Saudariku, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling benci membenci, saling membelakangi, jangan menjual atas penjualan orang lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.
Sesama Muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya, merendahkannya, dan menghinanya. Taqwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya, beliau mengucapkannya tiga kali).
Seseorang cukup dianggap jahat apabila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain haram mengganggu darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “Laa tahaasaduu…” atau janganlah kalian dengki antara satu dengan yang lain. Dengki adalah tidak senang kepada orang lain yang diberi nikmat oleh Allah. Misalnya, engkau tidak senang ketika Allah memberi nikmat kepada seseorang, baik yang berupa harta, keturunan, istri, ilmu, ibadah, maupun yang lainnya, baik kamu berharap agar nikmat itu hilang darinya maupun tidak. (Lihat Syarah Riyadush Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Mungkin engkau akan mengatakan betapa sulitnya untuk tidak hasad. Bukankah setiap orang itu memiliki harapan, maka wajar dan manusiawi jika kemudian ia merasa iri karena nikmat yang ia harapkan justru didapat oleh orang lain. Dan siapa pula yang bisa terbebas dari rasa hasad?
Saudariku, benarlah apa yang kau katakan. Membebaskan hati dari hasad adalah perkara yang sangat berat. Tidak akan terbebas darinya kecuali mereka yang dijaga Allah. Maka sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, “Jasad tidak pernah kosong dari hasad, yang buruk adalah yang menampakkannya dan yang mulia adalah yang menyembunyikannya.”
Allah memerintahkan kita di Al Qur’an surah Al Falaq ayat 5 agar kita berlindung kepada Allah dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. Allah menyebutkan pendengki ini akan berpengaruh kedengkiannya tatkala ia dengki saja. Karena terkadang seseorang yang memiliki rasa dengki, tapi kemudian ia mendiamkannya, maka rasa dengkinya itu tidak akan menimbulkan pengaruh jahat.
Maka, apa yang harus kita lakukan ketika hasad menyerang ???
1. Mendiamkan dan menyembunyikannya.
Janganlah sekali-kali engkau tampakkan rasa hasadmu, baik kepada orang yang engkau dengki maupun pada orang lain. Cegahlah agar jangan sampai hasadmu terwujud menjadi usaha untuk menghilangkan nikmat dari orang yang engkau dengki. Baik hanya sekedar menghilangkan atau agar nikmat itu berpindah pada dirimu. Ketahuilah, ini adalah sejelek-jelek hasad!
2. Berdoa memohon kepada Allah agar hasad itu dihilangkan dari hati kita.
Bagaimanapun rasa hasad tidak boleh dibiarkan tetap ada. Karena bisa jadi ketika iman kita sedang lemah, maka setan akan berupaya agar kita berbuat jahat disebabkan rasa hasad tersebut.
“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Hasyr: 10)
3. Berusaha ridho dengan takdir Allah.
Orang yang hasad berarti ia menentang takdir dan ketetapan Allah. Setiap manusia yang lahir ke dunia, telah Allah tetapkan rezekinya. Dan sesungguhnya Allah membagi rezekidan nikmat-Nya dengan ilmu-Nya. Dengan hikmah-Nya Allah Memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki, dan dengan keadilan-Nya Dia tidak memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki. Dia berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah sekali-kali Dia mendzalimi hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,
“Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al Furqon: 2)
Saudariku, pupuklah rasa qona’ah dan syukur dalam dirimu. Janganlah engkau resah dengan sesuatu yang memang bukan untukmu. Apa yang diberikan Allah untukmu, itulah yang terbaik untukmu. Apa yang tidak diberikan Allah, bisa jadi memang bukan hal yang kita butuhkan, bahkan bisa menimbulkan kemudharatan bagi kita. Kita memohon kepada Allah hati, lisan dan badan yang senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya. Kita memohon pula agar Allah menjadikan hati kita ridha dengan takdir-Nya.
4. Berbuat baik kepada orang yang kita dengki
Tersenyumlah! Pasanglah wajah yang cerah, ucapkan salam dan ucapkanlah perkataan yang baik padanya! Saudariku, berbuat baik kepada orang yang kita dengki memang perkara yang sulit, tetapi insya Allah ini adalah salah satu obat mujarab untuk mengobati penyakit hasad di hatimu.
Semakin engkau merasa penyakit hasadmu bertambah parah, maka berusahalah untuk semakin bersikap baik padanya. Awalnya memang terasa sulit dan harus dipaksakan. Tapi begitulah, meski pahit tetapi ia menyembuhkan. Bahkan bila engkau mau, berilah ia hadiah. Karena hadiah bisa lebih mendekatkan hubungan. Jika engkau tidak mampu, maka ada hadiah lain yang tak kalah istimewa. Doakanlah kebaikan baginya. Dan semoga engkau pun akan mendapatkan kebaikan sebagaimana kebaikan yang engkau inginkan bagi dirinya.
Tanamkan dalam hati kewajiban menginginkan untuk saudaramu sesama muslim yang kita inginkan untuk diri kita sendiri, sehingga seharusnya ia turut bahagia ketika melihat saudaranya mendapatkan nikmat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (Muttafaqun Alaihi)
Ibnu Rajab berkata, “Dan yang demikian itu termasuk tingkatan iman yang tertinggi, dan pelakunya adalah orang yang sempurna imannya, yang mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya.”
5. Jadikanlah surga dan ridha Allah sebagai cita-cita tertinggimu.
Salah satu sebab hasad adalah karena kesempitan hati yang lebih memandang dunia. Karena itu, cara mengobatinya adalah berusaha zuhud dengan dunia dan membawa diri ke alam akhirat. Ambillah dunia hanya sebatas kebutuhan serta hanya digunakan dalam rangka berbuat ketaatan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Thoha: 131)
Ketika seorang muslimah telah menjadikan ridha Allah sebagai tujuan hidupnya, maka buat apa lagi ia hasad terhadap nikmat yang didapat orang lain. Karena pikiran, hati dan tubuhnya telah tersibukkan dengan upaya untuk mendapatkan ridha Allah, mendapatkan keselamatan di akhirat serta mendapatkan kenikmatan Surga. Surga, yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga, yang di dalamnya tersimpan berbagai kenikmatan yang menyedapkan mata.
Sesungguhnya memelihara hasad hanya akan merugikan diri kita sendiri. Ia hanyalah akan menjadi penambah beban hati. Maka, buanglah ia jauh-jauh dari hati. Hidup dengan hati yang qona’ah dan selalu bersyukur dengan nikmat Allah … Inilah yang lebih indah dan menentramkan.milahir Rahmanir Rahiim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar