PETUNJUK BAGI AL FAQIR
AL-QUTHUB
PETUNJUK BAGI JAMA’AH AL-HIKMAH 351
(Thoriqot Qodiriyah Naqsyabandiyah)
Membuka Tabir (Hijab) Yang Membatasi Diri Dengan Tuhan
Perbaikan Akhlak
Dalam “Kimyaus-Sa’adah” al-Ghazali berkata bahwa tujuan perbaikan akhlak adalah:
Untuk membersihkan Qolbu dari kotoran-kotoran nafsu dan amarah sehingga hati menjadi bersih dan suci, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. Jadi dinding/hijab yang membatasi diri dengan Tuhan adalah hawa nafsu kita sendiri. Allah Swt berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar ber-akhlak yang agung “ ( Q.s. Al-Qalam:4)
Diriwayatkan oleh Anas bahwa sesorang bertanya kepada Nabi Saw : Wahai Rosulullah, siapakah diantara orang-orang beriman yang paling utama imannya ?” Beliau menjawab:
“Yaitu mereka yang paling baik akhlaknya” (H.r. Ibnu Majah)
Akhlak yang baik adalah keutamaan sejarah hidup hamba, sehingga mutiara-mutiara seseorang dapat tampak. Manusia itu terlapisi oleh fisiknya, namun terungkap oleh akhlaknya.
Syech Abu Ali ad-Daqqaq juga berkata,”Allah Swt. Menganugrahi Nabi-Nya Saw. Dengan keistimewaan sifat beliau, dengan pujian yang sama sekali tidak pernah dipujikan kepada makhluk lain. Maka Allah berfirman dalam Q.s. Al-Qalam: 4.
Muhammad al-Wasithy mengatakan,”Allah Swt. Memberi predikat akhlak yang agung, karena beliau merelakan diri dari dunia dan akhiratnya, dan merasa puas hanya dengan Allah Swt semata.”
Tidak mempunyai cita-cita selain Allah termasuk Akhlak mulia. Tasawuf adalah akhlak, barang siapa bertambah dalam akhlak berarti bertambah pula dalam tasawuf.
Al-Harist al-Muhasiby mengatakan: “Kita akan merasa rugi jika kehilangan tiga hal: Wajah cerah di sertai dengan kesantunan, kata-kata yang baik dan disertai kejujuran, serta persaudaraan yang kuat di padu dengan kesetiaan.
Rosulullah Saw bersabda :
“Engkau tidak akan dapat memberikan kebahagiaan orang lain dengan hartamu, karena berilah kebahagiaan dengan wajah yang manis dan akhlak yang baik” (H.r. Al-Bazzar dan Hakim).
Jika seseorang hamba mempratekkan akhlak yang mulia selama empat puluh hari, Allah akan menjadikan akhlak mulia sebagai bawaan baginya. Sedang orang yang buruk akhlaknya maka ia paling banyak cemasnya.
Ada tiga macam orang yang di kenali kecuali pada tiga perkara : Seorang yang murah hati ketika marah, seorang pemberani di saat perang, dan seorang saudara saat di butuhkan.
Berteman penjahat yang penuh dosa lebih baik daripada ahli ibadah yag akhlaknya buruk.(Al-Fudhal bin ‘Iyad)
Akhlak yang buruk menyempitkan hati pelakunya, sebab ia tidak memberikan ruang bagi apapun selain hawa nafsuya.
SABAR
Allah Swt. Berfirman dalam Q.s. al- Baqarah: 45-46 ;
Yang artinya:”Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tugas berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, orang-orang khusyu’ itu ialah orang yang menyukai bahwa mereka itu akan bertemu dengan Allah dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Dalam pada ini kaum sufi tentang keadaan sabar mempunyai tiga keadaan:
- Sabar sebelum taat, ialah niat yang benar, tujuan yang benar, merasa kewajiban atas keyakinan agama dalam menerima peraturan berupa perintah dan larangan.
- Sabar melaksanakan taat ialah melaksanakan kewajiban sampai selesai, berkala atau terus menerus dengan penuh tanggung-jawab dan kesungguhan.(Istiqomah)
- Sabar setelah taat ialah tidak merasa bangga dengan selesainya amal perbuatannya atau pekerjaannya, tidak iri hati atas kekurangan dan kelebihan orang lain, tidak riya’ untuk di kagumi hasil-usahanya.
Menurut ajaran sufi, maka sabar itu terbagi menurut hukum-hukumnya, yaitu:
- Sabar yang di lakukan untuk menjauhkan diri dari segala yang haram, hukumnya wajib.
- Sabar yang dilakukan untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan yang makruh hukumnya sunnah.
- Sabar dalam menjalankan hukuman karena pelanggaran maka itu harus hukumnya.
- Sabar membela kehormatan atau hak milik, maka hukumnya “haram” jadi sifat sabar dalam keadaan seperti ini di namakan “sabar-sajaah” sabar berani.
Sabar di bagi dalam beberapa macam:
- Sabar yang diupayakan, dan
- Sabar yang tanpa diupayakan.
Mengenai sabar yang diupayakan terbagi menjadi dua;
- Sabar dalam menjalankan perintah-Nya.
- Sabar dalam menjauhi larangan-Nya.
Mengenai sabar terhadap hal-hal yang tidak di upayakan si hamba, maka kesabarannya adalah dalam menjalani ketentuan Allah yang menimbulkan kesukaran baginya.
Perjalanan dari dunia ke akhirat adalah mudah bagi orang yang beriman, tetapi hijrahnya disisi Allah Swt adalah sulit. Dan perjalanan dari diri sendiri menuju Allah Swt adalah sangat sulit, tetapi yang lebih sulit lagi adalah bersabar bersama Allah Swt. (Al-Junayd)
SYUKUR
Allah Swt berfirman dalam Q.s. Ibrahim:7 ;
Artinya : “Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat pemberian-Ku) kepadamu. Akan tetapi bila kamu ingkar (kufur terhadap) nikmat-Ku, sesungguhnya siksa-Ku sangatlah keras.”
RIDHO BIL-QODHO
Dalam sebuah hadits Qudsi :
“ Bahwa Tuhan berfirman : Aku-lah Allah tidak Tuhan yang sebenarnya selain Aku. Maka barangsiapa tidak sabar atas cobaan-Ku tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak rela terhadap keputusan-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan yang lain dari-pada-Ku”
Tiga hal yang harus di miliki seorang Mukmin atau jama’ah:
- Seorang mukmin harus menjaga dan melaksanakan perintah Allah dengan tulus ikhlas.
- Seorang mukmin harus menghindarkan diri dari segala yang haram baik yang nyata maupun samar (syubhat).
- Seorang mukmin harus ridho menerima takdir Allah yang maha kuasa.
Kewajiban yang harus di laksanakan Jama’ah “Al-Hikmah” 351:
- Memperbanyak istighfar baik siang dan malam serta Sholawat kepada Rosulullah dan jangan sekali-kali bosan.
- Hendaknya menyegerakan taubat atas dosa yang telah dilakukan jangan ditunda-tunda.
- Harus mengikuti sunnah Rosul dengan panuh keyakinan.
- Jangan sekali-kali melakukan perbuatan bid’ah.
- Harus mematuhi segala yang diperintahkan dan dilarang Allah dan Rosul-Nya.
- Harus menjunjung tinggi tauhid jangan sekali-kali menyekutukan Allah.
- Harus senantiasa menyucikan Allah dan jangan sekali-kali menisbahkan sesuatu keburukan kepada Allah.
- Harus mempertahankan kebenaran dan jangan meragukan sedikit-pun atas kebenaran tersebut.
- Hendaknya selalu bersabar dalam setiap keadaan dan jangan sekali-kali menunjukkan sifat ketidak sabaran.
10. Hendaknya mempunyai sifat istiqomah serta pengharapan kepada Allah dengan sabar dan jangan kesal.
11. Hendaknya bekerja sama dengan sesama Muslim/Jama’ah dalam menjalankan ta’at jangan terpecah-pecah, saling mencintai dan jangan mendendam.
12. Menjauhi kejahatan dan jangan sekali-kali ternoda oleh kejahatan tersebut.
13. Hendaknya menghiasi dirinya dengan ke-ta’atan kepada Allah, jangan sekali-kali menjauhi pintu Tuhan dan berpaling dari-Nya.
Hendaknya bagi jama’ah menjadikan kewajiban bagi dirinya sendiri untuk senantiasa melaksanakan sholat malam, karena amal tersebut yang dilakukan orang-orang terdahulu sehingga mencapai derajat yang luhur di hadapan Allah Swt.
Membiasakan diri mengosongkan perut, berdiam diri menjaga lisan dan hati serta menjauhi pergaulan dengan orang-orang yang hatinya lupa mengingat Allah.
Hendaknya selalu menjaga keluar-masuknya nafas dengan selalu dzikir pada Allah Swt. Dengan me-dawam-kan lafal “Allah ….Allah …..Allah” dalam hati. Namun sebaik-nya bagi pemula atau orang awam yang hatinya masih begitu besar rasa was-wasnya seyogya-nya membaca istighfar (Astaghfirullahal-azhiim) saja. Disertai dengan penuh rasa takut dan harap akan ke-Agungan dan ke-Besaran Allah. Sampai hatinya mendapatkan pancaran cahaya “Nur illahy” yang Insya Allah akan membawa kita kepada keselamatan Dunia dan Akhirat.
Apabila melaksanakan perintah Allah maka tanggalkan pandangan manusia yang tertuju kepada kita dan tanggalkan kepentingan pribadi kita. Semua hendaknya kita tujukan kepada Allah saja. Untuk menghindari pandangan manusia yang memuji atas amalan kita dalam melaksanakan perintah Allah. Tak lain hanyalah kita menghindar dari mereka, mengasingkan diri sepenuhnya dan membebaskan jiwa kita dari segala harapan mereka dan lenyapkanlah segala nafsu kita.
ßwur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãsù `tã È@Î6y «!$# 4ÇËÏÈ
“ …dan janganlah engkau menuruti hawa-nafsu nanti ia (hawa-nafsu) menyesatkanmu dari jalan Allah …” { QS. Shod: 26}.
Adapun tanda-tanda lenyapnya nafsu adalah :
- Meninggalkan kesibukan untuk mengejar duniawi.
- Berhubungan dengan orang-orang hanya untuk mendapatkan manfa’at.
- Cenderung menghindarkan diri dari kemudharatan.
- Tak menuruti kemauan dan dorongan pribadi.
- Tidak menggantungkan pada diri sendiri dalam masalah pribadi.
- Tidak membantu atau melindungi diri sendiri, tetapi menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah, karena Dia-lah yang Maha Kuasa.
Tujuh puluh malam kebaikan dicatat seorang mukmin yang membuang dorongan hawa-nafsunya ketika dirinya dikuasai atau ia menguasainya.
Kemauan itu bisa lenyap dari jiwa kita, kemauan yang dimaksud ialah yang didoromg oleh Hawa-nafsu. Adapun tanda-tanda lenyapnya kemauan atas kehendak Allah itu ditandai adalah :
v Tidak pernah menentukan diri, tak merasa butuh, tidak mempunyai tujuan kecuali satu tujuan dan satu kebutuhan yakni kepada Allah.
v Kehendak Allah akan berwujud pada diri kita sehingga jika kehendaknya bereaksi, maka tubuh kita menjadi pasif, namun hati kita tenang, pikiran jernih, nurani dan rohani kita menjadi tenang dan berseri, dengan demikian kebutuhan kita tentang duniawi kita pasrahkan bergantung kepada Allah saja.
v Gerakkan kita digerakkan oleh kekuasaan-Nya, lidah ke-Abadian selalu menyeru nama kita. Tuhan semesta alam mengajari dan memberi kita hiasan berupa nur-Nya yang menempatkan kedudukan kita sejajar dengan ‘Ulama Hikmah yang telah mendahului kita.
v Hendaknya hatinya selalu men-tauhidkan Allah. Mentauhidkan pintu tauhid pertama yaitu men-tasyarauf-kan Asma’ Sami’u (Allah yang maha mendengar) Bashiru/‘Aliimu ( Allah yang maha melihat/mengetahui) Ghofur (Maha pengampun) Wahhab (Maha pemberi/yang mengabulkan do’a ).
v Caranya adalah minimal setiap 15 menit sekali membaca : Ya Allah 3x ….. dalam hati dengan merenungi, menghayati dan memahami Asma’ ( Sami’u … Bashiru / ‘Aliimu ….. Ghofur ….. Wahab ). Apabila hati kita sudah tertanam bahwa Allah selalu mendengar dan mengetahui segala hal-ikhwal lahir dan bathin kita. Berarti Allah telah menolong kita memasuki pintu Tauhid pertama, yaitu : Tauhid “fil-‘asma wa sifat”.
Rosulullaah Saw bersabda :
Artinya: Barang-siapa taat kepada Allah ‘Azza Wa Jalla maka ia telah dzikir (ingat) kepada-Nya, meskipun ia sedikit shalatnya, puasanya dan membaca Al-Qur’an. Barang-siapa durhaka kepada-Nya maka ia telah lupa kepada-Nya, meskipun ia banyak shalatnya, puasanya dan membaca Al-Qur’an.
Barang-siapa mengandalkan Allah maka ia benar, kuat dan dicukupi (tercukupi)
Janganlah kita lari (mengeluh) dari cobaan karena cobaan bersama kesabaran adalah asas bagi setiap kebaikan, asas kenabian, kerisalahan, kewalian, ma’rifat dan mahabbah adalah cobaan.
Jika seseorang hamba mempratekkan akhlak yang mulia selama empat puluh hari, Allah akan menjadikan akhlak mulia sebagai bawaan baginya. Sedang orang yang buruk akhlaknya maka ia paling banyak cemasnya.
Ada tiga macam orang yang di kenali kecuali pada tiga perkara : Seorang yang murah hati ketika marah, seorang pemberani di saat perang, dan seorang saudara saat di butuhkan.
Kesabaran adalah karunia Allah kepada hambanya sehingga mampu melaksanakan taat dalam malaksanakan perintah Allah dan Rosul-Nya.
Sedangkan syukur adalah pujian bagi nafas dan buktinya adalah dengan karunia Allah berusaha sekuat tenaga baik lahir maupun batin melaksanakan perintah dan larangan Allah dan Rosul-Nya serta memperbaiki adab di hadapan-Nya.
Tetap Istiqomah dan ikhlas dalam melaksanakan taat serta melayani Allah dalam seluruh keadaan baik suka maupun duka adalah bukti hamba yang ridho terhadap ketentuan (takdir) Allah.
Wajib atas kita untuk taat dan melayani Allah dan minta dipenuhi kebutuhan-kebutuhan kita pada Allah, jangan kepada selain-Nya karena sedikitpun mereka/makhluk tak mampu memberi manfaat maupun mudharot.
Layanilah Allah ‘Azza Wa Jalla dan mohonlah untuk dibukakan pintu-Nya, dan pintu-pintu makhluk karena niscaya Allah akan membukakan serta memperlihatkan kepada kita ke-ajaiban-ajaiban yang diluar perhitungan dan dugaan kita.
Keluarkan nafsu dan makhluk dari hati kita dan kita isi dengan apa yang tersimpan oleh keduanya, sehingga sampai kepada kita pembinaan-Nya ini bukan sesuatu yang datang dengan puasa siang hari dan beribadah malam hari, tetapi dengan hati yang suci dan siirr yang jernih.
Hanya takut dan sandarkanlah segala harapan kepada Allah dalam seluruh keadaan.
Mohonlah hanya kepada Allah dan lepaskanlah segala harapan kita kepada makhluk dalam seluruh keadaan.
Hendaknya kita sembunyikan amal ibadah kita dari pandangan makhluk, kecuali bagi mereka yang dengan niat untuk membawa kebaikkan kepada sekelilingnya, atau ibadah fardhu yang musti kita tampakkan.
Barang-siapa memberi bobot pada dirinya sendiri maka ia tiada berbobot, siapa yang mengaku tentulah ia pendusta.
Janganlah kita turuti hawa nafsu serta segala kemaksiatannya karena keadaan itu akan membawa kita ber-buruk sangka kepada orang-orang shalih, wali-wali Allah, Nabi dan Rosul Allah serta kepada Allah.
Bergaul dan ikutilah kepada mereka para shalih dan orang-orang terpilih agar dapat membawa kita kepada ketaatan, rasa takut, malu dan cinta kepada Allah. Jangan sekali-kali engkau berburuk sangka kepada mereka, karena itu akan membawa kehancuran dan kebinasaan kita walaupun kita banyak sholat, dzikir, puasa dan membaca Al-Qur’an karena sedikitnya ilmu kita tentang Allah.
Setengah Ulama’ mengatakan bahwa kemanisan beribadah hanya dapat ditemukan dalam tiga hal:
- Sholat
- Dzikir, dan
- Membaca Al-Qur’an
Apabila diluar hal tersebut diatas maka seseorang benar-benar mengalami kehancuran dan kebinasaan (kerugian)
Namun hendaknya bagi murid yang baru menjalani proses pencerahan/pencarian hendaknya lebih memperbanyak dzikir karena dzikir lebih cepat menyampaikan kita pada HAKEKAT KETUHANAN, pastinya dengan tanpa harus meninggalkan yang lainnya.
Seluruh kebaikan itu ditangan-Nya, pemberian dan penahanan itu di kekuasaan-Nya, kaya dan miskin, hina dan mulia itu di tangan-Nya, dimana tidak ada bagi seseorang sesuatupun bersama-Nya.
Janganlah kita meruntuhkan akhirat dengan meramaikan dunia, sebentar lagi kita di ambil oleh Dzat yang pengambilan-Nya sakit sekali, dengan berbagai macam pengambilan, Allah mengambil kita dengan memecat kekuasaan kita, mengambil kita dengan sakit, hina, fakir. Allah mengambil kita dengan menimpakan bencana dan kesusahan, dengan menguasakan lidah dan tangan makhluk atas kita.
Nasehatilah Al-Qur’an dengan mengamalkannya bukan mendebatnya, I’tikad adalah kata-kata yang mudah dan amal adalah banyak, hendaklah kita iman kepadanya (Al-Qur’an) benarkanlah dengan hatimu dan amalkanlah dengan anggota-anggota badan kita, sibukkanlah dengan sesuatu yang berguna bagi kita dan jangan berpaling kepada akal yang kurang dan rendah.
Janganlah kita bersusah payah meraih sesuatu yang bukan bagian kita, hanya akan menimbulkan bagi kita kepayahan dan kesedihan yang panjang, sebab sesuatu yang telah di tentukan Allah bagian dari kita tentu Allah akan menempatkan, memudahkan dan menyampaikan kita pada bagian dan urusan tersebut.
Yang di maksud dengan ‘Uzlah (mengasingkan diri) adalah hijrahnya (keluarnya) hati dari apa-apa selain Allah, menuju ke hadhirat Allah ‘Azza wa Jalla.
Banyak orang yang secara lahir melakukan ‘Uzlah di tempat yang sepi jauh dari keramaian, akan tetapi hati di penuhi dengan segala macam kegelisahan akan urusan duniawi, akan tetapi tidak sedikit orang yang mendapatkan pertolongan Allah, walaupun mereka secara lahiriyah berkumpul dengan manusia di tengah-tengah keramaian akan tetapi hatinya keluar dari makhluk dan menghadapkannya di sisi Allah.
Sedangkan Zuhud (sederhana) bukanlah berarti tak boleh mempunyai harta benda, akan tetapi mengeluarkan dunia (harta, tahta, anak-istri maupun lainnya yang dapat melupakan kita dengan Allah) dari hati kita.
Jadi Zuhud bukanlah melepaskan dunia dari tangan kita, melainkan melepaskan dunia dari hati kita, sehingga kita tidak sampai lengah dalam menjalankan perintah Allah ‘Azza wa Jalla.
Akan tetapi apabila seseorang tidak mempunyai tanggungan secara lahiriyah terhadap keluarga, maka melaksanakan zuhud secara lahir dan batin adalah termasuk amal yang sangat utama. Bisa juga melaksanakan zuhud secara lahir dan batin walaupun mempunyai tanggungan yang bersifat duniawi apabila dalam zuhudnya tidak menimbulkan fitnah.
Kegagalan dalam melaksanakan tujuan yang luhur biasanya disebabkan sesuatu yang menjadi titik lemah manusia yaitu tiadanya keseimbangan antara keinginan dan kesungguhan dalam berusaha/ikhtiar.
Titik lemah manusia biasanya dalam hal yang tersebut ini:
- Malas 2.Bosan 3.Bimbang/ragu-ragu 4.Lalai/terburu-buru
Sedangkan keberhasilan adalah kesungguhan dalam melaksanakan ikhtiar dan berani melihat kekurangan diri sendiri serta selalu melakukan perbaikkan diri secara terus-menerus, tanpa harus kagum terhadap terhadap keberhasilan yang telah dia capai, sebaliknya bertambah syukur kepada Allah terhadap “faid” (karunia) yang telah diberikan kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar