memerlukan manfaat-manfaatnya. Tanpa manfaat-manfaat itu, mereka tidak akan pernah dapat memahami karya-karya itu.

Tentang Persahabatan

Terdapat persahabatan kemanusiaan dan persahabatan atas penyebaran. Mereka yang tidak memiliki cukup, kerabat atau bentuk-bentuk lain persahabatan akan mencarinya, bahkan pada saat-saat dan tempat-tempat di mana pergaulan bersama dengan orang lain bermanfaat untuk penyebaran. Beberapa orang mengetahui mengenai hal ini, sebagian karena suatu kata (persahabatan) umumnya digunakan untuk menunjukkan (melambangkan) dua pernyataan (keadaan), masing-masing dari mereka sangat berbeda.

Tentang Kepustakaan

Perhatian terhadap penggunaan tempat sering diambil sebagai bentuk penggunaan umum atau seluruh dunia. Ketika seorang guru mengatakan, "Jauhkan diri dari pustaka," dia berbicara mengenai pandangan tertentu dan waktu tertentu. Ini merupakan kegagalan diantara para muridnya yang salah paham dan mengabadikan pustaka sebagai kunci untuk memahami, atau yang lain melakukan sebaliknya, mengatakan, "Guru menolak pustaka, oleh karena itu kami akan seluruhnya, dan selalu, menolaknya."

Tentang Latihan (Lahiriah)

Kerakusan itu berpengaruh, meski terselubung dengan baik, atas watak (ciri-ciri) khusus dari mereka yang membayangkan, bahwa latihan lahiriah merupakan pintu masuk kepada pengetahuan. Mereka sama penting, dan sebagai tidak berkaitan secara bebas, sebagaimana menggunakan sebuah tangan tanpa satu atau dua diantara jari-jari.

Tentang Penampilan

Orang awam menilai seseorang bukan dengan penampilan-penampilan dunia dalam (batin)-nya, tetapi dengan tindakan-tindakan yang tampak dari apa yang dia lihat seperti apa yang tampak dari luar, dan dengan apa yang orang-orang katakan mengenainya. Sudut pandang (metode) ini cocok betapapun hanya untuk beberapa jenis penilaian, tidak untuk lainnya. Bagaimana seseorang tampak seperti itu, akan tergantung pada bagaimana seseorang tahu tentang dia. Sebagai contoh, seorang laki-laki tengah membawa sepotong tongkat berpaku besar di ujungnya, tidak harus disebut seorang pembunuh, dia bisa jadi seorang pawang gajah. Orang-orang terpilih sering melanggar prinsip-prinsip dangkal dari penampilan agar tidak terpengaruh oleh perilaku orang banyak dengan penilaian palsu dan juga pada waktu peragaan kepada mereka yang dapat melihatnya, tingkah laku itu sendiri bukan memperagakan nilai-nilai dari bagian dalam (batin).

Tentang Kepercayaan (Iman) dan Agama

Mereka yang dianggap sebagai penganut atau orang-orang beragama, dan yang tidak mampu karena kebiasaan berperilaku dalam sikap tertentu, mungkin disebut beragama, tetapi tidak dapat dianggap sebagai beriman. Jika, di lain pihak, ini merupakan kepercayaan, maka beberapa kata lain harus digunakan untuk menyampaikan jenis dari kepercayaan yang tidak dihasilkan oleh orang tua atau orang-orang di sekitarnya.

Tentang Cinta

Apa yang secara umum disebut cinta, dapat menjadi berbahaya bagi pecinta (orang yang mencintai) dan sasaran cinta (orang yang dicintai). Jika ini merupakan akibat (hasil), karena tidak dapat disebut cinta oleh seorang Sufi, tetapi harus disebut pengikatan dimana seorang yang telah terikat (dengan kasih sayang) tidak mampu terhadap perilaku lain. Cinta tidak hanya memiliki perbedaan yang sangat besar, tetapi juga memiliki tingkat-tingkat yang berbeda. Jika manusia (orang) berpikir, bahwa cinta hanya berarti apa yang sejauh dia rasakan, dia dengan demikian akan menutupi dirinya sendiri dari cinta yang sejati.
Batapapun, jika dia benar-benar merasakan cinta sejati, dia akan tidak membuat kesalahan menyamaratakan tentang hal itu, agar mengenalnya hanya dengan cinta lahiriah atau daya tarik cinta.

Tentang Belajar di Dunia

Sufisme adalah suatu pengkajian yang tidak bersifat akademis. Bahan-bahannya diambil dari hampir setiap bentuk pengalaman manusia. Buku-bukunya dari para penanya dalam lingkaran keilmuan (halaqah) dan tidak menyerupai apa pun yang para sarjana (cendekiawan) bahkan mengimpikannya. Hal ini karena hafalan, usaha dan buku-buku termasuk dalam jenis pengkajian ini, dan karena para guru Sufi disebut "Guru", bahwa kenyataan atas suatu komunikasi khusus, telah dikacaukan dengan kajian-kajian akademis atau kajian tiruan. Oleh karena itu, kajian Sufi dan kajian umum dari keduanya berbeda kedudukannya seperti jika tikus dan gajah keduanya diberi nama yang sama. Hingga suatu titik ketidaksamaan (berkaki empat, berwarna abu-abu, berekor) ini adalah ketidaktepatan bukan pada waktu (tertentu). Setelah itu, menjadi perlu untuk membedakan diantara keduanya. Perbedaan ini berlaku di dalam lingkaran Sufi.

Tentang Pertemuan Darwis

Para murid yang dangkal membayangkan bahwa ketika para darwis bertemu, mereka semua dari tingkat yang sama. Atau bahwa seorang darwis dapat menghadiri pertemuan-pertemuan darwis lainnya, perbedaannya hanya pada tingkatan. Sesungguhnya, komposisi suatu lingkaran keilmuan (halaqah) adalah sama pentingnya dengan lingkaran keilmuan (halaqah) itu sendiri. Demikian pula tingkatan jalan (pencapaian), mungkin dijalankan dengan baik di suatu pertemuan dan tidak pada kelompok atau pertemuan lain. Inilah mengapa para guru di suatu lingkaran menjadi pengikut (murid) pada lingkaran lain.
Kumpulan dari kelompok orang-orang yang tertarik, para peminat (pecandu) keagamaan, dan calon murid dikelompokkan bersama, sering secara salah disebut 'lingkaran darwis'. Lingkaran-lingkaran ini mungkin atau mungkin pula tidak menjadi langkah pendahuluan lingkaran-lingkaran seperti itu, tetapi mereka bukan lingkaran-lingkaran (halaqah) darwis.

Tentang Perbedaan antar Madzhab

Banyak hal yang dikatakan dan ditulis mengenai perbedaan-perbedaan pendapat, ajaran, dan tulisan-tulisan diantara kaum Sufi. Dan luar, hal itu mungkin berbeda, ditentukan (didikte) oleh lingkungan, tetapi secara mendasar tidak ada perbedaan. Memperdebatkan mengenai perbedaan-perbedaan Sufi adalah sama bodohnya dengan memperdebatkan apakah sebuah mantel dapat dipintal dengan kuncup tanaman kapas (jenis) ini atau itu. Itulah tingkat kepentingannya.

Perumpamaan, Ungkapan dan Kiasan

Apabila gurumu berbicara kepadamu dengan bahasa aslimu, engkau harus memandang ungkapan-ungkapan yang ia gunakan sebagai bahasa ungkapan, dan tidak dimaksudkan diuraikan secara harfiah. Bila ia memberimu sebuah perumpamaan, engkau akan mengetahuinya sebelum engkau menerapkannya. Apabila sesuatu hal dikatakan dengan kiasan, itu diartikan dengan kiasan. Hal-hal yang bersifat harfiah tidak dapat diambil maknanya sebagai kiasan.

Tentang Pemahaman Tingkat Lebih Tinggi

Jika engkau menggunakan kemampuan pemikiran dan pemahaman umum untuk mencoba menguraikan sesuatu yang tidak engkau mengerti dalam Sufisme, engkau akan tersesat. Karena akal terlalu 'pintar' untuk tugas tersebut.
Pengertian atau pemahaman datang hanya dengan (menyimpan) membiarkan kesulitan memahami tersebut dalam cengkeraman mentalmu. Banyak ujian gagal karena terlalu sukar untuk dimengerti. Berhati-hatilah terhadap kepelikan (hal yang sukar dimengerti atau pelik).

Tentang Kejengkelan dan Ketidakpedulian

Tidak ada seorang pun merasa jengkel jika tidak ada alasan. Jika engkau menjengkelkan orang lain, mungkin hal itu karena mereka membayangkan dirimu memang menjengkelkan, atau mungkin engkau menjengkelkan mereka karena ucapan dan tingkah lakumu. Jika engkau atau orang lain tidak peduli oleh sumber kejengkelan, kemungkinan merasa terpuji atau tertekan. Engkau tidak dapat menilai dengan kejengkelan.

Tentang 'Keadaan'

Ada tiga dasar 'keadaan': palsu atau khayal, asli dan tidak berhubungan (tidak penting). Seperti seorang dokter, syeikh-lah yang mengetahui seseorang dari lainnya, mengetahui penyakit atau keadaan kesehatan dengan tanda-tanda gejala adanya sesuatu. Ia juga mengetahui sifat disenangi atau disukai dengan penarikan kesimpulan umum dari beberapa keadaan atau dengan cara lain. Kebodohan tertinggi adalah menduga bahwa ada atau tidak adanya suatu keadaan adalah di dalam 'keadaan' itu sendiri, yang menunjukkan baik atau buruk.

Tentang Membaca, Mendengar dan Hadir

Hal-hal penting berkait dengan lahiriah dari belajar (pengkajian) mungkin hanya merupakan tindakan menghadiri, tanpa reaksi-reaksi yang mendalam atau sungguh-sungguh, pada suatu pertemuan dengan sang Bijak. Hal itu pada suatu waktu dapat diartikan membaca, pada waktu lain berarti ujian (audisi). Kadang-kadang pembaca atau seorang diantara yang memulai (ditahbis). Pada waktu lain, dia tidak harus dianggap seperti itu. Ilmu ini telah dibuktikan dan hanya orang-orang yang melakukan kecerobohan mengadakan percobaan dengan hal itu.

Tentang Penyesalan

Penyesalan berarti kembali atau meninggalkan/melepaskan sesuatu sepenuhnya, yakni terhadap kekuatan daya tarik. Kesenangan atau kepuasan yang diperoleh lewat penyesalan dalam banyak kasus adalah sama buruk dengan kejahatan (pelanggaran) yang semula, dan tidak ada perbaikan permanen dapat diharapkan dari mereka yang membanggakan diri mereka sendiri di dalam perbaikan (perubahan). Penyesalan dari orang-orang yang kurang pengetahuan atau bodoh adalah apabila orang-orang merasakan reaksi yang kuat untuk menghentikan (mengorbankan) sesuatu atau mencari pengampunan untuk sesuatu. Ada suatu bentuk yang lebih tinggi, penyesalan dari sang Bijak (Guru), yang menuntun kepada pengetahuan dan cinta yang lebih agung.

Tentang Harapan dan Ketakutan

Bergerak diantara harapan dan ketakutan (ketakutan terhadap Allah dan berharap ampunan-Nya) adalah keadaan paling awal dari kesufian. Mereka yang berbeda dalam keadaan (tinggal dalam keadaan) ini, seperti bola yang dimainkan dari suatu sisi lapangan ke sisi yang lain. Setelah satu kali, pengalaman ini memiliki manfaatnya, dan setelah itu adalah ketidakberuntungan. Mengikuti Jalan (pencapaian) tanpa sifat-sifat yang lebih rendah dari harapan dan ketakutan merupakan sasaran. Suatu sasaran yang lebih tinggi adalah ketika tidak ada suap maupun penipuan. Beberapa membutuhkan harapan dan ketakutan; mereka adalah orang-orang yang telah ditetapkan untuk hal-hal itu.
(Pahlawa-i-Zaif)

BAGIAN KETUJUH: CERITA KELOMPOK

PENDAHULUAN

Cerita-cerita Kelompok dipilih dari materi yang tersedia atas dasar bahwa nilai terbesarnya disarikan sewaktu cerita-terita itu dipelajari secara (di dalam) kelompok. Cerita-cerita itu juga dipelajari dalam kesunyian (dengan menyendiri). Saat belajar, murid diperintah untuk membaca kisah-kisah dalam satu tatanan yang berbeda dari rangkaian yang muncul di sini. Pilihan urutannya dipercaya sebagai bentuk dari bagian studi itu sendiri. Rangkaian berikut ini, adalah rangkaian cerita kelompok tersebut.

HARGA

Suatu hari, dua darwis berdebat.
Ibrahim ibnu Adham berbicara kepada salah satu diantara mereka:
"Kehidupan tidak mementingkan diri sendiri telah engkau sia-siakan. Engkau mendapatkannya dengan murah, dan kau tidak menghargainya."
Si darwis menyeringai dan berkata, "Dan berapa harganya, doa, apakah engkau membayar demi menjadi seorang darwis?"
Ibrahim berkata, "Aku menukarnya dengan kerajaan Balkh, meski begitu aku menganggapnya harga yang murah, saudaraku."

TUKANG KEBUN

Suatu hari Ibrahim ibnu Adham bekerja sebagai tukang kebun, ketika itu majikannya menyuruh untuk memberinya beberapa buah delima.
Ia membawa beberapa, tetapi semuanya masam. Majikannya berkata:
"Engkau sudah sangat lama jadi pegawaiku, dan masih tidak mengetahui buah delima yang manis?"
Ibrahim menjawab: .
"Aku bekerja untuk merawatnya, bukan merasakannya, bagaimana aku tahu mana yang manis?"
Maka pemilik kebun menyadari bahwa orang itu pasti Ibrahim ibnu Adham.

TENDA KAFILAH

Suatu ketika Khidr pergi ke istana raja dan langsung menuju ke singgasana.
Melihat keanehan penampilannya yang demikian itu, tentu saja tidak ada seorang pun berani menghentikannya.
Sang raja, yang adalah Ibrahim ibnu Adham, menanyainya, apakah yang sedang dia cari.
Sang tamu menjawab:
"Aku mencari tempat tidur di tenda kafilah ini."
Ibrahim menjawab:
"Ini bukan tenda kafilah, ini istanaku."
Si orang asing bertanya:
"Siapa pemilik sebelum engkau?"
"Ayahku," jawab Ibrahim
"Dan sebelum itu?"
"Kakekku."
"Dan tempat ini, di mana orang datang dan pergi, tinggal dan pindah, kau sebut selain tenda kafilah (musafir)?"

KITAB

Pada suatu ketika, Ibrahim bermimpi bahwa ia melihat malaikat Jibril. Malaikat membawa sebuah kitab di tangannya, dan Ibrahim bertanya apa isinya.
Jibril berkata:
"Dalam kitab ini aku menulis nama teman-teman Allah."
Ibrahim bertanya:
"Apakah namaku ada di sana?"
Malaikat menjawab:
"Ibrahim, kau bukan teman Allah."
Ibrahim menjawab:
"Begitukah, tetapi aku teman dari teman Allah."
Untuk beberapa saat Jibril diam. Kemudian ia menunjuk Ibrahim:
"Aku menerima petunjuk untuk mencatat namamu di urutan paling atas daftar ini; karena harapan lahir dari ketiadaan harapan."

AGAMA

Semua agama, sebagaimana para teolog -- dan lawan-lawan mereka -- memahami kata, merupakan sesuatu yang lain dari yang diasumsikan.
Agama adalah kendaraan. Ekspresi (ungkapan perasaan), ritual, moral dan ajaran-ajaran lainnya di dirancang untuk menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu (elevasi), pada waktu tertentu, pada komunitas tertentu.
Karena kesulitan mempertahankan ilmu manusia, agama diadakan (dilembagakan) sebagai suatu alat (untuk) mendekati kebenaran. Alat selalu menjadi tujuan bagi orang-orang yang tidak sungguh-sungguh (berpikiran dangkal), kendaraan menjadi berhala (sesuatu yang dipuja).
Hanya orang yang bijak, bukan orang yang percaya atau cerdas, dapat menyebabkan kendaraan berjalan lagi.
(Alauddin Aththar)

SHALAT

Syeikh agung Simak mengajarkan hal ini sebagai rahasia shalat:
Manusia dapat shalat hanya sampai batas kemampuannya. Jika ia sendirian, atau mengajar shalat melalui buku-buku atau seminari, ia tidak dapat memahami atau ambil bagian dalam keadaan yang sebenarnya dari shalat.
Seseorang yang telah belajar shalat, dan yang meneruskan penerangannya dapat melampaui bagian tersebut kepada orang lain. Sehingga ia juga dapat belajar serta mengembangkan shalat dalam dirinya sendiri. Shalat yang tertulis tidaklah berarti.

MAKNA KULTUR

Pemahaman kaum Sufi terhadap kebudayaan tidak seperti pemahaman orang biasa (kebanyakan), yang membatasi maknanya.
Syeikh Abu Naslir Sarraj menyebutkan tiga bentuk kebudayaan berikut:
Kebudayaan duniawi, yang sekadar memperoleh informasi, pendapat, dan mempelajari jenis kebudayaan yang lazim (terbiasakan);
Kebudayaan religius, yang berulang-ulang mengikuti hukum-hukum dan tata tertib, berjalan dalam suatu cara yang dapat diterima etis;
Kebudayaan Sufi, yang mana merupakan pengembangan diri sendiri, menyadari apa yang relevan, konsentrasi dan kontemplasi (pemusatan pikiran dan permenungan), pengembangan pengalaman batiniah, mengikuti jalan Pencarian dan Kedekatan (pada Allah).

APA YANG DIAJARKAN SUFISME

Sufisme mengajarkan bagaimana menyucikan jiwa, memperbaiki moral dan membangun kehidupan batiniah dan lahiriah untuk mencapai kebahagiaan abadi. Persoalan pokoknya adalah penyucian jiwa dan akhir atau tujuannya adalah pencapaian kebahagiaan dan berkah yang abadi.

PEMILIHAN

'Pemilihan' (isthifa') adalah mengosongkan hati dari segala hal lain kecuali Pencarian untuk kesempurnaan. Ini menyerupai suatu gambaran bahwa tubuh telah kosong, dan bahwa semua pemikiran ditinggalkan untuk sesaat, sementara selama waktu itu, pemikiran-pemikiran yang sebenarnya mengalir masuk.
(Hujwiri)

JALAN DI MANA MEREKA MEMBAWA AJARANNYA

Jangan berharap cara di mana mereka membawa ajaran merupakan keseluruhan, dalam cara pemahaman Anda yang biasa. Sebutir mutiara mungkin saja dibawa di dalam dompet kulit.
Orang yang tidak tahu berteriak, "Benda kotak datar ini tidak tampak seperti kalung yang digambarkan kepadaku!"
(Arif Yahya )
Ditanya mengapa seorang Sufi tertentu tidak menampakkan pada mata lahiriah mengikuti kehidupan keagamaan yang taat, Nizamuddin Awliya mengatakan, "Raja mengubur harta bendanya di salah satu dari dua tempat. Pertama, dan yang jelas tampak, ada di ruang yang kokoh, yang dapat dibongkar, dikosongkan atau dirampas. Lainnya, dan yang lebih abadi, ada di dalam tanah, dalam reruntuhan di mana tidak seorang pun akan berpikir untuk mencarinya di sana."

LAMBANG USMAN DARI BARAT

Wahai Musthafa, wahai Musthafa,
Rais-i-Karawan-i-ma!
(Orang Sempurna, Orang Sempurna, Pimpinan Kafilah kita!)
Atas nama Sahabat!
Wahai, Sahabat!
Kami katakan wahai demi Rangkaian Penyebaran, demi para pemimpin Tarekat, untuk pejuang-pejuang Kebenaran, untuk kaum darwis yang masih ada maupun yang sudah tiada.
Wahai!
Kami memohon kekuatan Berkah Kelompok dan Orang-orang Agung pada pertemuan kita.
Wahai!
Kami persembahkan kegiatan kita hari ini pada Kesadaran
Terdalam, pada seluruh bentuk makhluk!
Wahai!
Doa mungkin dimulai.

SUFISME ABADI

Secara terus menerus, untuk merayakan Sahabat -- kita telah minum anggur sebelum penciptaan tanaman anggur.
(Ibnu al-Farid)

BENIH PENGETAHUAN SUFI

Benih sejati dibuat di masa Adam a.s. Keajaiban kehidupan, wujud.
Berkecambah pada zaman Nuh a.s. Keajaiban pertumbuhan, penyelamatan.
Pada zaman Ibrahim a.s., menurunkan cabang-cabang berikutnya. Keajaiban penyebaran, pemeliharaan.
Di jaman Musa a.s., telah melihat pembuatan anggur. Keajaiban buah-buahan.
Di zaman Isa a.s., mematangkan hasil panen. Keajaiban merasakan, kegembiraan.
Masa Muhammad saw melihat pemerasan anggur jernih. Keajaiban pencapaian, perubahan.
(Bayazid al-Bisthami)

DI HADAPAN ORANG BIJAK

Bahkan seandainya engkau hanya dapat hadir, secara diam-diam, pada pertemuan dengan Orang Bijak, engkau telah mendapatkan kemampuan lebih daripada yang dapat kau bayangkan, melalui pemikiran biasa.
(Mirza Asim)

TUJUAN

Makna tersembunyi dalam sebuah kehidupan adalah seperti sebuah pohon hidup. Dan buah yang tersembunyi paling dalam pada manusia, wahai Guru.
Tujuan cabangnya -- Wahai Seseorang tanpa Guru -- adalah buah masak, bukan sekadar pohon tersendiri.
(Ablahi Mutlaqtar)

UNTUK SANG PANGERAN

Wahai Keberuntungan, engkau telah memuliakan jiwaku;
Dengan kitab ini engkau mengangkat aku.
Gagasan bukanlah milikku, hingga engkau harus menjadi sahabat dalam keadaanku.
Engkau buka pintu daerah kekuasaanku, ranahku.
Engkau tunjukkan padaku kekayaan atas tuntunan.
Kita datang bersama dalam pesan ini yang engkau sampaikan kepada raja.
Ketika engkau paksa aku karena pikiran-pikiran aneh,
Aku menyebut kata-kata kemuliaan ini.
Ketika pandangan sang raja jatuh padanya,
Ia menerimanya seratus kali ...
(The Halnama, dari Arifi)

PERKUMPULAN KEBIJAKAN

Seseorang akan mengisi dirinya sendiri dengan buku pelajaran dan fakta. Dirinya atau orang lain, akan memenuhi dirinya dengan latihan dan praktek.
Pada keduanya, terdapat sensasi pencapaian, dan sangat berarti.
Tetapi, sebagaimana usaha memenuhi sebuah pot, kita harus memiliki pot, sesuatu untuk memenuhinya, dan takaran -- hanya melalui penggunaan faktor-faktor ini secara benar, manusia dapat benar-benar berhasil dalam tugas tingginya, pemenuhan sejati.
Hanya dalam cara ini ia dapat menemukan dirinya sendiri. Dalam banyak cara lain ia dapat berpikir bahwa ia sudah dapat menemukan dirinya sendiri, atau tengah menemukan dirinya, atau seseorang dapat menemukan dirinya untuk dirinya sendiri. Kita tidak dapat mempertimbangkan orang-orang tersebut kecuali menjadi cemas terhadap kedamaian pikiran dan kesehatan tubuh mereka.
Untuk meraih dan menerapkan tingkatan (ukuran) yang kukatakan, seseorang harus menemui Perkumpulan Kebijakan. Tempatnya di sini, dan tidak di mana-mana, bahwa tingkatan tersebut sudah diperoleh.
Di sana! Engkau telah diperingatkan. Sekarang, pergi dan temukan perkumpulan kebijakan. Engkau akan menemukan seseorang yang memiliki surat-surat bermanfaat yang sangat tepat dengan ketulusan batiniahmu. Jika engkau seorang munafik, engkau akan jatuh diantara orang-orang yang munafik, tidak peduli seperti apa penampakan mereka olehmu, atau seperti apa dirimu oleh mereka, atau seperti masing-masing diantara mereka.
(Qalandar Bahadur Shah)

BAGAIMANA PENCARIAN PENGETAHUAN DIHALANGI

Hal itu dihalangi oleh alasan-alasan yang palsu atau dibuat-buat. Terdapat seseorang yang mengetahui dalam dirinya sendiri. Ia tidak memahaminya untuk apa hal itu. Ia berpura-pura dapat, atau tidak dapat, memahaminya. Ia tidak tahu bahwa dirinya membutuhkan persiapan tertentu.
Itulah mengapa orang berpikir bahwa ia mengetahuinya, tetapi sebetulnya tidak. Ia hanya mengetahui mengenai sebagian dari hal-hal yang diketahuinya. Pengetahuan sepotong ini, dalam beberapa hal, lebih buruk daripada tidak mengetahui sama sekali.
Juga terdapat apa yang tidak diketahui manusia, dan tidak dapat mengetahuinya pada tahap-tahap yang sudah diberikan. Bagaimanapun, ia percaya bahwa ia harus tahu. Ia mencarinya atau (mencari) sesuatu yang akan tampak baginya sebagai sesuatu yang dicarinya tersebut. Karena dia tidak memiliki tongkat ukuran yang sesungguhnya, ia mulai berpura-pura.
(Tema studi Kaum Darwis Azamia)

YANG MENDAHULUI PELAKSANAAN (REALISASI)

Wahai kaum Sufi! Anggur menjadi jernih hanya setelah empatpuluh hari. Dan seseorang harus menjadi Sulaiman sebelum cincin ajaibnya akan bekerja.
(Hafizh)

GEJALA

Seseorang menderita sakit kepala, selain pandangan mata kabur. Keduanya disebabkan salah makanan.
Katakan, "Pencernaanmu terganggu," dan keduanya akan menjawab, "Pergi, bodoh! Kami mencari pertolongan untuk kepala dan mata, bukan pernyataan yang bukan-bukan."
(Harnami)

MENGINGAT

Segala sesuatu tergantung pada ingatan. Seseorang tidak memulai dengan belajar, lainnya memulai dengan kenangan. Jarak antara hidup abadi dan kesulitan hidup menyebabkan seseorang lupa.
Untuk alasan itu Allah memerintah kita:
"Ingatlah!"
(Syeikh Ismail Hakki)

MASALAH MUSIK

Yakinlah bahwa engkau tidak melatih dirimu sendiri untuk musik, jikalau ini menahanmu dari pemahaman yang lebih tinggi.
(Ibnu Hamdan)

UNGKAPAN LIAR

Kami mengumumkan ungkapan aneh (asing) kepada orang-orang biasa, karena pengalaman kami tidak dapat digunakan dalam ungkapan mereka. Aku sudah tahu, bahwa apa yang tidak dapat digambarkan (dijelaskan), sama sekali, dan yang mana yang di dalamnya meliputi seluruh kesimpulan biasa.
(Ibnu Atha')

ATOM

Pecahkan inti dari sesuatu yang sangat kecil apa pun: dari tengahnya engkau akan melihat matahari bersinar. Jika dirimu memberikan semua yang kau miliki untuk Cinta, aku akan menyebutmu seorang Pagan (penyembah berhala) bila engkau menderita suatu kehilangan kecil. Jiwa yang halus melewati api Cinta akan membiarkan dirimu melihat (memperoleh pengalaman) jiwa yang berubah. Jika engkau lepas dari kesempitan lingkup (dimensi), dan akan melihat 'waktu yang tidak bertempat', engkau akan mendengar apa yang belum pernah terdengar, dan engkau akan melihat apa yang belum pernah terlihat; hingga mereka mengirimmu ke suatu tempat di mana engkau akan melihat 'sebuah dunia' dan 'dunia-dunia' serentak. Engkau akan mencintai Kesatuan dengan hati dan jiwa; sampai, dengan mata sejati, engkau akan melihat Kesatuan ...
(Sayid Ahmad Hatif)

ENGKAU ADA DI SANA

Pergantian cahaya senja di gurun pasir -- engkau ada di sana.
Tugas melelahkan dari upacara agama kaum Majusi yang dibuat-buat -- engkau ada di sana.
Gerakan menanggapi gerakan lainnya -- engkau ada di sana.
Tidak di dalam kitab penulis ahli, melainkan dalam senyum padanya -- engkau ada di sana.
Keanggunan dan sifat-sifat anggun, bukan dalam pikiran tentang sifat-sifat anggun -- engkau ada di sana.
Pertanyaan dan jawaban; diantara keduanya, bukan di dalamnya -- engkau ada di sana.
Diantara langkah lamban seekor gajah -- engkau ada di sana.
Dalam keselarasan, dalam cinta, dalam makhluk itu sendiri, dalam kebenaran, dalam kemutlakan -- engkau ada di sana.
Mutiara yang ditolak oleh tiram indah -- engkau ada di sana.
Ketidakmampuan menjelaskan tanpa irama terhadap perubahan palsu -- engkau ada di sana.
Pertukaran, getaran, rasa manis, keheningan, ketentraman;
Dalam kesesuaian dan ketidaksesuaian -- engkau ada di sana.
Dalam cahaya, dalam percikan, lompatan nyala api, dalam kehangatan dan panas; dalam persantaian dan kegelisahan; Engkaulah di sana!
(Haykali)

MENCAPAI DERAJAT KEBENARAN ...

Tidak ada seorang pun mencapai Derajat Kebenaran hingga seribu orang paling jujur bersaksi, bahwa ia orang bid'ah.
(Junaid al-Baghdadi)
Kematian tidak akan mengunjungi lebih dari sekali. Oleh karena itu, bersiaplah untuk kedatangannya.
(Abu Syafiq al-Balkhi)

KETAATAN

Bentuk terendah dari ketaatan adalah melakukan perbuatan demi orang lain.
Bentuk ketaatan yang tinggi adalah apabila seseorang berhenti dari perilaku yang orang (lain) ingin melakukannya.
Bentuk tertinggi dari ketaatan adalah dapat tidak melakukan tindakan apa pun. Apabila (hal ini) mungkin, bentuk-bentuk lain dari ketaatan juga mungkin. Bersama mereka memperbaiki apa yang oleh orang-orang, secara bodoh, bayangan menjadi hal satu-satunya, 'ketaatan'.
Hal pertama untuk mempelajari adalah bahwa apa yang engkau telah terbiasa disebut ketaatan adalah selalu dalam kebiasaan atau perhambaan, apakah hal itu menyenangkanmu atau tidak.
(Anisa Imtihani)

YANG ENGKAU PUJI DALAM SUFI

Apa pun yang engkau puji dalam pencapaian dari samudera kaum Sufi adalah bagaikan setetes air dibanding pencapaian-pencapaian yang sesungguhnya; yang mana tersembunyi darimu ketika engkau melihat wajah luarnya saja.
(Musa Kasim)

JALAN SETAPAK DAN PINTU GERBANG

Jalan setapak dan pintu gerbang tidak memiliki arti atau manfaat (kegunaan) sekali tujuan sudah dekat (atau terlihat).
(Hujwiri)

APA YANG DILAKUKAN DAN SUDAH DILAKUKAN

Semua kebajikan dapat dinyatakan dalam dua bentuk:
Apa yang sudah dilakukan untukmu -- akui hal itu sudah dikerjakan.
Apa yang harus kau kerjakan untuk dirimu sendiri -- pastikan engkau mengerjakannya.
(Khawwas)

PENYELAMATAN DIRI SENDIRI

Sudahkah engkau dengar cerita yang disampaikan oleh guru kami yang tidak tertandingi, Maulana ar-Rumi? Inilah salah satunya:
Ada seorang laki-laki yang memiliki beberapa ekor ternak dan ketika ia mendengar bahwa Musa mengerti bahasa binatang, ia membujuknya untuk mengajarkannya.
Berbekal pengetahuan ini ia mendengarkan apa yang dikatakan binatang ternaknya.
Si ayam jantan berkata pada anjing, bahwa si kuda akan segera mati, dan laki-laki itu mengerti. Maka dia menjual kudanya sebelum ia menderita kerugian.
Beberapa waktu berselang, lagi-lagi ia menggunakan pengetahuannya, ia mendengar ayam jantan berkata kepada anjing, bahwa bagal tidak lama lagi akan mati, maka ia pun menjualnya, untuk menghindari kerugian.
Ayam jantan selanjutnya berkata bahwa budak dari laki-laki tersebut akan meninggal. Laki-laki tersebut dengan senang menjual si budak, untuk mengamankan uangnya sendiri. Ia sangat puas dengan dirinya sendiri dan menganggap hal ini sebagai nilai pengetahuan untuk menolong manusia dalam persoalan sehari-hari.
Sekarang orang itu mendengar ayam jantan berkata kepada anjing, bahwa dirinya (laki-laki tersebut) akan mati. Dengan panik dia pergi ke Musa, meminta nasihatnya mengenai apa yang dilakukan.
Musa berkata, "Engkau dapat pergi dan menjual dirimu sendiri sekarang."
Mengambil perhatian dari pelajaran ini, bahwa pengetahuan bagaimana melihat kemampuan khusus orang lain, tidak berarti sesuai dengan kebutuhan sebenarnya -- dirinya sndiri.
(Anis Ahmad ibnu al-Alawi)

RAJAH GAMBAR SINGA

Pada suatu ketika ada seorang laki-laki yang menginginkan rajah gambar singa di punggungnya. Dia segera pergi ke tukang rajah dan menyatakan apa keinginannya.
Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan (jarum) pertama, laki-laki itu mulai mengerang dan merintih: "Engkau mau membunuhku! Bagian singa mana yang sedang kau buat?!"
"Aku baru mengerjakan ekornya sekarang."
"Maka, biar kita hapus saja ekornya!" teriaknya. Maka sang seniman mulai lagi. Dan lagi-lagi si pasien tidak tahan merasakan tusukan. "Bagian mana lagi, kali ini?" teriaknya, "karena aku tak tahan merasakan sakitnya."
"Kali ini," kata sang seniman, "adalah telinga singa."
"Biar kita miliki gambar singa tanpa satu telinga," katanya dengan terengah-engah.
"Maka sang pembuat rajah mencoba lagi. Tidak berapa lama setelah jarum menusuk kulitnya, ia menggeliat lagi, "Bagian singa yang mana lagi, kali ini?"
"Ini adalah bagian perut singa," kata sang seniman dengan lemah.
"Aku tidak mau seekor singa dengan perut!" teriak laki-laki tersebut.
Dengan perasaan jengkel dan putus asa, sang seniman pembuat rajah berdiri, sebentar. Kemudian dia membuang jarumnya dan berteriak, "Seekor singa tanpa kepala, tanpa ekor; tanpa lambung? Siapa yang dapat menggambar demikian? Bahkan Tuhan pun tidak!"
(Ar-Rumi)

ORANG SUCI DAN ESENSI

Orang suci berada di bawah kekuasaan Esensinya:
Seorang pemuja yang taat, tetapi di Jalan Esensi.
Karyanya sampai pada tujuannya.
Ketika permulaannya tiba, lagi tiba di ujungnya.
(Syabistari)

PERUBAHAN SECARA PERLAHAN

Pertama-tama dia mewarisi dunia lembam. Dari unsur mineral ia berkembang, menjadi alam tumbuh-tumbuhan. Bertahun-tahun ia hidup demikian. Kemudian ia berlalu ke dalam suatu keadaan sebagaimana binatang, masih belum kehilangan ingatan terhadap kehidupan tumbuh-tumbuhannya--kecuali untuk daya tariknya kepada musim semi dan musim bunga.
Hal ini merupakan sesuatu seperti keinginan yang dibawa sejak lahir dan bayi, pada, dada ibunya. Atau seperti daya tarik para murid kepada seorang pembimbing masyhur. Ketika bayangan tersebut lenyap, mereka tahu alasan dari kasih sayang mereka terhadap guru ...
Dari satu alam ke alam manusia pergi, meraih pemikirannya yang dianugerahkan, berpengetahuan luas, sehat, melempar bentuk-bentuk awal kecerdasan.
Demikian juga ia akan lewat melebihi bentuk persepsi (pemahaman) yang biasa digunakan. Ada ribuan bentuk-bentuk berpikir lain ...
Tetapi ia telah tertidur. Dia akan berkata, "Aku telah melupakan pemenuhanku, tidak tahu bahwa tidur dan kesenangan penyebab dari penderitaanku."
Mari tinggalkan keledai-keledai seperti itu di padang rumput mereka. Disebabkan oleh kebutuhan, manusia memperoleh bagian-bagian tubuh. Oleh karena itu, tingkatkan kebutuhanmu.
(Ar-Rumi)

GELAP DAN TERANG

Malam mendahului pagi dan malam menjadi pagi.
(Hafizh)

KEABADIAN

Kehormatan manusia adalah pengetahuannya. Orang-orang bijak adalah suluh yang menerangi jalan setapak kebenaran. Di dalam pengetahuan terletak kesempatan manusia untuk keabadian. Sementara manusia bisa meninggal, kebijakan hidup abadi.
(Ali)

ORANG BODOH DAN KEJAHATAN

Lebih berbahaya dikerjakan oleh orang bodoh akibat kebodohan daripada dikerjakan oleh orang yang berdosa akibat kejahatan.
(Nabi Muhammad saw.)

MANUSIA DAN PENGETAHUAN

Ada banyak pohon: tidak semuanya menghasilkan buah.
Ada banyak buah: tidak semuanya bisa dimakan.
Banyak juga jenis pengetahuan: namun demikian tidak semuanya bernilai untuk manusia.
(Isa ibnu Maryam, sesuai dengan Kitab Amu-Darya)

MANUSIA DAN RAJA

Raja mengatur orang, orang bijak mengatur raja.
(Abu al-Aswad)

JIKA ENGKAU MENYUKAI PERTAPAAN

Paham (ajaran) pertapaan dapat menjadi suatu kelemahan, pemenuhan terhadap suatu keinginan, dan karena kekurangan ketabahan yang sesungguhnya.
(Hasan al-Bashri)

BERPIKIR

Semua manusia, kecuali yang terpelajar, adalah mati.
(Sahl dari Tustar)

APAKAH JATIDIRI

Ketika seseorang mengetuk pintu, Bayazid berteriak:
"Siapa yang engkau cari?"
Orang yang mengetuk menjawab:
"Bayazid."
Bayazid menjawab:
"Aku juga, mencari Bayazid selama tigapuluh tahun, dan aku belum menemukannya."

APA YANG DILAKUKAN ORANG BIJAK

Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang bodoh akan mengerjakannya tiga hari kemudian.
(Abdullah ibnu Mubarak)

JAWABAN

Kami menulis seratus surat dan engkau tidak menulis sebuah jawaban. Ini juga merupakan sebuah jawaban.
(Dzauqi)

TIDUR

Wahai engkau yang merasa takut akan kesulitan-kesulitan dari jalan menuju pembinasaan -- jangan takut.
Hal itu demikian mudah, jalan tersebut, boleh jadi perjalanan tidur.
(Mir Yahya Kasyi)

MANUSIA

Dengan ratusan ribu perseptor, bola dunia berputar mengitari bumi mencari Manusia. Tetapi di manakah Manusia?
(Astrabadi)

ANJING DAN PUKULAN

Aku melihat seorang penjaga memukul anjing dengan sebuah tongkat. Sang anjing menggonggong menahan sakit karena dipukul. Aku bertanya: "Hai anjing! Mengapa dia memukulmu?"
Sang anjing menjawab: "Ia tidak dapat menahan melihat orang yang lebih baik daripada dirinya sendiri."
(Asy-Syibli)

HARGA

Wahai, engkau yang mengatakan, "Mengapa membeli anggur dengan hidupmu?" -- tanyakanlah sebuah pertanyaan ini kepada si Pembawa Cawan kita, yang menetapkan harga demikian murah.
(Fighani)

KITA HIDUP

Kita adalah gelombang yang memiliki ketenangan, bukanlah makhluk hidup.
Karena hal ini kita hidup, bahwa kita tidak memiliki istirahat.
(Abu Thalib Kalim)

APAKAH KEBAJIKAN?

Lihat orang-orang di sekitarmu yang memiliki kebajikan. Engkau akan menemukan banyak orang-orang tidak dimuliakan oleh (karena) praktek kebajikan mereka. Meski mereka memiliki nama baik tersebut. Praktek kebajikan itu sendiri nyaris sia-sia. Seutas benang tidak mengubah sebutir mutiara, karena benang menembus lubang-lubang rangkaian mutiara.
Aku tidak sanggup belajar, apalagi mengajar, hingga aku sadar bahwa suatu tempat terlantar tidak dibuat subur semata-mata karena adanya harta karun di bawahnya.
(Hamid Qalindoz)

IHWAL MENGETAHUI

Orang yang tahu dan tidak tahu bahwa dia tahu; ia tidur. Biarkan ia menjadi demikian sepenuhnya. Biarkan dia terjaga.
Orang yang telah tahu tetapi tidak tahu; biarkan ia melihat sekali lagi permulaan dari semuanya.
Orang yang tidak berharap tahu, dan masih mengatakan bahwa dia butuh tahu; biarkan dia dibimbing kepada keselamatan dan cahaya.
Orang yang tidak tahu, dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, melalui pengetahuan ini, biarkan ia tahu.
Orang yang tidak tahu, berpikir bahwa dirinya tahu, bebaskan dia dari kekacauan terhadap kebodohan tersebut.
Orang yang tahu, dan tahu bahwa dirinya tahu; ia bijaksana. Biarkan dirinya diikuti. Melalui keberadaannya, mungkin manusia berubah.
Aku yang tahu, dan tidak tahu bahwa aku tahu; biarkan aku menjadi demikian sepenuhnya. Biarkan aku terjaga.
Aku yang sudah tahu, tetapi tidak tahu; biarkan aku melihat sekali lagi, permulaan dari semuanya.
Aku yang tidak berharap tahu, tetapi masih mengatakan bahwa aku butuh tahu; biarkan aku dibimbing kepada keselamatan dan cahaya.
Aku yang tidak tahu, dan tahu bahwa aku tidak tahu; biarkan aku, lewat pengetahuan ini, tahu.
Aku yang tidak tahu, namun beranggapan bahwa aku tahu; bebaskan aku dari kekacauan atas kebodohan tersebut.
Orang yang tahu, dan tahu bahwa itulah dirinya, ia orang bijak. Biarkan dirinya diikuti. Melalui keberadaannya manusia mungkin berubah.
Kita yang tahu, dan tidak tahu bahwa kita tahu; biarkan kita menjadi orang sepenuhnya. Biarkan kita berubah.
Kita yang telah tahu, tetapi tidak tahu; biarkan kita melihat sekali lagi, permulaan dari semuanya.
Kita yang tidak berharap tahu dan masih mengatakan bahwa kita butuh tabu; biarkan kita dibimbing kepada keselamatan dan cahaya.
Kita yang tidak tahu, dan tahu bahwa kita tidak tahu; biarkan, melalui pengetahuan ini, kita tahu.
Kita yang tidak tahu, tetapi berpikir bahwa kita tahu; bebaskan kita dari kekacauan terhadap kebodohan tersebut.
Dia yang tahu, dan tahu bahwa itulah dia, dia seorang yang bijak; biarkan dia diikuti. Dengan kehadirannya semata orang mungkin berubah.
Sebagaimana dengan nenek moyang kita,
Demikian pula dengan penerus kita.
Demikian pula dengan kita.
Kita tegaskan perjanjian ini.
Maka biarkan terjadi.
(Hikayat Sarmoun)

PERENANG

Manusia dalam kehidupan sehari-hari menemukan kesulitan-kesulitan dan mencari kebahagiaan.
Ia tidak dapat mencapai kepuasan atau secara tetap mengatasi kesulitan-kesulitan, apabila dia dalam satu keadaan kebodohan dan ketidakmampuan.
Betapapun, ia dapat tiba (sampai) pada suatu keadaan di dalam mana dia percaya bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapinya telah pergi, atau bahkan dia tahu hal-hal yang dia tidak tahu.
Ini merupakan keadaan dari mereka yang merekayasa pikiran mereka, atau yang mengikuti diri mereka sendiri, karena tekanan-tekanan keadaan mereka, untuk menerima kepastian atau keyakinan-keyakian dan cara-cara dari orang bodoh.
Manusia seperti seorang perenang yang berpakaian lengkap dan setiap saat terhambat oleh pakaian yang melekat tersebut. Dia harus tahu mengapa ia tidak dapat berenang sebelum langkah-langkah dapat diambil untuk membuatnya mungkin.
Tidak ada jalan keluar baginya untuk memiliki kesan bahwa dia berenang secara layak. Karena ini mungkin membuatnya merasa lebih baik dan mencegahnya dari mendatangi tepi sungai lebih jauh.
Laki-laki dan perempuan seperti itu tenggelam.
(Lathif Ahmad)

SANG GURU

Carilah penampilan seorang guru yang tidak menjadi guru yang diharapkan oleh para pemikir atau orang alim (saleh). Hal ini karena diantara para pemikir dan orang saleh tersebut ada beberapa yang mengenalnya dalam satu hal. Tetapi sebaliknya mereka yang memiliki keunggulan dan kemampuan untuk jalan (pencapaian) dan tidak terbiasa pada perilaku pemikiran dan orang saleh, akan menolak Guru jika ia mengenakan penampilan mereka yang tidak mereka mengerti.
(Najmuddin Kubra)

MENYENTUH JUBAH TAMBALAN

Hanya menyentuh jubah tambalan seorang Manusia Sempurna, dan engkau mendapatkan keuntungan terbesar untuk seorang individu, yang tidak dapat dijelmakan kembali. Engkau berhutang terhadap orang seperti itu suatu hutang yang besar. Dengan cara yang sama, menghadiri pertemuan Sufi palsu, akan benar-benar menghabiskan sebagian hidupmu.
(Halimah Hanim)

APEL SURGAWI

Ibnu Nashir sedang sakit dan, meski bukan musim buah apel, ia sangat menginginkan buah tersebut.
Al-Hallaj tiba-tiba memberinya sebuah. Seseorang berkata, "Apel ini ada belatungnya. Bagaimana bisa buah yang berasal dari Surga berulat?"
Al-Hallaj menjelaskan, "Ini hanya karena buah tersebut berasal dari Surga, maka buah ini telah menjadi rusak. Aslinya tidak demikian, tetapi ketika memasuki tempat kehidupan yang tidak sempurna ini, secara alamiah ia ikut terkena penyakit yang merupakan sifat-sifat khusus di sini."

BAGIAN KEDELAPAN: TULISAN DAN KULIAH

PENDAHULUAN

Guru-guru Sufi secara tegas membeda-bedakan antara tulisan dan ceramah yang diberikan untuk audiens khusus dan para pujangga, dengan nilai emosional serta kultural tersendiri. Semua ajaran Sufi, pada dasarnya diadakan untuk masa-masa mereka sendiri. Pesan-pesan Sufi dalam bentuk tulisan dianggap memiliki efektikitas yang terbatas, baik kedalaman maupun daya tahannya. Hal ini karena "sesuatu yang begitu disebarkan pada wilayah (bidang) Waktu, akan jatuh korban untuk memorak-porandakan Waktu". Akibatnya, seperti perumpamaan gelombang laut yang sering digunakan kaum Sufi, secara konstan Sufisme diperbarui oleh guru-guru penerus teladan.
Guru-guru ini tidak hanya menafsirkan ulang materi-materi Sufi lama; mereka memilih, menerima, mengenalkan dan mengerjakan materi-materi literal yang memungkinkan untuk melanjutkan fungsi dinamisnya.
Murid-murid Sufi mungkin berani, mungkin pula tidak, untuk membiasakan diri mereka dengan Sufisme Klasik tradisional. Bagaimanapun, ada Pembimbing Sufi yang mengusulkan kurikulum ke masing-masing lingkaran atau murid; potongan-potongan dari materi Klasik, tulisan dan ceramah, dari ibadat-ibadat tradisional yang diterapkan pada tahap masyarakat tertentu, pada kelompok-kelompok khusus, pada individu tertentu.
Penggunaan materi-materi ini secara tegas memisahkan ideologi Sufi dari jenis lainnya yang telah tercatat. Sikap ini mencegah Sufisme dari kristalisasi, yang kemudian menjadi hasil karya ulama dan tradisionalisme. Pada awalnya, pengelompokan Sufi dimana fosilisasi ini mengambil tempat, perasaan mendalam mereka terhadap penggunaan materi Sufi secara berulang-ulang memberi peringatan terhadap calon Sufi, bahwa organisasi seperti itu telah "menggabungkan-dunia".
Bagian berikut berisi materi-materi yang diambil dari pemakaian saat ini dan dipertimbangkan oleh aliran-aliran Sufi kontemporer sebagai "penyerahan material sesaat", dapat diterapkan pada manusia dalam situasi sekarang.
Materi-materi itu sendiri bergeser jauh ke belakang dan seterusnya, diantara tulisan-tulisan dan ucapan kaum Sufi paling kuno yang tercatat, dan sekarang ini diperhitungkan sebagai ajaran dasar prinsip-prinsip Sufi.
Menarik untuk dicatat, dari sudut pandang psikologi kontemporer, bagaimana kelompok-kelompok studi -- dalam Sufisme di mana saja -- selalu menghadapi tantangan. Tantangan ini adalah, apakah kelompok akan menstabilisasi diri sejak awal pada penopang yang menyenangkan (seperti terpaan, latihan, tokoh otoritas) atau apakah grup memiliki stabilitas memadai untuk menggapai realitas yang melebihi keadaan lahiriahnya, faktor-faktor sosial.
Komposisi kelompoklah yang akan memutuskan hal-hal tersebut. Jika anggotanya sudah siap memiliki keseimbangan sosial yang kuat, mereka tidak perlu mengubah atmosfir studi mereka menjadi sumber stabilitas dan kepastian. Bila anggota sudah memperoleh kepuasan fisik dan intelektual, mereka tidak perlu berusaha menyaringnya dari kelompok Sufi mereka.
Mereka ini para pencari stabilitas sosial, intelektual dan emosional yang merupakan kandidat yang gagal untuk ajaran Sufi dalam aliran-aliran asli. Aliran-aliran tiruan (diketahui atau sebaliknya) menggunakan bagian luar Sufi --termasuk tulisan dan ceramah berikut-- dan beroperasi sebagai kelompok-kelompok sosio-psikologis tersamar. Aktivitas Sufi yang sangat bernilai ini bukan persyaratan untuk 'pengetahuan tentang manusia yang lebih tinggi'.
Namun ini bukan berarti bahwa pengelompokan-pengelompokan otomimetis yang dianggap banyak orang sebagai Sufi, secara tiba-tiba dapat dikenal oleh seorang kandidat sebagai pengelompokan sosial semata. Sebaliknya, jika murid bersungguh-sungguh membutuhkan kepastian, petualangan, katarsis, keseimbangan sosial dan psikologis, ia akan sangat berterima kasih dan tidak mempertanyakan lagi bila ditarik ke aktivitas tingkat rendah ini.
Ini karena ia akan menjawab untuk apa kelompok-kelompok yang ditawarkan dalam praktek, bukan apa yang dapat ditawarkan Sufisme.
Lagi, secara tradisional kelompok-kelompok para Pencari bergabung bersama dalam usaha memperingati praktek-praktek dan teori-teori Sufisme, dengan harapan bahwa hasrat mereka dapat terwujud atau menjadi sempurna dengan kehadiran guru yang asli. Dasar studi ini lebih berbahaya daripada diusulkan secara umum, karena ketika keanggotaan dari suatu kelompok secara luas mengkomposisikan orang-orang yang menggunakannya untuk tujuan psikologis lebih rendah, kelompok sebagai keseluruhan akan cenderung kehilangan kapasitas dan hasrat untuk mengenal sumber-sumber di level lebih tinggi.
Dalam kasus demikian, perkembangan alamiah kepekaan sosial dalam pengelompokan, menghalangi aspirasi. Hanya pengenalan perbedaan tipe orang kepada kelompok, dalam usaha setidaknya memperbaikinya untuk suatu contoh masyarakat normal, kemungkinan akan menghidupkan kembali posibilitas kelompok. Tetapi suatu kelompok sosial jenis ini hampir secara definitif bermusuhan dengan pengenalan-pengenalan semacam; orang-orang yang tampak berpikir dengan cara berbeda dianggap bermusuhan atau tidak dapat dipilih.

APAKAH SUFISME?

Pertanyaannya bukan: "Apakah Sufisme?" melainkan: "Apa yang dapat dikatakan dan diajarkan tentang Sufisme?"
Alasan memasukkannya di dalam cara ini adalah, bahwa lebih penting mengetahui keadaan si penanya dan mengatakan kepadanya, apa yang bermanfaat baginya, daripada sesuatu yang lain. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw bersabda, "Berbicaralah kepada setiap orang sesuai dengan permahamannya."
Anda dapat membahayakan penanya dengan memberinya informasi faktual tentang Sufisme, jika kapasitas pengertiannya dilatih secara tidak sempurna atau salah.
Ini merupakan sebuah contoh. Pertanyaan yang baru saja dicatat ditanyakan. Anda menjawab, "Sufisme adalah pengembangan diri." Penanya akan mengasumsikan bahwa pengembangan diri bermakna seperti apa yang ia artikan.
Sekali lagi, jika Anda berkata benar, "Sufisme adalah kekayaan yang tidak terhingga." Orang yang tamak atau bodoh akan mendambakannya karena makna yang mereka letakkan pada kata kekayaan.
Tetapi jangan tertipu dengan berpikir bahwa jika Anda meletakkannya ke dalam bentuk religius atau filosofis, manusia religius atau filosofis tidak akan membuat ketamakan serupa, salah mengartikan, sebagaimana dia pikir, maksud Anda.
(Idris ibnu Asyraf)

INGATAN

Saat kita berkata, "Engkau adalah setetes air dari Lautan yang tidak terbatas," kita menunjuk pada kepribadian individualitas Anda saat ini, sebagai tetesan, pada seluruh kepribadian Anda di masa lalu, sebagai tetesan dan gelombang penerus, dan juga pertalian lebih besar yang menyatukan seluruh bentuk ini dengan tetesan-tetesan lainnya, sebaik dengan Keseluruhan yang lebih besar.
Saat melihat Keseluruhan ini, kita akan memandang sekilas suatu keagungan tetesan dalam fungsinya sebagai bagian Lautan kesadaran.
Untuk mengetahui hubungan antara tetesan dan Lautan, kita harus berhenti memikirkan ketertarikan kita tentang tetesan.
Kita dapat melakukan ini hanya dengan melupakan apa sebenarnya diri kita ini, dan mengingat bagaimana diri kita di masa lalu, juga mengingat apakah diri kita saat ini, apakah sesungguhnya kita; karena hubungan dengan Lautan hanya dalam suspensi, bukan kekerasan. Merupakan suspensi yang menyebabkan kita membuat asumsi-asumsi pengganti sementara yang ganjil tentang diri kita, dan juga membutakan diri terhadap realitas sejati.
Latihan mengingat keberadaan dan pengalaman-pengalaman terakhir dirancang untuk memberi kita kapasitas ingatan jauh ke belakang; mengingat bahwa yang mana dalam penundaan (suspensi) atau ditangguhkan, dan karena itulah kita menjadi lama, kendati kita tidak mengetahuinya.
Jika latihan pokok tentang mengingat ini tidak membimbing kita untuk mempertemukan jurang pemisah untuk mengingat leluhur kita, komitmen abadi, Perjanjian, maka salah satu dari tiga hal ini ada yang salah; guru, murid atau keadaan. Inilah mengapa kita mempunyai guru yang masih hidup, murid yang sadar dan keadaan yang benar.
Bahkan ucapan-ucapan sekarang hanya akan dicapai mereka yang dapat meraih. Merupakan pemeliharaan fisik, tetapi bagian kecil dari realitas mereka. Bebaskan mereka dengan seorang guru, tidak sendirian.
(Haji Bahauddin dari Bukhara)

PENGETAHUAN-TINDAKAN-CINTA

Cinta adalah Jalan menuju Kebenaran, Pengetahuan, Tindakan.
Tetapi hanya mereka yang mengetahui cinta sejati dapat mendekatinya dengan sarana cinta. Lainnya salah mengerti perasaan-perasaan lain terhadap cinta sejati tersebut.
Paling lemah dari semuanya adalah mereka yang mengidealkan cinta dan mencari untuk mendekatinya sebelum mereka memberinya sesuatu; atau mengambil sesuatu darinya.
Kebenaran adalah Jalan menuju Cinta, Pengetahuan, Tindakan. Tetapi hanya mereka yang dapat menemukan Kebenaran sejati dapat mengikuti Jalannya sebagai Jalan. Lainnya (tidak dengan benar karena mereka mayoritas) membayangkan bahwa mereka mungkin menemukan Kebenaran, kendati mereka tidak tahu ke mana mencarinya, sejak apa yang mereka sebut kebenaran adalah sesuatu yang kurang.
Pengetahuan adalah jalan menuju Tindakan, Cinta, Kebenaran. Tetapi karena bukan jenis pengetahuan yang dipertahankan masyarakat, mereka tidak mendapatkan manfaat darinya. Di mana saja, tetapi mereka tidak dapat melihatnya, dan menyebutnya sementara ada di samping sepanjang masa.
Tindakan, juga, adalah Jalan. Adalah Jalan menuju Cinta, Kebenaran, Pengetahuan. Tetapi tindakan apa, kapan dan di mana? Bertindak dengan siapa, dan apa tujuannya? Apa jenis tindakan yang kita maksudkan saat kita mengatakannya sebuah Jalan? Tindakan yang berbeda tersebut sebagai maksud, yang mungkin manusia menjalankannya tanpa mengetahuinya. Lagi, secara umum ia akan membenamkan dalam tindakan jenis lain, bahwa ia tidak akan dapat melakukan tindakan yang dibutuhkannya.
Jadi, kendati kita mungkin salah menilai karena mengatakan ini, kita menguatkan sebagai kenyataan, bahwa: Kebenaran Mulia memberkahi Guru dengan memahami pengetahuan tentang Jalan. Marilah kita tidak lagi berceloteh "Aku mencari Cinta"; "Aku menginginkan Pengetahuan"; "Aku mengharapkan Kebenaran"; "Tujuanku adalah Tindakan"; kecuali kalau kita ingin orang mengetahui bahwa kita hampa, dan sesungguhnya tidak mencari apa-apa.
Cinta adalah Tindakan; Tindakan adalah Pengetahuan; Pengetahuan adalah Kebenaran; Kebenaran adalah Cinta.
(Rauf Mazari, Niazi)

SIMBOL-SIMBOL

Manusia adalah simbol. Jadi merupakan sebuah sasaran, atau gambaran. Merasuk ke bawah sisi luar pesan dari simbol, atau engkau akan membuat dirimu tidur. Di dalam simbol terdapat rancangan yang bergerak. Ketahuilah rancangan ini. Untuk itu engkau perlu Pembimbing. Tetapi sebelum ia dapat membantumu, engkau harus bersiap-siap dengan melatih kejujuran terhadap tujuan penelitianmu. Jika engkau mencari kebenaran dan pengetahuan, engkau akan memperolehnya. Apabila engkau mencari sesuatu untuk dirimu sendiri, engkau mungkin memperolehnya, dan kehilangan semua kemungkinan lebih tinggi untuk dirimu sendiri.
(Khwaja Pulad dari Erivan)

KEBENARAN ITU SENDIRI

Ketika Sufi berkata, "Ini sendiri merupakan kebenaran," ia mengatakan, "Karena saat ini dan orang ini dan tujuan ini, kita harus memusatkan perhatian kita seolah kebenaran itu sendiri."
Dalam melakukan ini, Sufi membantumu dengan mengajari engkau, seyakin seperti yang dikatakan guru sekolah, "Ini A dan ini B, ini sendiri adalah kebenaran selama masa kita mempelajarinya.
Dengan cara ini orang belajar kemampuan membaca dan menulis. Dengan cara ini orang mempelajari wujud benda yang sebenarnya (metafisika).
Namun orang-orang tanpa pemahaman yang peka sering menyerang Sufi karena berperilaku demikian, karena mereka sendiri kurang sabar dan kurang bekerjasama. Bila engkau tidak memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengerjakan tugas ini, maka engkau dapat menuduhnya terlalu berdedikasi.
Ingat, jika anjing menggonggong dan suaranya mengganggumu, bisa jadi itu tanda bahaya darinya -- kalau engkau menganggap anjing itu menggonggong kepadamu. Engkau sudah salah paham terhadapnya.
(Hakim Tahirjan dari Kafkaz)

KESATUAN PENGETAHUAN

Apa yang kupelajari tentang Sufi adalah sesuatu yang tidak dapat dimengerti orang, karena tentang apa yang dia sudah memikirkan. Hal paling mudah diraih dalam Sufisme adalah salah satu yang paling sulit bagi pemikir biasa. Yaitu:
Seluruh penyajian keagamaan (religius) adalah aneka ragam dari satu kebenaran, kurang atau lebih menyimpang. Kebenaran ini menunjukkan dirinya sendiri dalam berbagai orang, yang menjadi cemburu karenanya, tidak menyadari bahwa perwujudannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Tidak dapat disampaikan dalam bentuk yang sama karena perbedaan pemikiran dalam komunitas berbeda. Tidak dapat ditafsirkan ulang, karena pasti tumbuh (sekali) lagi.
Dihadirkan lagi hanya oleh yang benar-benar dapat mengalaminya dalam setiap bentuk, manusia religius atau lainnya.
Pengalaman ini sangat berbeda dari apa yang sudah diyakini orang. Orang yang dengan sederhana berpikir bahwa ini pasti kebenaran logika, tidak sama seperti orang yang mengalami kebenaran tersebut.
(Khwaja Salahuddin dari Bukhara)

KALAU AKU MATI

Sekarang, kalau aku mati, mungkin engkau membaca suatu kebenaran tentang Sufi. Sudahkah informasi ini diberikan kepadamu, langsung atau tidak langsung, saat aku berada diantara kalian, kalian semua, menerima sedikit, menyuburkan ketamakan dan mencintai keajaibannya sendiri.
Maka ketahuilah, bahwa apa yang dilakukan guru Sufi untuk dunia dan masyarakatnya, besar dan kecil, sering tidak terlihat oleh para peneliti.
Seorang guru Sufi menggunakan kekuatannya untuk mengajar, mengobati, membuat manusia bahagia dan sebagainya, sesuai pertimbangan paling baik dalam menggunakan kekuatan. Jika ia tidak menunjukkan keajaiban padamu, bukan berarti ia tidak dapat melakukannya. Jika ia kurang menguntungkan dirimu dengan cara yang engkau harapkan, bukan berarti ia tidak mampu. Ia menguntungkan dirimu sesuai dengan kebutuhanmu, kelayakanmu, bukan menjawab tuntutanmu. Ia mempunyai tugas yang lebih tinggi; inilah apa yang ia penuhi.
Banyak diantara kalian sudah merubah hidupmu, diselamatkan dari berbagai risiko, diberi banyak kesempatan -- tidak satu pun dari kalian mengenalinya sebagai sebuah manfaat. Namun demikian, engkau memiliki manfaat ini.
Banyak dari kalian, kendati tengah mencari kehidupan yang lebih utuh, sama sekali tidak akan memiliki kehidupan bila tidak berusaha untuk Komunitas Sahabat. Banyak dari kalian yang miskin, akan dikutuk seandainya kaya. Banyak diantara kalian tetap kaya, karena adanya Manusia Bijak. Banyak diantara kalian yang ada di sekolahku berpikir bahwa kalian sudah kuajari. Kenyataannya, engkau hadir secara fisik dalam pertemuan-pertemuan kalian, sementara pikiran kalian ada di pertemuan lainnya.
Semua ini begitu asing bagi kebiasaan pemikiran kalian, bahwa engkau belum siap dalam posisi mengenalinya.
Tugasku adalah memberi manfaat. Tugas untuk membuat manfaat tersebut dapat engkau mengerti, adalah tugas orang lain.
Tragedimu adalah, sementara menungguku bersedia memberimu keajaiban dan membuat perubahan yang dapat dimengerti untukmu, engkau telah menciptakan keajaiban yang tidak kulakukan, dan membangun kesetiaan padaku, yang sama sekali tidak berarti. Dan engkau membayangkan "perubahan" dan "bantuan" dan "pelajaran" yang tidak terjadi (berlangsung). "Perubahan", "bantuan", "pelajaran", bagaimanapun ada di sana. Sekarang temukan apa sebenarnya itu semua. Jika engkau terus berpikir dan melakukan apa yang sudah aku katakan, engkau bekerja dengan materi-materi kemarin, yang sudah digunakan.
(Mirza Abdul Hadi Khan dari Bukhara)

BERKAH

Engkau yang berbicara tentang Berkah, mungkin musuh dari Berkah itu sendiri. Laki-laki maupun perempuan seharusnya menjadi musuh dari apa yang ingin ia cintai yang melekat dalam diri manusia -- tetapi hanya beberapa jenis manusia.
Dalam bahasa biasa, Berkah adalah sesuatu, yang melalui pengaruh keilahian, menyelamatkan manusia. Ini kebenaran; tetapi selamat hanya untuk sebuah tujuan. Lagi, dalam pembicaraan biasa, masyarakat berusaha memanfaatkan Berkah untuk memberi mereka sesuatu. Ini keserakahan yang samar. Orang-orang yang bertakhayul meminta Berkah dari makam orang suci. Memang ada, tetapi apa yang mereka dapatkan bukan Berkah, kecuali kalau tujuannya benar. Berkah melekat pada sesuatu seperti halnya pada masyarakat, tetapi hanya diberikan kepada yang layak. Karena tujuan praktis Berkah, sama sekali tidak ada di sana.
Ketika tidak ada Berkah sejati, dari kehausan manusia seperti itu, maka emosionalitasnya dianggap berasal dari harapan dan ketakutannya terhadap kebaikan Berkah. Jadi ia akan merasa bangga, kesedihan, emosi yang kuat, dan menyebutnya Berkah. Sesuatu yang sangat mudah dianggap sebagai Berkah adalah: suatu perasaan yang didapatkan manusia dari sesuatu yang aman, dikenal, menggetarkan.
Tetapi hanya kaum Sufi yang memiliki Berkah sejati. Mereka adalah salurannya, sebagaimana mawar sebagai saluran aroma wewangiannya. Mereka dapat memberimu Berkah, tetapi hanya jika engkau setia pada mereka, yang artinya setia terhadap apa yang mereka wakili.
Jika engkau mencari Berkah, temanku, carilah Sufi. Jika ia tampak brutal, berarti ia berterus terang, dan itulah takdir Berkahnya. Jika engkau ingin membayangkan, engkau akan sering-sering berada di dekat mereka yang tampak olehmu memberi jaminan dan pengangkatan depresi. Ambillah ini jika memang engkau perlu. Tetapi jangan sebut Berkah. Untuk mendapatkan Berkah, engkau harus memberi apa yang engkau miliki terus-menerus, sebelum engkau dapat menerima. Menerima sebelum engkau memberi adalah ilusi dan pikiran dosa. Bila engkau sudah memberi -- beri lagi, sepenuh jiwa.
(Syeikh Syamsuddin Siwasi)

AHLI BAIT

Jalan Sufi telah diteruskan melalui ahli bait (keturunan Nabi Muhammad saw). Namun demikian tidak turun temurun semata-mata berdasar garis darah. Inilah paradoksnya. Oleh karena sebagian akan berkata, "Jadi itu disampaikan sebagai suatu rahasia yang diwariskan hanya kepada sebagian kecil, yang dikasihi oleh ahli bait?" Namun itu tidak diturunkan hanya dengan cara demikian. Oleh karena itu, beberapa pakar logika mengatakan, hal itu pasti diturunkan melalui ahli bait yang ditemukan kembali dari sumber lain? Tetapi ini bukan metode penyebarannya. Tidak, melainkan diturunkan, dan masih dikomunikasikan, dengan Empat Cara. Sebuah jalan "yang ada" di sisi luar dari semua hal-hal tersebut. Bila engkau memahaminya, engkau pun memahami Rahasia. Kukatakan ini kepadamu karena bermanfaat, bukan untuk membingungkan.
(Pelayan Ahli Bait, dalam That Which is Most Hidden)

PENGETAHUAN

Pengetahuan umumnya dikacaukan dengan informasi. Karena masyarakat mencari informasi atau pengalaman, bukan pengetahuan, mereka tidak menemukan pengetahuan.
Engkau tidak dapat menghindar memberi pengetahuan kepada seseorang yang memang sudah ditetapkan. Engkau tidak dapat memberi pengetahuan kepada yang tidak-mampu; itu mustahil. Bila memilikinya dan ia mampu, engkau dapat menyiapkan seseorang untuk menerima pengetahuan.
(Sayed Najmuddin)

MEMASUKI, TINGGAL DAN MENINGGALKAN DUNIA

Manusia, engkau memasuki dunia dengan rasa enggan, menangis, sebagai seorang bayi yang terlantar;
Manusia, engkau tinggalkan hidup ini, dicabut lagi, menangis lagi, dengan penyesalan.
Oleh karena itu, jalanilah kehidupan ini dengan sungguh-sungguh, agar tidak satu pun yang tersia-siakan.
Engkau harus terbiasa dengan itu setelah tidak terbiasa.
Apabila engkau sudah terbiasa dengan itu, engkau harus terbiasa tanpa itu.
Meditasi terhadap pertentangan ini.
Oleh karena itu, matilah "sebelum dirimu mati", dalam petuah Orang Suci.
Genapilah lingkaran sebelum digenapkan untukmu.
Sampai engkau lakukan, kecuali kalau engkau memiliki -- lalu harapkan kepahitan pada akhirnya seperti halnya di permulaan; di tengahnya akan menjadi akhir.
Engkau tidak melihat sebuah pola saat engkau masuk; dan saat engkau sudah masuk -- engkau melihat pola yang lain.
Ketika engkau melihat pola yang nyata ini, engkau dihalangi untuk melihat sebuah benang dari pola yang akan datang.
Sampai engkau melihat keduanya, engkau tidak akan mengalami kesenangan -- Siapa yang engkau salahkan? Dan mengapa engkau menyalahkan?
(Hasyim Sidqi, pada Ar-Rumi)

BELAJAR DENGAN ORANG TERKENAL

Masyarakat cenderung ingin belajar dengan guru-guru terkenal. Namun selalu ada orang-orang yang tidak dihargai masyarakat, yang sebenarnya dapat mengajari mereka dengan efektif.
(Al-Ghazali)
Seorang guru dengan sedikit pengikut, atau sama sekali tidak ada pengikutnya, mungkin orang yang tepat untukmu. Sesuai dengan sifatnya, sedikit semut tidak akan berkerumun untuk melihat gajah, dengan harapan memperoleh keuntungan. Seorang guru terkenal barangkali hanya bermanfaat untuk Para sarjana (tingkat) lanjutan.
(Badakhsyani)
Bila seorang guru yang sangat terpercaya mengatakan kepadamu untuk belajar di bawah seseorang yang tampaknya kurang terkenal, ia tahu apa kebutuhanmu. Banyak murid merasa diremehkan dengan saran seperti ini, padahal sesungguhnya demi kemajuan mereka.
(Abdurrahman dari Bengal)
Telah kupelajari apa yang kupelajari hanya setelah guruku membebaskan diriku dari kebiasaan mendekatkan diri terhadap yang aku hargai sebagai guru dan pelajaran. Kadang aku tidak harus berbuat apa-apa sama sekali untuk waktu yang lama. Kadang aku harus mempelajari sesuatu yang tidak dapat kuhubungkan dengan pemikiranku, tidak peduli aku mencoba, dengan cita-cita lebih tinggi.
(Zikiria ibnu al-Yusufi)
Mereka yang tertarik oleh sisi luar, yang mencari tanda-tanda lahiriah seorang guru, yang menyandarkan diri pada emosi didalam mempelajari atau membaca buku yang mereka pilih -- mereka adalah lalat kolam Tradisi; mereka melompat dan meluncur di atas permukaan. Karena mereka memiliki kata-kata "dalam" dan "penting", mereka mengira, dengan tidak benar, bahwa mereka mengetahui pengalaman-pengalaman tersebut. Inilah mengapa kita mengatakan, untuk tujuan-tujuan praktis, bahwa mereka tidak tahu apa pun.
(Thalib Syamsi Ardabili)
Berhatilah-hatilah jangan salah mencerna sesuatu yang lain. Engkau boleh mengunjungi orang besar atau membaca bukunya, dan kau boleh merasa tertarik atau memusuhi. Seringkali hanya dicerna di kalangan murid.
(Musthafa Qalibi dari Antioch)
Jika memulai jalan sekali lagi, permintaanku adalah, "Ajari aku bagaimana belajar dan apa yang dipelajari?" Dan, bahkan sebelumnya, "Biarkan aku benar-benar mengharapkan belajar bagaimana caranya belajar, sebagai cita-cita yang benar, bukan semata-mata dalam tuntutan diri sendiri."
(Khwaja Ali Ramitani, menunjuk delegasi Yamani)

"PERBEDAAN" DALAM AJARAN SUFI

Ketika suatu bentuk ajaran Sufi muncul, banyak orang tidak mampu untuk mengakuinya. Mereka ini adalah kaum formalis Sufi, yang menyalin teknik dan mempercayainya sebagai jalan yang sama. Karena bentuk memiliki waktunya sendiri, seperti sebuah jubah lama, mereka yang semata-mata berusaha menandingi bentuk-bentuk lama tidak akan dapat mengenali bentuk-bentuk di masa mereka hidup.
Jadi, misalnya, Hallaj dilempari batu oleh beberapa orang yang menganggap diri mereka kaum Sufi, sebelum mereka memahami maksudnya. Karena itu, ketika jalan kaum Sufi pertama kali dikhotbahkan di masjid-masjid, beberapa berkata, "Ini bid'ah"; lainnya, "Ini rahasia, tidak boleh disiarkan". Para pendahulu adalah kaum pertapa sempit, penerusnya adalah konformis sempit terhadap sisi luar Sufi.
Sekolah-sekolah Sufi seperti gelombang yang menghantam batu: dari laut yang sama, dalam bentuk berbeda, untuk masyarakat yang sama.
(Ahmad al-Badawi)

MANA YANG KAU CARI - PENAMPILAN ATAU REALITAS?

Uwais al-Qarni berdiri sendirian di padang pasir, bersandar pada seorang pembantunya. Ia bertemu Nabi tidak dalam bentuk lahiriah; namun ia tahu rahasia para Sahabat. Dan tidak satu pun menolak bahwa dirinya adalah seorang Sufi; semoga Allah menyucikan kegaibannya!
Dzun-Nun al-Mishri bicara berbelit-belit, dan mengajar dengan tulisan Mesir kuno. Dan tidak satu pun menyangkal bahwa ia guru kita.
Al-Hallaj dan Suhrawardi, dibunuh atas keputusan pengadilan karena mengatakan hal-hal yang tidak populer di zaman kami; keduanya guru kami.
Guru kita Bahauddin dari Bukhara tanpa kata-kata berkomunikasi dengan hati kita. Namun ia bicara sejujur yang pernah dibicarakan orang.
Ahmad ar-Rifai yang didatangkan, untuk dirinya dan penerusnya, nama pembual, dan orang yang berperilaku yang bukan-bukan. Secara rahasia ia dipersatukan dengan kita.
Orang berpikir bahwa Jalaluddin dan Fariduddin Aththar hanyalah penyair.
Hafizh membicarakan Anggur, Ibnu al-Arabi tentang Perempuan, al-Ghazali tampaknya berbicara dengan kiasan.
Tidak satu pun menyangkal bahwa mereka adalah satu.
Semuanya ikut serta dalam tugas suci kita.
Syabistari berbicara tentang kemusyrikan; Maulana Chisyti mendengarkan musik; Khwaja Anshar seorang pemimpin religius. Khayyam, Abi al-Khair dan ar-Rumi menolak bentuk religius.
Tetapi tidak satu pun menolak diantara Orang-orang di Jalan bahwa semuanya adalah satu.
Yusuf Qalandar berkelana ke muka bumi.
Syeikh Syattar mengubah manusia dalam sekejap.
Ali al-Hujwiri dipandang hanya sebagai juru penerang.
Semuanya, sebagai satu, ikut serta pada tugas suci kita.
Abdul Qadir al-Jilani dari Persia, dan Salman serta Sa'di; Abu Bakr dari Arab, Nuri dan Ja'fari; Baba Farid, Ibnu Adham dari Afghan; Jami' dari Khurasan, Bektash dari Turki, Nizamuddin dari India, Yusuf dari Andalusia.
Semuanya, sebagai satu, ikut serta pada kerja suci kita.
Pikiran-pikiran dangkal bertanya, bagaimana perilaku kaum Sufi, yang menandai mereka sebagai Guru kita? Apa bentuk Latihan yang mungkin kita banggakan? Jalan apa yang akan membuat Jalan sesuai untukku? Tempat apa yang melahirkan Guru? Kebiasaan dan jaminan apa yang membawa manusia menuju Kebenaran?
Hentikan, engkau bodoh! Sebelum terlambat -- putuskan: apakah engkau ingin mempelajari penampilan, atau Realitas?
(Nawab Jan-Fishari Khan)

JALAN KAUM SUFI

Sufisme adalah ajaran sebaik persaudaraan kaum Sufi, orang-orang mistis yang berbagi keyakinan bahwa pengalaman batiniah bukanlah bagian dari kehidupan, tetapi kehidupan itu sendiri. Sufi berarti "cinta".
Pada pencapaian lebih rendah, para anggota diorganisir ke suatu lingkaran dan pondok-pondok. Bentuk yang lebih tinggi -- sakinah (kedamaian), mereka melambung bersama dengan barakah (berkah, kekuatan, kesucian) dan interaksi mereka dengan kekuatan ini berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sufisme adalah jalan hidup, diyakini oleh anggota sebagai esensi dan realitas semua ajaran religius dan filosofis. Ajaran ini membimbing ke penyelesaian kaum laki-laki dan kaum perempuan, melalui institusi murid, meditasi dan praktek. Berikutnya adalah "realitas hidup".
Kebijakan atau penyelesaian, menurut kaum Sufi, dibedakan dari intelektualisme, keakademisan dan sebagainya, yang sekadar sebagai alat. Jalan, mengajarkan sampai tingkat mana alat ini dapat digunakan; dan juga bagaimana menggabungkan tindakan dengan takdir.
"Sufisme," kata guru, "adalah jalan yang diambil kaum Sufi dalam kehidupan dan pekerjaan nyata mereka sesuai bentuk yang berbeda dengan bentuk lain; yang menuntun mereka ke perkembangan mental, fisik dan kekuatan metafisik yang penuh. Awalnya mereka diorganisir ke dalam kelompok di bawah bimbingan seorang Pembimbing (guru) sampai hubungan pengabadian diri ditegakkan."
"Hubungan persahabatan disebut Persaudaraan, Aliran, dan Cara atau Jalan. Mungkin pula disebut Bangunan, sebagai analogi atas sesuatu yang dibangun oleh perkumpulan anggota. Guru disebut Syeikh, Orang Bijak,Yang Lebih Tahu, Pemimpin, Kuno atau Pengarah. Murid disebut Yang Diarahkan, Penggemar, Pecinta atau Calon."
"Pondok disebut biara, kuil, pertapaan dan sebagainya, yang mungkin memiliki bentuk fisik, mungkin pula tidak."
Tambahan pula sistem metafisikal saling dihubungkan dengan kehidupan biasa, Sufisme mempertahankan bahwa anggota-anggotanya akan unggul dalam pekerjaan terpilih mereka.
Sufisme adalah ajaran, tidak dengan metode membosankan seperti catatan buku atau ajaran "A sampai Z". Akhirnya, ketika hubungan sudah cukup mantap, engkau melanjutkan pelajarannya sendiri, dan menjadi "Pribadi Sempurna".
(Al-Insan al-Kamil)
Sufisme tidak dikhotbahkan, dan bahkan diajarkan pada beberapa kasus dengan contoh dan bimbingan yang mungkin tidak diketahui oleh murid fakultas biasa.
(Zhalim Abdurrahman)

KAUM SUFI

Ia mungkin seperti Khidr, Orang Berbaju Hijau, yang berkelana di muka bumi dalam berbagai samaran, yang sama sekali tidak engkau ketahui. Bila berada di "tempat"-nya ia akan ditemukan menggembalakan domba suatu hari, berikutnya minum dari piala emas bersama raja.
Bila ia gurumu, ia akan menguntungkanmu dari cahayanya, engkau ketahui pada saat itu maupun tidak.
Manakala engkau bertemu dengannya, ia akan bertindak terhadapmu, apakah engkau mengetahuinya atau tidak.
Apa yang ia katakan atau lakukan mungkin terlihat tidak konsisten atau bahkan tidak engkau mengerti. Tetapi memiliki makna. Ia tidak hidup sepenuhnya di duniamu.
Intuisinya adalah arahan yang sudah semestinya, ia selalu bekerja sesuai dengan jalan yang Benar.
Ia mungkin tidak menyenangkan dirimu. Tetapi itu yang akan diharapkan dan diperlukan.
Ia mungkin terlihat membalik kebaikan menjadi jahat, atau jahat menjadi baik. Tetapi apa yang sebenarnya ia lakukan hanya diketahui oleh Sebagian Kecil.
Engkau mungkin mendengar bahwa beberapa orang menentangnya. Akan engkau temukan, bahwa sebagian kecil orang memang demikian. Ia sederhana dan membiarkan dirimu menemukan apa yang harus engkau temukan dengan perlahan.
Ketika engkau pertama kali bertemu dengannya, ia mungkin tampak sangat berbeda dengan dirimu. Padahal tidak. Ia mungkin terlihat sangat sama seperti dirimu. Padahal tidak.
(Salik)

PARA SYUHADA

Manshur al-Hallaj dipotong-potong saat masih hidup, dan ia adalah syuhada Sufi terbesar. Tetapi dapatkah engkau sebutkan orang yang memotongnya? Suhrawardi dibunuh oleh hukum, tetapi siapa nama algojonya? Buku-buku al-Ghazali dilempar ke api, tetapi oleh tangan siapa? Tidak seorang pun mengingat nama-nama mereka ini, karena kaum Sufi menolak menyebut kembali nama-nama buruk. Siapa pun tahu nama al-Ghazali, Manshur dan Suhrawardi.
Tetapi ambillah cara lain. Kita ingat, dan kita menghargai nama guru-guru besar kita. Tetapi ingatkah kita apa yang sudah mereka ajarkan? Berapa banyak orang, bukan menjadi Sufi, yang memuja-muja sebutan salah satu dari ketiganya, sebagai balasan hukuman paling tinggi untuk pekerjaan mereka, merepotkan diri mereka sendiri untuk menyelidiki apa yang seharusnya dilakukan orang-orang tersebut dan yang sangat penting?
Kita mungkin tidak tahu nama-nama penjahat itu ..., tetapi penerus mereka membalas pada kita; karena mereka dianggap rendah di samping Hallaj, menerima lawan al-Ghazali sebagai salah satu dari mereka, dan menganggap bahwa Suhrawardi hanya terobsesi semata.
Mereka menuntut-balaskan diri mereka sendiri pada ummat manusia untuk melupakan mereka. Apakah kita membiarkan mereka menang, sekali dan untuk selamanya?
Siapa diantara kita yang mengikuti jalan, dan menjelaskan kepada kalangan akademisi dan para pendeta, "Cukup, saudara, al-Ghazali, Suhrawardi dan Manshur tetap hidup!"?
(Itibari)

AJARAN KAUM SUFI

Banyak orang berbuat baik, atau berkumpul dengan orang-orang bijak dan mulia, percaya bahwa hal ini adalah pencarian pengembangan diri. Mereka tertipu. Dengan nama agama, beberapa orang biadab telah melakukan ini. Mencoba berbuat baik, manusia melakukan sebagian dari aktkitas buruknya.
Kekurangan datang dari asumsi yang absurd bahwa hanya berhubungan dengan sesuatu yang bernilai, akan membawa keberuntungan yang sama pada individu yang tidak berubah.
Banyak yang lebih penting. Manusia tidak harus berhubungan dengan orang baik: ia harus berhubungan dengan bentuk yang memungkinkan mengubah fungsinya dan membuatnya baik. Seekor keledai yang berkandang di perpustakaan, tidak akan menjadi terpelajar.
Argumentasi ini salah satu dari perbedaan diantara ajaran-ajaran Sufi dan mencoba mempraktekkan etika atau pengembangan diri di dalam usaha yang lain.
Secara umum, pokoknya disia-siakan oleh pembaca atau murid. Thalib Kamal berkata, "Benang tidak akan menjadi mulia karena menembus diantara permata." Dan, "Kebaikanku tidak memajukan diriku, tidak lebih dari tempat sunyi yang disuburkan oleh adanya harta karun."
Harta karun adalah harta karun. Tetapi bila diambil untuk menciptakan kerusuhan lagi, harta karun tersebut harus dimanfaatkan dengan cara tertentu.
Khotbah mungkin bagian dari sebuah proses. Sarana untuk mengubah manusia tetap diperlukan. Sarana inilah yang menjadi rahasia kaum Sufi. Sekolah-sekolah lain, sangat sering, tidak berada pada titik di mana mereka dapat melihat di atas tahap pertama; mereka dimabukkan dengan penemuan etika dan kebajikan, yang oleh karena itu mereka simpulkan merupakan obat untuk segala macam penyakit.
(Abdal Ali Haidar)

BAGIAN KESEMBILAN: DIALOG SUFISME

 1. Sufisme dan Islam (Muhammad Ali al-Mishri)
2. Pemahaman secara Mendalam (Rais Tchaqmaqzade)
Jawaban-jawaban pertanyaan ini ditujukan untuk Sufi Kairo dan Sufi Bukhara

1 SUFISME DAN ISLAM

Pertanyaan 1: Apakah dasar-dasar Sufisme?
Jawaban: Dasar utama Sufisme adalah keyakinan; keyakinan Islami (Iman) dengan enam dasar, yaitu: adanya Allah; Allah Yang Esa, adanya para Malaikat, para Rasul, Hari Pembalasan, Takdir.
Pertanyaan 2: Bagaimana dasar-dasar tersebut dipahami, karena tidak satu pun merupakan subyek pembuktian umum oleh mayoritas masyarakat?
Jawaban: Semuanya dicatat di dalam pikiran dan dialami dalam "hati".
Pertanyaan 3: Apakah penyelesaian Sufisme?
Jawaban: Persepsi yang melampaui suatu pernyataan di dalam "hati".
Pertanyaan 4: Apa perbedaan antara yang Berubah dan orang-orang lain?
Jawaban: Pemahaman yang Berubah adalah sesuatu yang lain dari apa yang biasa disebut pengetahuan oleh orang lain.
Pertanyaan 5: Apa pengetahuan masyarakat biasa?
Jawaban: Adalah suatu peniruan; belajar melalui latihan dari para instruktur; dianggap yang sejati padahal tidak.
Pertanyaan 6: Bagaimana keyakinan sejati dikembangkan?
Jawaban: Dengan mendatangi, melalui beberapa praktek, Jalan yang hanya satu dari tujuhpuluh dua Jalan yang mungkin terbuka untuk manusia. Bisa saja terjadi, setelah mengikuti jalan imitasi, muncul satu yang sejati, tetapi ini sulit.
Pertanyaan 7: Apa bentuk religi lahiriah yang diikuti orang yang Berubah?
Jawaban: Mayoritas mengikuti peribadatan Islam dan masyarakat Tradisi, serta petunjuk-petunjuk ritualnya dimapankan oleh Syeikh Maturidi dari Samarkand. Mereka yang mengikuti kegiatan Islam dalam Empat Madzhab Utama, umumnya disebut Masyarakat Keselamatan (Muslim).
Pertanyaan 8: Saat ia menanyakan madzhabnya, Bayazid al-Bisthami mengatakan, "Aku dari madzhab Allah." Apa artinya ini?
Jawaban: Semua pengakuan di atas (rukun Iman) dianggap sebagai Madzhab Allah.
Pertanyaan 9: Kaum Sufi menunjuk dirinya sebagai fenomena, pemikiran, binatang dan sayur-sayuran. Mengapa?
Jawaban: Nabi bersabda, bahwa pada Hari Pembalasan manusia dibangkitkan dalam bentuk binatang, sesuai perbuatan mereka sebelumnya. Bentuknya muncul menjadi binatang atau bentuk lain yang menyerupai secara internal, daripada bentuk kemanusiaannya. Dalam tidurnya, manusia melihat dirinya sebagai manusia; Bagaimanapun, ia mungkin melihat dirinya sendiri, sesuai dengan tendensi dominannya, sebagai seekor domba, kera, atau babi. Kesalahpahaman terhadap hal-hal tersebut menimbulkan kepercayaan bahwa kehidupan manusia berlalu menuju kebinatangan (transmigrasi), secara harfiah ditafsirkan oleh orang-orang yang tidak tahu tanpa kedalaman perspektif
Pertanyaan 10: Kaum Sufi menggunakan simbol-simbol dan menganjurkan gagasan-gagasan yang bertentangan dengan persyaratan-persyaratan sosial yang sudah mapan, dan asing untuk suatu susunan pernyataan pemikiran yang secara umum digunakan untuk sesuatu yang lebih tinggi. Mereka berbicara tentang kekasih, gelas anggur dan sebagainya. Bagaimana hal ini dapat dipahami?
Jawaban: Bagi kaum Sufi, agama seperti yang dipahami orang biasa adalah suatu yang mentah, eksternal. Simbol-simbol mereka menunjukkan keadaan tertentu. Mereka berhak menggunakan simbol "Allah" untuk sesuatu yang sama sekali tidak diketahui siapa pun, terpisah dari ilusi yang disebabkan oleh emosi.
Pertanyaan 11: Bagaimana al-Qur'an dapat menjadi alis sang kekasih (hal yang utama)?
Jawaban: Bagaimana al-Qur'an menjadi tanda yang dibuat dari karbon dan getah di atas secarik kertas, dengan menggunakan kayu dari rawa?
Pertanyaan 12: Para Darwis mengatakan bahwa mereka melihat Tuhan. Bagaimana mungkin?
Jawaban: Itu bukan kebenaran secara harfiah; namun merupakan perlambang suatu keadaan tertentu.
Pertanyaan 13: Tidak dapatkah suatu individu dilihat melalui lahiriahnya atau manifestasinya?
Jawaban: Bukan suatu individu; hanya eksternal dan manifestasinya yang terlihat. Ketika engkau melihat seseorang menghampiri dirimu, mungkin engkau berkata, "Aku bertemu Zaid"; tetapi engkau hanya dapat melihat apa yang dapat engkau lihat dari lahiriah dan superficial Zaid.
Pertanyaan 14: Menurut keyakinan ummat Muslim, merupakan penghinaan terhadap Tuhan karena kaum darwis mengatakan, "Kami tidak takut Neraka, atau mendambakan Surga."
Jawaban: Mereka tidak bermaksud demikian. Maksud mereka, bahwa ketakutan dan dambaan bukan jalan di mana manusia harus dilatih.
Pertanyaan 15: Engkau sebutkan bahwa tidak ada kontradiksi antara perilaku eksternal atau keyakinan dan persepsi batiniah kaum Sufi. Bila demikian, mengapa kaum Sufi bersikeras terhadap hal-hal tertentu dari orang lain?
Jawaban: Penyelubungan tersebut bukannya menentang tingkah laku yang baik, tetapi menentang pemahaman biasa. Sebagian besar sarjana yang diunggulkan tidak dapat memahami apa yang tidak ia alami, oleh karena itu tersembunyi darinya.
Pertanyaan 16: Jika seseorang hanya mengetahui keyakinan religius dan bukan ilmu khusus kaum Sufi, akankah keagamaannya tersebut kurang dari kaum Sufi?
Jawaban: Tidak, keyakinannya akan menjadi keyakinan religius paling sempurna, tidak dapat menjadi sesuatu yang lebih rendah daripada keyakinan seorang Sufi.
Pertanyaan 17: Apa perbedaan antara Nabi, orang suci dan mereka yang mempunyai pengetahuan tinggi serta penyelam besar?
Jawaban: Jika mereka mempunyai keyakinan religius, maka keyakinan mereka semua sama. Perbedaan mereka terletak pada pengetahuan mereka, bukan perasaan mereka. Seorang raja sama dengan warganya yang memiliki dua mata, hidung dan mulut. Ia berbeda dalam karakter dan fungsi.
(Muhammad Ali al-Mishri)

PEMAHAMAN SECARA MENDALAM

Pertanyaan 1: Untuk berapa lama Sufisme hidup?
Jawaban: Sufisme selalu hidup. Hal itu dipraktekkan secara sangat luas dan beragam; kulit luar dari perbedaan tersebut, kurangnya informasi telah menyesatkan kedalam pemikiran bahwa mereka secara esensial berbeda.
Pertanyaan 2: Apakah Sufisme merupakan makna bagian dalam dari Islam, atau apakah hal itu merupakan aplikasi yang lebih luas?
Jawaban: Sufisme adalah pengetahuan dengan jalan mana manusia dapat menyadari dirinya sendiri dan mencapai keabadian. Kaum Sufi dapat mengajar dengan (menggunakan) suatu kendaraan (sarana), apa pun namanya. Kendaraan religius, sepanjang sejarah telah digunakan dengan bermacam nama.
Pertanyaan 3: Mengapa seharusnya seseorang mempelajari Sufisme?
Jawaban: Karena dia diciptakan untuk mempelajarinya; itulah langkah berikutnya.
Pertanyaan 4: Namun banyak orang percaya bahwa ajaran-ajaran yang bukan disebut Sufisme merupakan langkah mereka yang berikutnya.
Jawaban: Ini adalah disebabkan oleh kepelikan ummat manusia yang memiliki dua bentuk pemahaman: Pemahaman lebih Tinggi dan Pemahaman yang Kurang. Pemahaman lebih Tinggi adalah apabila seseorang ingin mengerti tetapi sebagai gantinya mengembangkan hanya suatu keyakinan bahwa jalan tertentu adalah benar. Pemahaman yang Kurang merupakan bayangan dari Pemahaman lebih Tinggi. Seperti halnya bayangan, hal itu adalah suatu penyimpangan dari kenyataan, mempertahankan hanya sebagian dari yang asli.
Pertanyaan 5: Apakah kenyataan bahwa kaum Sufi yang telah terkenal seperti itu dan tokoh-tokoh yang dihargai (mulia) tidak menarik orang untuk mempelajarinya?
Jawaban: Kaum Sufi yang telah dikenal secara umum hanyalah suatu jumlah kecil dari keseluruhan kaum Sufi; mereka yang tidak dapat tinggal diluar keulungan (keadaan terkemuka). Daya tarik kepada seorang tokoh yang sangat dihargai oleh seorang murid yang potensial, merupakan suatu bagian dari Pemahaman yang Kurang. Selanjutnya dia mungkin mengetahui lebih baik.
Pertanyaan 6: Adakah konflik antara kaum Sufi dan metode-metode pemikiran lain?
Jawaban: Tidak akan terjadi, karena Sufisme mengujudkan atau menambahkan semua metode-metode pemikiran; masing-masing memiliki kegunaannya.
Pertanyaan 7: Apakah Sufisme terbatas pada suatu bahasa tertentu, komunitas tertentu, atau periode sejarah tertentu?
Jawaban: Permukaan yang nyata (jelas) dari Sufisme pada suatu waktu, tempat atau komunitas mungkin sering beragam, karena Sufisme harus menghadirkan dirinya sendiri dalam suatu bentuk yang akan bisa dimengerti suatu masyarakat.
Pertanyaan 8: Inikah sebabnya ada guru-guru Sufi dengan demikian banyak sistem yang berbeda dan yang terkenal dalam begitu banyak negara yang berbeda-beda?
Jawaban: Tidak ada alasan lain.
Pertanyaan 9: Namun orang suka melakukan perjalanan untuk mengunjungi guru-guru di negeri lain, yang bahasanya pun bahkan mereka tidak mengerti.
Jawaban: Tindakan-tindakan serupa itu, kecuali kalau dikerjakan di bawah instruksi-instruksi khusus untuk tujuan tertentu, dapat berguna hanya dalam Pemahaman yang Kurang.
Pertanyaan 10: Adakah suatu perbedaan antara apa yang ingin ditemukan oleh seorang laki-laki dan perempuan, dan apakah dia memang membutuhkan untuk menemukan, untuk kehidupan batiniahnya?
Jawaban: Ya, hampir tanpa kecuali. Itulah fungsi (manfaat) seorang guru untuk menyusun pelaksanaan yang benar dari jawaban untuk kebutuhan tersebut, bukan keinginan. Keinginan adalah milik lingkungan orang-orang dari Pemahaman yang Kurang.
Pertanyaan 11: Apakah pembagian Anda atas Pemahaman ke dalam Pemahaman lebih Tinggi dan Pemahaman yang Kurang, lazim untuk semua Sufi?
Jawaban: Tidak ada yang meletakkan kata-kata lazim untuk semua Sufi.
Pertanyaan 12: Apakah yang lazim untuk semua bentuk dari Sufisme?
Jawaban: Keberadaan guru, kapasitas murid, kepelikan (sifat aneh) individu, interaksi antara anggota komunitas, Kenyataan (yang sesungguhnya) dibalik bentuk-bentuk.
Pertanyaan 13: Mengapa beberapa guru Sufi mengajukan murid-murid ke dalam macam-macam Aliran (Tarekat) yang berbeda?
Jawaban: Karena Aliran-aliran tersebut mewakili ajaran yang sungguh-sungguh ada, yang dibangun menghadapi orang-orang berkait dengan kepribadian individu. Orang-orang berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Pertanyaan 14: Tetapi mengumpulkan informasi mengenai kaum Sufi dan ajaran-ajaran mereka tidak dapat lain kecuali merupakan suatu kegiatan memulai usaha yang baik, membimbing kepada pengetahuan?
Jawaban: Ini merupakan suatu pertanyaan dari (kalangan) Pemahaman yang Kurang. Informasi mengenai kegiatan dari satu kelompok Sufi mungkin saja berbahaya secara potensial bagi orang lainnya.
Pertanyaan 15: Mengapa ada juga beberapa indikasi dari aliran Ahmad Yasavi dari Turki dan Ibnu al-Arabi dari Andalusia?
Jawaban: Karena, di dalam (kalangan) Pemahaman lebih Tinggi, bengkel kerja dibongkar setelah kerja diselesaikan.
(Rais Tchaqmaqzade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar